Film Dokumenter Indonesia Curi Perhatian dalam COP28 di Dubai

Film dokumenter Indonesia mencuri perhatian dalam kegiatan konferensi PBB untuk perubahan iklim, COP28 UNFCCC di Dubai.

Film Dokumenter Indonesia Curi Perhatian dalam COP28 di Dubai
Poster penayangan film dokumenter "Degayu: Against the Shore" di Konferensi PBB COP28 UNFCCC, di Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: Instagram @climaterealityina.

Jakarta (gokepri.com) – Film dokumenter Indonesia mencuri perhatian dalam kegiatan konferensi PBB untuk perubahan iklim, COP28 UNFCCC di Dubai, Uni Emirat Arab belum lama ini.

Dikutip dari rilis pers, Selasa 12 Desember 2023, Film berjudul Degayu: Againts the Shore ini berdurasi 25 menit dan berbahasa Indonesia.

Film tersebut diproduksi ClimArt, gerakan Youth Climate Reality Leaders. Film ini merupakan gabungan seni dan aksi iklim yang menargetkan hati masyarakat, khususnya generasi muda.

Baca Juga: Daftar Peraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2023

Sutradara muda berusia 23 tahun Ahsania AR Aghnetta menghadirkan perspektif baru dalam menyampaikan krisis iklim, dan berharap para pembuat film dan aktivis seni menggunakan kreativitas mereka untuk menyuarakan penderitaan komunitas yang terlupakan.

Film yang dilengkapi dengan subtitle bahasa Inggris ini bercerita tentang komunitas pesisir di kelurahan Degayu, Pekalongan, Jawa Tengah.

Kawasan permukiman di Degayu terendam air secara permanen sejak tahun 2017. Menurut proyeksi permukiman ini akan terbengkalai dan perlahan tenggelam akibat permukaan laut naik di tahun 2035.

Penduduk paling miskin dan rentan terutama di pulau-pulau kecil, daerah pesisir, kota-kota besar, dan pegunungan tinggi mengalami dampak perubahan iklim. Kenaikan permukaan air laut banjir, dan kekeringan telah merusak ekosistem dan menghantam mereka.

Dalam film tersebut diperlihatkan bagaimana perjuangan masyarakat Degayu yang beradaptasi dengan keadaan. Mereka juga berusaha membuktikan dapat membangun daya tahan menghadapi krisis iklim.

Konflik yang terjadi di Degayu ini sebenarnya ‘relate’ dengan kondisi yang dihadapi kawasan area pantai di seluruh dunia.

Kenyataan itu menjdai bukti perlunya pendanaan diperkuat untuk mengatasi kerugian dan kerusakan akibat dampak perubahan iklim.

Kenaikan permukaan laut sebenarnya bukan hal yang baru, tapi banyak penonton Degayu: Againts the Shore merasa tergugah setelah menontonnya. Lewat film tersebut mereka jadi paham tingkat keparahan yang sesungguhnya akibat perubahan iklim yang terjadi di pesisir pantai.

Film ini membuka mata terhadap tantangan yang akan dihadapi di masa depan jika kondisi ini tidak segera berubah.

Pendekatan documenter ekspositori dan poetic dalam film ini mampu menyatukan fakta dan emosi. Film juga diperkaya dengan soundtrack orisinal ciptaan pemuda lokal di Pekalongan yang menambah nuansa emosional dalam menghadapi krisis iklim.

Pada pembukaan Konferensi Perubahan Iklim PBB di Dubai, para delegasi sepakat untuk secara formal membentuk sebuah dana untuk kerugian dan kerusakan (loss and damage fund).

Dana ini bertujuan memberikan dukungan kepada negara-negara yang sangat terdampak oleh perubahan iklim. Negara-negara berkembang, yang kontribusinya terhadap krisis iklim sangat minim, saat ini menghadapi efek paling destruktif berupa banjir, kekeringan, dan naiknya permukaan laut.

Tidak hanya di Paviliun Indonesia, film juga ditonton dan didiskusikan di Monash Pavilion, Civil Society Hub, serta acara gabungan YOUNGO (konstituensi pemuda untuk UNFCCC), ICLEI, dan Care About Climate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: Antara