Demer Linggih: Musyawarah Mufakat Adalah Bagian Penting Demokrasi Pancasila

BREAKINGNEWS.CO.ID - Ketua DPD I Golkar Bali, Gede Sumarjaya Linggih, menolak anggapan Partai Golkar pada Era Airlangga Hartarto kembali ke era orde baru. Tokoh Golkar asal Bali yang akrab disapa Demer Linggih ini menilai usulan untuk mencapai musyawarah mufakat dan aklamasi dalam pemilihan ketua di Munas Golkar tidak menyalahi asas demoktrasi.

Demer Linggih: Musyawarah Mufakat Adalah Bagian Penting Demokrasi Pancasila

BREAKINGNEWS.CO.ID - Ketua DPD I Golkar Bali, Gede Sumarjaya Linggih, menolak anggapan Partai Golkar pada Era Airlangga Hartarto kembali ke era orde baru. Tokoh Golkar asal Bali yang akrab disapa Demer Linggih ini menilai usulan untuk mencapai musyawarah mufakat dan aklamasi dalam pemilihan ketua di Munas Golkar tidak menyalahi asas demoktrasi.

“Apanya yang salah dengan musyawarah mufakat? Negara kita sudah jelas dasarnya, negara kita ada Pancasila, demokrasi ada di sila keempat. Aklamasi juga bukan barang haram, apa tidak boleh aklamasi di Golkar? Tidak juga! Kalau kita sepakat bisa saja aklamasi,” ungkap Demer Linggih.

Ia juga menyebut pentingnya penataran P4  untuk kembali dilakukan. Pasalnya Demer melihat generasi muda saat ini belum bisa memahami Pancasila secara utuh.

Ia juga menyebut, voting atau pengambilan keputusan melalui pemungutan suara, tidak selalu baik bagi partai atau organisasi. “Apa voting lebih baik demokrasi? Menurut saya tidak juga. Bahkan bisa ada perpecahan karena kubu-kubu berbeda. Dalam demokrasi terbuka kemungkinan untuk aklamasi, kalau semua sudah sepakat. Jangan diartikan harus voting,” ucap Demer.

Menurut Demer, setiap anggota di Partai Golkar mendapatkan dan memiliki hak suara. “Nah kalau semua suara itu berpendapat satu, maka namanya juga aklamasi. Apa yang mau diributkan lagi?” ujarnya.  

Dalam Rapimnas Golkar Kamis lalu, jelas terdapat mayoritas atau 33 DPD 1 dan organisasi hasta karya yang telah menyampaikan aspirasinya. Mereka menginginkan Airlangga Hartarto dipilih kembali.

“Bagi Bali, sudah jelas. Jangan berkaca pada era sebelum 98 saja. Kalau berkaca pada 3,5 tahun lalu, kita sudah merasakan betapa kerepotan kita dengan urusan perpecahan di dalam Golkar,” ujar Demer.

Ia menyatakan pada era Airlangga Hartarto ini dirasakan sudah tenang, semua sudah berjalan baik, dan tinggal dilanjutkan sedikit saja. “Ingat, kita juga menghadapi pilkada yang banyak, dan agenda-agenda lain yang lebih penting yang harus kita laksanakan,” tuturnya.

Menurutnya jika sekarang masih ada perebutan dan Golkar pecah lagi, menjadi dua lagi, maka kader-kader sendiri yang kerepotan, “Kalau pecah lagi Golkar tidak akan jadi besar. Sudahlah yang ada saat ini, era Airlangga ini, dilanjutkan,” kata Demer.

Demer menyarankan, agar pihak-pihak yang masih bernafsu untuk melakukan kompetisi pemilihan ketua umum dan menduduki kursi ketua umum Golkar, ia sarankan bertarung saja pada tahun 2024. “Tenang saja pada 2024 ada munas lagi dan siapa yang mau maju silahkan saja,” kata Demer.