Iklan Kopiko Milik Mayora (MYOR) di Drakor, Sentimen Positif bagi Industri Kreatif

Munculnya Kopiko di beberapa drama korea (drakor) merupakan indikator positif, berpotensi mendongkrak ekspor film dan konten kreatif lokal.

Iklan Kopiko Milik Mayora (MYOR) di Drakor, Sentimen Positif bagi Industri Kreatif
image

Bisnis.com, JAKARTA - Bagi penikmat konten drama asal "Negeri Gingseng", Korea Selatan (Korsel) atau akrab disebut drakor, pasti tak asing dengan iklan permen Kopiko di beberapa judul kenamaan. Fenomena ini nyatanya bukan hanya perkara promosi dari suatu korporasi, melainkan upaya unjuk gigi dari pemain lokal di kancah internasional.

Wakil Ketua Umum II Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kewirausahaan Aldi Haryopratomo menilai eksistensi jenama permen kopi besutan emiten PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) di lanskap drakor itu turut menunjukkan bahwa korporasi besar Tanah Air sebenarnya berpotensi menjadi katalis pendongkrak ekspor industri film dan konten kreatif lokal. 

Pada akhirnya, dengan sponsor yang mencukupi diiringi kualitas yang semakin baik, akan lebih banyak film Indonesia yang mendunia. Fenomena ini pun akan menghadirkan multiplier effect jumbo buat perekonomian Indonesia, baik dari sisi pariwisata, promosi produk makanan-minuman, sampai membuka keran ekspor produk-produk UMKM. 

“Patut diakui, film merupakan bentuk ekspor kebudayaan yang paling kuat, dan film Indonesia punya potensi besar untuk mendunia. Beberapa waktu lalu viral ada Kopiko di drakor. Ke depan, saya yakin film lokal juga bisa jadi rebutan untuk disponsori berbagai brand lokal yang mau go global,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/7/2023).

Aldi mengingatkan bahwa Indonesia harus bisa mencontoh Korsel yang notabene sudah punya kesadaran membangun pola pikir tersebut sejak 20 tahun silam. 

Kala itu, dikisahkan bahwa Korsel mulai terbuka untuk memajukan ekspor konten kreatif karena terkejut dengan efek berganda film Jurassic Park, di mana satu film nilainya bisa setara dengan efek penjualan jutaan unit mobil Hyundai. 

Itulah kenapa sampai saat ini pemerintah Republik Korsel pun masih menggelontorkan miliaran won (KRW) untuk mendorong penetrasi budaya pop Korsel atau kerap disebut ‘Korean Wave’ secara lebih luas lagi di kancah global. 

Sebagai gambaran, dikutip dari laman resmi Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata (MCST) Republik Korsel, tahun ini pemerintah Korsel menggelontorkan bujet hingga KRW790 miliar untuk mendukung startup dan UMKM yang mengembangkan konten kreatif bernuansa kebudayaan, termasuk musik, film, dan olahraga.

Dukungan pemerintah itu pun belum ditambah dengan sponsor dari para korporasi jumbo Korsel yang terbilang loyal dalam mendukung perkembangan konten kreatif. Tak heran, buktinya mobil Hyundai dan gawai Samsung hampir tak pernah absen unjuk gigi di satu-dua episode drakor ternama, bukan?

Terbukti, kontribusi industri kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Korsel beserta nilai ekspornya dalam tren terus menanjak dalam dua dekade belakangan. Ini belum ditambah efek bergandanya buat pertumbuhan ekspor produk unggulan Korsel dan perkembangan UMKM di Negeri Gingseng.

“Coba dilihat, sekarang ini produk saus dari Korsel ramai sekali di sini. Selain itu, waralaba makanan ala Korsel menjamur, jadi tren di Indonesia. Padahal, saya tahu ada salah satunya yang di Korsel sendiri justru tidak begitu besar. Nah, Indonesia juga pasti bisa mencapai kondisi tersebut, karena negara ini kaya dengan sejarah dan budaya,” tambah Aldi. 

Halaman:
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Konten Premium