Mouly Surya Pantas Menerima Penghargaan Akira Kurosawa

Seusai menerima penghargaan, Mouly mengaku sangat bangga dianugerahi penghargaan bergengsi, yang sekaligus juga membawa nama besar sutradara legendaris Akira Kurosawa. Selain membanggakan, penghargaan ini pun menjadi satu penanda baik, terutama bagi perempuan sutradara, khususnya asal Asia Tenggara seperti dirinya yang terus memperjuangkan karya-karya filmnya.

Ini menjadi penanda dunia telah semakin siap membuka diri dari stigma-stigma yang selama ini ada kalau sutradara (yang diakui) kebanyakan laki-laki.

”Ini menjadi penanda dunia telah semakin siap membuka diri dari stigma-stigma yang selama ini ada kalau sutradara (yang diakui) kebanyakan laki-laki. Sekarang, dunia semakin terbuka pada perspektif dan pandangan-pandangan dari sutradara perempuan,” ujar Mouly.

Menurut Mouly, selama ini Jepang sendiri dikenal sebagai bangsa yang sangat kuat menganut paham patriarki. Dengan begitu, ketika mereka mau menganugerahi penghargaan kepada perempuan. kebanggaan yang didapatkan menjadi terasa sangat luar biasa istimewa.

”Semoga dengan ini, ke depan, semakin terbuka peluang dan harapan bagi sutradara-sutradara perempuan lain asal Asia Tenggara untuk diakui dan menunjukkan karya-karya film mereka kepada dunia,” ujar Mouly.

Mengutip Screendaily.com, Mouly dipilih oleh komite berisi nama-nama besar perfilman ”Negeri Matahari Terbit” seperti Direktur Program TIFF Ichiyama Shozo, kritikus film Kawamoto Saburo, sutradara Yoji Yamada, dan Narahashi Yoko, serta artis Dan Fumi. Selain Mouly, ada satu sutradara lainnya yang mendapat penghargaan serupa tahun ini, yakni Xiaogang Gu dari China.

Penghargaa Akira Kurosawa merupakan pengharagaan bergensi yang hanya diberikan kepada pembuat film yang membuat gebrakan di dunia perfilman dan diperkirakan menentukan arah industri film ke depan. Sejumlah nama besar dalam dunia perfilman global pernah menerima Penghargaan Akira Kurosawa, antara lain Steven Spielberg, Yoji Yamada, dan Hou Hsiao-Hsien. Tahun lalu, penghargaan itu diberikan kepada sutradara Meksiko, Alejandro Gonzalez Inarritu, dan sutradara Jepang, Koji Fukada.

imageHikari karya Naomi Kawase di Grand Theatre Lumiere, Cannes, 23 Mei 2017." height="683" loading="lazy" sizes="(max-width:1280px) 1280px, (max-width:720px) 720px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:1080px) 1080px, (max-width:676px) 676px, (max-width:160px) 160px, (max-width:300px) 300px, (max-width:480px) 480px" src="https://cdn-assetd.kompas.id/rh2rqKot2xvJBL4xM-81Ug04xlA=/1024x683/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg" srcset="https://cdn-assetd.kompas.id/HmhMNOHpj8hrTdKfR12l81oHNvg=/1280x853/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 1280w, https://cdn-assetd.kompas.id/oR6IxdWNxwbZV4JX5FE7evlytrs=/720x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 720w, https://cdn-assetd.kompas.id/rh2rqKot2xvJBL4xM-81Ug04xlA=/1024x683/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 1024w, https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2021/11/23/5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 1080w, https://cdn-assetd.kompas.id/WKucXqozIPRBOq1il4liEdheGSo=/676x451/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 676w, https://cdn-assetd.kompas.id/Pw1YohqAW01cOwc4Paqo2DGPopY=/160x160/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 160w, https://cdn-assetd.kompas.id/rUh0t1llhOwtxEj7oP3mHt4E5yQ=/300x200/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 300w, https://cdn-assetd.kompas.id/R4G34HRRHHKZeSqoxeFcB3aq1Yo=/480x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F5495b111-18db-401b-a9c2-35174f53a1d5_jpeg.jpg 480w" width="1024" data-v-30ab5665>
ARSIP CINESURYA

Kiri ke kanan: Dea Panendra (bergaun hitam), Mouly Surya, dan Marsha Timothy hadir di karpet merah untuk pemutaran film di seksi kompetisi utama berjudul Hikari karya Naomi Kawase di Grand Theatre Lumiere, Cannes, 23 Mei 2017.

Keberhasilan Mouly disambut gembira oleh sutradara Tumpal Tampubolon dan produser Mira Lesmana. ”Saya pastinya senang Mouly mendapat penghargaan seprestisius itu, apalagi karya-karyanya selama ini sangat bagus dan penting bagi perfilman Tanah Air. Kita enggak bisa pungkiri sampai sekarang perspektif dan suara perempuan dalam perfilman Indonesia masih terbilang sedikit terwakili sehingga perlu ditingkatkan lagi,” tutur Tumpal yang berbicara lewat telepon, Selasa sore.

Tumpal pernah bekerja sama dengan Mouly sebagai salah seorang pemain di film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Di film itu, Tumpal memerankan karakter suami Marlina, yang menurut dia bakal menjadi pengalaman bermain film tak terlupakan sepanjang hidup.

Tumpal menilai, Mouly pantas menerima Penghargaan Akira Kurosawa. Penghargaan itu diambil dari nama sutradara dan penulis skenario legendaris Jepang yang pada 1989 mendapat Academy Award untuk Pencapaian Seumur Hidup. Kurosawa dikenal kehebatannya karena mampu menangkap dan memadukan kisah tentang manusia, humanisme, bahkan hasrat tergelap manusia dalam alur cerita dan teknis penggambaran luar bisa.

”Hal yang sama mampu dan telah dilakukan Mouly terutama lewat filmnya Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak,” ujarnya.

Dalam film itu, lanjut Tumpal, Mouly menangkap dan membungkus hasrat sang tokoh perempuan untuk membalas dendam setelah dizalimi orang-orang yang menindasnya. Walau terdapat adegan sadis, penggambaran dan cerita yang ditampilkan tidak terjebak pada kekerasan, tetapi kompleksitasnya.

Dari situlah saya melihat aspek humanisme dari karya Mouly juga cukup kental sekaigus juga keras dalam menghadirkan realitas. Sebagai temannya, saya tahu banget perjuangan Mouly menjadi seorang sutradara hebat.

”Terutama dari sisi perempuan yang termarjinalkan. Dari situlah saya melihat aspek humanisme dari karya Mouly juga cukup kental sekaigus juga keras dalam menghadirkan realitas. Sebagai temannya, saya tahu banget perjuangan Mouly menjadi seorang sutradara hebat,” ujar Tumpal.

Secara terpisah, Mira Lesmana ikut bangga dengan keberhasilan Mouly dianugerahi penghargaan bergengsi. Penghargaan itu hanya diberikan kepada mereka yang dianggap bakal menjadi sutradara besar dan berpengaruh di masa mendatang. Karya-karya Mouly selama ini dinilai Mira punya sesuatu yang sangat istimewa dan baru.

”(Dari karya-karyanya) Sangat terasa passion-nya dan juga sikapnya yang vokal. Jadi, menurut saya, memang benar-benar well deserved. Buat Indonesia bangga banget bisa ada salah seorang sutradaranya mendapatkan penghargaan (bergengsi) ini. Sangat luar biasa,” ujar Mira.

Dia menambahkan, Indonesia membutuhkan kehadiran perempuan-perempuan sutradara yang bersuara dan berpihak pada perempuan.

Mira mengagumi Mouly yang belakangan ini sibuk menggarap sejumlah proyek seperti film Indonesia berjudul Perang Kota, yang dijadwalkan rilis tahun depan. Selain itu Mouly juga diketahuinya bolak-balik ke Amerika Serikat mengerjakan dan menyelesaikan shooting film terbaru lainnya, Trigger Warning, yang dibintangi Jessica Alba. Diperkirakan film itu juga akan tayang tahun 2024.

imageMarlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, Mouly Surya, berfoto dengan membawa Piala Citra 2018 kategori film terbaik dan sutradara terbaik di Jakarta, Minggu (9/12/2018)." height="497" loading="lazy" sizes="(max-width:1280px) 1280px, (max-width:720px) 720px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:1200px) 1200px, (max-width:676px) 676px, (max-width:160px) 160px, (max-width:300px) 300px, (max-width:480px) 480px" src="https://cdn-assetd.kompas.id/JmqbCHj-sSoU2f6gCLXsPZZPlCQ=/1024x497/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg" srcset="https://cdn-assetd.kompas.id/62eLccWktR8d68_4sTnHbOPUbdY=/1280x622/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 1280w, https://cdn-assetd.kompas.id/yeF5VslV6k0Lq6iki5gNIo1Tzhs=/720x350/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 720w, https://cdn-assetd.kompas.id/JmqbCHj-sSoU2f6gCLXsPZZPlCQ=/1024x497/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 1024w, https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2018/12/09/63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 1200w, https://cdn-assetd.kompas.id/5eYB7FwAdoVrdEHO2HkE0EB21hs=/676x328/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 676w, https://cdn-assetd.kompas.id/ORwPos_p2jKXA1MjrsPPYA5dR5I=/160x160/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 160w, https://cdn-assetd.kompas.id/c3Yi5a7_ahSV3ayK_nkPqiaSi5c=/300x146/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 300w, https://cdn-assetd.kompas.id/2P_bxvwF2rGj-TroMicr44s1oWM=/480x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F12%2F09%2F63b7ef22-7ef9-44a1-9938-e282c7498841_jpg.jpg 480w" width="1024" data-v-30ab5665>
SUCIPTO UNTUK KOMPAS

Sutradara film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, Mouly Surya, berfoto dengan membawa Piala Citra 2018 kategori film terbaik dan sutradara terbaik di Jakarta, Minggu (9/12/2018).

”Memang, dia disebut sedang hiatus, namun hal itu bukan berarti tidak mengerjakan apa-apa. Dalam enam tahun ini, memang, setelah film terakhirnya Mouly, belum ada lagi film terbaru. Cuma karyanya hanya belum ditayangkan, padahal dia tengah mengerjakan dua proyek besar,” ujar Mira.

Mouly memulai debutnya lewat film berjudul Fiksi (2008), yang diikuti drama roman What They Don’t Talk About When They Talk About Love (2013). Film keduanya ini menjadi film Indonesia pertama yang terseleksi untuk tampil di Sundance Film Festival.

Setelah itu film ketiga Mouly, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017), tayang premiere di Festival Film Cannes, Perancis. Film tersebut juga mendapat sejumlah penghargaan seperti Tokyo FILMeX tahun 2017 dan 10 kategori penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2018.