”Ketika Berhenti di Sini”, Eskapisme Digital Pengobat Rindu

Film ”Ketika Berhenti di Sini” membahas tentang kecanduan teknologi sekaligus kesiapan menghadapi kehilangan tiba-tiba.

Ed yang penyabar mampu mengimbangi Dita yang blak-blakan dan tegas. Keduanya lalu sepakat merajut tali kasih walaupun di awal-awal Dita sempat memperingatkan bahwa dirinya penuh kekurangan, termasuk sering dibayangi rasa minder.

Empat tahun berlalu. Dita sedang merintis karier, sedangkan karier Ed terus bersinar. Ed sudah mapan dengan perusahaan arsitek milik sendiri. Rasa minder Dita menjadi-jadi. Dita banyak menuntut hingga berpikiran picik tentang segala hal. Hubungan mereka di ujung tanduk.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Keduanya bertengkar hebat. Akan tetapi, siapa sangka momen itu adalah pertemuan terakhir mereka berdua. Ed tewas setelah mengalami kecelakaan mobil.

Rasa bersalah menghantui Dita selama bertahun-tahun. Dia berusaha memulai hidup baru, termasuk dengan memacari sahabatnya, Ifan (Refal Hady). Ifan memang telah lama menyimpan rasa untuk Dita.

Perjalanan hidup Dita yang terlihat membaik berubah ketika ia menerima hadiah sebuah kacamata putih berteknologi augmented reality atau AR (realitas berimbuh) dari Ed. Sosok virtual Ed bisa muncul setiap kali Dita mengenakan kacamata tersebut. Dari ketakutan, Dita malah jadi ketagihan menggunakan kacamata ini.

”Persiapan film ini memakan waktu hampir 3 tahun untuk pengembangan cerita, kacamata, dan karakter. Kami melakukan riset untuk augmented reality dan kecerdasan buatan cukup memakan waktu karena ini bukan materi yang sehari-hari kita temui,” tutur sutradara muda Umay Shahab, dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (24/7/2023).

Di Indonesia, belum banyak film percintaan mengambil jalur fiksi ilmiah. Saat menonton Ketika Berhenti di Sini, ingatan langsung melayang ke film Hollywood dan Jepang serupa, sebutlah Cyborg She (2008), Her (2013), dan, tentu saja, Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004) yang sering disebut dalam film Ketika Berhenti di Sini.

imageKetika Berhenti di Sini yang diproduksi oleh Sinemaku Pictures." height="576" loading="lazy" sizes="(max-width:1280px) 1280px, (max-width:720px) 720px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:8534px) 8534px, (max-width:676px) 676px, (max-width:160px) 160px, (max-width:300px) 300px, (max-width:480px) 480px" src="https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/warDm7cG3w1snjfdfmfGdyR9zlU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg" srcset="https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/-N4xA9Ug_a4nBBtD56y2eE4lO9w=/1280x720/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 1280w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/icEqWaEyGNvILBLnB9ZTcuqEk6A=/720x405/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 720w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/warDm7cG3w1snjfdfmfGdyR9zlU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 1024w, https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/07/29/21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 8534w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/jTEC4fsbDG25PJhid9v61-0SopA=/676x380/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 676w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/11Gz4KWuTWdSVZ-hwMIXoF1CH1w=/160x160/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 160w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/BD-68i8_eMZQE6LSMbuJKYRV_sU=/300x169/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 300w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/VMkUNQULn7gVHRrohGa5nO4vUQE=/480x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F21c96f74-087a-43b4-876c-0e3a4df0a5a3_png.jpg 480w" width="1024" data-v-30ab5665>
ARSIP SINEMAKU PICTURES

Salah satu adegan dalam film Ketika Berhenti di Sini yang diproduksi oleh Sinemaku Pictures.

Candu kacamata

Diproduksi oleh Sinemaku Pictures dan Legacy Pictures, satu aspek yang menjadi sorotan dalam Ketika Berhenti di Sini adalah kecanduan teknologi. Dalam konteks sehari-hari, manusia sudah sangat bergantung pada berbagai jenis gawai yang terhubung ke dunia maya. Kemajuan teknologi semakin nyata dengan pengembangan kecerdasan buatan, seperti ChatGP.

Pada dasarnya, alat-alat tersebut tercipta untuk memudahkan kehidupan manusia. Hanya saja, keefektifannya bergantung pada kebijakan dan daya kontrol manusia. Pada 2014, misalnya, BBC melaporkan sebuah survei dari Digital Clarity tentang kecanduan orang muda pada internet. Survei terhadap 1.300 orang ini menemukan, sebanyak 16 persen orang usia 18-25 tahun masuk kategori kecanduan.

Para responden menunjukkan sejumlah gejala, seperti menghabiskan berjam-jam di dunia maya, menjadi mudah tersinggung ketika diganggu, dan merasa bersalah atas lama waktu yang dihabiskan di dunia maya. Selain itu, mereka juga terisolasi dari orang terdekat dan merasa panik saat tidak terkoneksi ke dunia maya.

Ketergantungan serupa ditunjukkan oleh Dita. Dita selalu mengenakan kacamata tersebut kapan pun demi bisa melihat Ed. Sosok Ed muncul dengan sempurna setiap saat Dita membutuhkannya.

”Tipe kecerdasan buatan yang kita pakai dalam film adalah cerminan dari gim Pokémon Go dengan sistem AR di mana ketika kamera diarahkan, maka obyek muncul. Sosok Ed dibuat sangat humanis karena itu menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi makin menyeramkan,” kata Umay.

Demi menciptakan teknologi yang bisa dipercayai penonton, proses riset Umay dan kawan-kawan melibatkan seorang mahasiswa pascasarjana yang mengambil jurusan kecerdasan buatan di Taiwan. Tim Umay juga mendesain cetak biru dan buku manual untuk kacamata dalam film.

Sayangnya, Dita harus tiba pada satu titik di mana dia tak bisa lagi membedakan sosok virtual Ed dalam kacamata dengan kenyataan. Dia jadi sering berbicara sendiri, mengira orang lain bisa melihat Ed, dan sangat posesif terhadap kacamata itu. Relasi Dita dengan orang sekitar ikut terganggu.

Kacamata AR itu, yang juga dimaknai sebagai mimpi, menjadi alat eskapisme bagi Dita yang belum bisa melupakan Ed. Akan tetapi, Dita lupa bahwa Ed dalam kacamata adalah Ed yang hidup dalam imajinasinya sendiri, bukan Ed yang sesungguhnya.

image Ketika Berhenti di Sini yang diproduksi oleh Sinemaku Pictures." height="576" loading="lazy" sizes="(max-width:1280px) 1280px, (max-width:720px) 720px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:8534px) 8534px, (max-width:676px) 676px, (max-width:160px) 160px, (max-width:300px) 300px, (max-width:480px) 480px" src="https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/m5Uy9Vy-T7OMv7y6MNB7zwKQZGw=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg" srcset="https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/1Nq2sQ7l92pmY4tCAg31_2EESQs=/1280x720/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 1280w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/y4-McuqHHKvdk33azT_1MhiJlXc=/720x405/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 720w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/m5Uy9Vy-T7OMv7y6MNB7zwKQZGw=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 1024w, https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/07/29/25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 8534w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/vJjEzxBUxsDfTZTa70d53xgwcnc=/676x380/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 676w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/ZK5KFlWYz7bH6TaAaizDRs8_iQI=/160x160/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 160w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/2AotvR579UEzjpThybtLx857LT4=/300x169/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 300w, https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/p4_6qxK1vvlC6Gl-lbVxIfourLY=/480x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F07%2F29%2F25beb5f3-8472-4bfb-a521-12c65dea86bd_png.jpg 480w" width="1024" data-v-30ab5665>
ARSIP SINEMAKU PICTURES

Salah satu adegan dalam film Ketika Berhenti di Sini yang diproduksi oleh Sinemaku Pictures.

Siap kehilangan

Ada satu adegan singkat menarik dalam film. Ed melihat hidup dan mati adalah keniscayaan yang sama saja. Namun, Dita membantah pandangan itu dengan satu perkataan, ”Kelahiran memberi manusia waktu sembilan untuk bersiap-siap, sedangkan kematian itu mendadak.” Begitu kira-kira bunyinya.

Melihat dari ”kacamata” yang lebih luas, kehilangan Dita dalam film Ketika Berhenti di Sini relevan dengan yang dunia rasakan baru-baru ini saat pandemi Covid-19 datang menghantam akhir 2019. Dunia pada waktu itu betul-betul tidak siap.

WHO mencatat, lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi di mana 6,9 juta manusia meninggal dunia per 26 Juli 2023. Sementara itu, mengutip covid19.go.id, Indonesia tercatat memiliki 6,8 juta lebih kasus positif yang membuat 161.870 orang harus kehilangan nyawa hingga 29 Juli 2023.

Kita telah merasakan kepanikan, ketakutan, fobia sosial, dan kedukaan mendalam akibat perpisahan yang tiba-tiba. Bahkan, kebanyakan dari kita tidak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal dengan layak, seperti Dita kepada Ed.

”Film ini tentang bagaimana orang melanjutkan hidup dengan kuat dan sebaik-baiknya setelah diterpa kehilangan. Apalagi setelah pandemi ini banyak sekali orang yang merasakan kehilangan secara tiba-tiba dan tidak tahu cara overcome situasi ini,” ujar Prilly yang juga bertindak sebagai produser eksekutif.

Ketika Berhenti di Sini mengingatkan bahwa dinamika adalah bagian dari kehidupan manusia. Beberapa kali muncul narasi dalam film tentang filosofi Mandala yang berarti lingkaran dalam bahasa Sanskerta.

Mengutip buku Enlightenment Dance: Dancing Your Way to Eternal Bliss (2006), Mandala menggambarkan kesatuan dari penciptaan. Mandala menghormati empat arah mata angin, yakni utara, selatan, barat, dan timur.

Baca juga: Oppenheimer, Pencipta dan Penghancur Dunia Baru

Dalam film, arah utara menandakan keserakahan, barat menandakan rasa cinta, selatan menandakan rasa amarah, dan timur menandakan ketenteraman. Dita memiliki keinginan untuk memiliki Ed dan merasakan kebahagiaan saat berpacaran. Namun, dia juga merasa marah hingga akhirnya berdamai atas kepergian Ed. Pada akhirnya, perjalanan jatuh bangun Dita membawanya sebagai pribadi yang selaras dengan semesta.

Tayang di bioskop sejak 27 Juli 2023, Ketika Berhenti di Sini menampilkan sebuah cerita cinta sedih klise dengan balutan kebaruan berupa elemen realitas berimbuh. Akting menangis Prilly pun layak mendapat apresiasi. Meskipun tidak ada sinematografi yang berkesan, film ini setidaknya mengingatkan kita bahwa memendam duka terlalu lama itu berbahaya.