10 Film Bugis-Makassar yang Kental dengan Kearifan Lokal

Film Bugis-Makassar mengusung kearifan lokal di Sulawesi Selatan (Sulsel). Film-film ini bahkan ditayangkan di bioskop dari lokal hingga nasional.

10 Film Bugis-Makassar yang Kental dengan Kearifan Lokal

Daftar Isi

Makassar -

Film Bugis-Makassar mengusung kearifan lokal di Sulawesi Selatan (Sulsel). Film-film ini bahkan ditayangkan di bioskop dari lokal hingga nasional.

Bugis-Makassar merupakan dua suku besar di Provinsi Sulawesi Selatan. Meski sering disandingkan Bugis dan Makassar merupakan dua suku yang berbeda.

Kendati demikian kearifan lokal yang dimiliki memang terdapat kemiripan bahkan saling terhubung. Beberapa kearifan lokal Bugis-Makassar telah diangkat menjadi tema dalam sebuah film.

Nah, berikut ini kumpulan film Bugis-Makassar yang sarat akan pesan moral dan gambaran budaya lokal, tentunya seru buat ditonton.

Film Bugis-Makassar

1. Uang Panai (2016)

Poster Film Uang PanaiFoto: Poster Film Uang Panai (VIU)

Uang Panai merupakan salah satu tradisi dalam pernikahan masyarakat suku Bugis-Makassar. Uang panai atau dui' menre adalah uang yang diberikan oleh pihak mempelai laki-laki kepada pihak keluarga mempelai perempuan. Nominal uang panai berdasarkan kesepakatan antara keluarga mempelai perempuan dan laki-laki. Uang tersebut ditujukan untuk belanja keperluan pesta pernikahan.

Film Uang Panai menceritakan perjuangan seorang laki-laki yang akan mempersunting wanita di suku Makassar. Dimana sang lelaki berjuang untuk mengumpulkan uang panai sebagai syarat dalam pernikahan.

Film ini menggambarkan kedudukan uang panai dalam tradisi pernikahan masyarakat Bugis-Makassar. Selain itu, juga menjelaskan makna dari uang panai yang bukan sebatas nominal.

Unsur kebudayaan Bugis-Makassar dalam film ini sangat terasa dengan dialog menggunakan logat Makassar. Selain menampilkan kisah romatis, film ini juga menyelipkan berbagai adegan komedi khas Makassar.

Film garapan Gani Safia dan Asri Sani ini mengisahkan seorang pria bernama Anca (Ikram Noer) yang kembali ke kampung halamannya di Makassar setelah merantau selama 4 tahun. Anca secara tak sengaja kembali bertemu dengan mantan kekasihnya, Risna (Nur Fadillah). Keduanya sudah lama tidak saling berkomunikasi.

Pertemuan secara tidak sengaja membuat perasaan yang telah memudar kini bersemi lagi di antara mereka. Tak ingin hubungannya berakhir dan kehilangan Risna, Anca berniat untuk menikahinya.

Namun niat Anca tak semudah seperti yang diharapkan. Syarat pernikahan secara adat Bugis-Makassar membuat Anca harus bekerja lebih keras agar mampu menyediakan uang panai dengan jumlah yang tidak sedikit.

2. Parakang: Manusia Jadi-jadian (2017)

Parakang: Manusia Jadi-jadianFoto: Parakang: Manusia Jadi-jadian (Youtube)

Tidak hanya tradisi, film Bugis-Makassar yang pernah diangkat ke layar lebar juga mengusung makhluk mistis di Sulawesi Selatan. Makhluk tersebut disebut dengan parakang.

Bagi masyarakat Sulsel khususnya di pedesaan, parakang adalah seseorang yang menjadi manusia jadi-jadian akibat tersesat dalam ilmu hitam yang dipelajari. Parakang biasanya beraksi di luar rumah dan meneror warga setempat.

Isu cerita parakang ini membuat masyarakat lokal menjadi resah akan ceritanya. Keberadaannya tersebar dari mulut ke mulut hingga membuat ceritanya terkenal.

Saking terkenalnya, sebuah rumah produksi film mengadaptasi mengangkat kisah legenda mistis ini menjadi sebuah film dengan judul yang sama.

Dikisahkan Syamsul dan Narti sebagai parakang dipertemukan, di kedalaman hutan karena jadi buruan warga di dusun mereka masing-masing. Mereka kepergok ketika hendak memangsa korbannya.

Syamsul saat mencoba menghisap usus lelaki usur jelang ajal, dan Narti dengan seorang ibu hamil. Pertemuan itu menjadikan mereka sepasang kekasih. Mereka memulai hidup baru dan memiliki anak bernama Linda.

Karena merupakan keturunan parakang, kehidupan yang dijalani Linda tidak tenang. Ia pun mulai dikuasai ilmu parakang yang dianut kedua orang tuanya.

3. Athirah (2016)

Film AthiraPoster Film Athira (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Film Bugis-Makassar selanjutnya adalah Athirah yang dirilis pada 2016 silam. Film ini juga dirilis secara Internasional dengan judul Emma' (mother).

Athira diangkat dari kisah nyata berdasarkan novel dengan judul yang sama. Film ini menggunakan latar belakang budaya Bugis-Makassar.

Film Athira ini menceritakan orang tua dari mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla. Athira sukses menyabet sejumlah perhargaan, seperti Festival Film Indonesia (2016) dan Usmar Ismail Awards (2017).

Dikutip dari laman Film Indonesia, film yang disutradai Riri Riza ini bercerita tentang sosok Athirah (Cut Mini) yang bergulat melawan perasaannya demi mempertahankan keutuhan rumah tangganya usai suaminya menikah lagi dengan perempuan lain.

Sementara itu, anak laki laki tertuanya, Ucu, nama singkat dari Jusuf Kalla (Christoffer Nelwan), tidak tahu pada siapa di mana harus berpihak. Ibunya adalah orang yang dicintainya, penuh kesabaran dan kebaikan hati, sementara Bapaknya tetap menjadi sosok yang Ucu kagumi.

4. Silariang the Movie (2017)

Silariang the Movie menjadi film Bugis-Makassar yang wajib ditonton. Film ini mengangkat kisah nyata yang pernah terjadi di Sulawesi Selatan.

Silariang sendiri adalah istilah dalam budaya Bugis-Makassar yang artinya kawin lari. Sementara kawin lari merupakan salah satu bentuk pernikahan yang melanggar adat budaya masyarakat Bugis-Makassar.

Mengutip dari laman resmi Kementrian Agama RI Provinsi Sulawesi Selatan, silariang masih sering dilakukan oleh sepasang kekasih di masa kini. Utamanya mereka yang terhalang restu.

Film ini menceritakan tentang Cia (Dinda Surbakti) dan Ali (Jeyhan Kler) yang menghadapi kesulitan dalam menggapai cinta mereka karena tak mendapatkan restu dari kedua keluarga. Cia dan Ali memilih jalan pintas. Mereka kawin lari atau disebut juga silariang.

Film ini menyampaikan pesan kepada sepasang kekasih yang ingin melakukan silariang agar memikirkan efek dari perbuatan tersebut.

5. Bombe' (2014)

Film Bombe' mengusung kearifan lokal masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini sudah terlihat dari judul yang digunakan, Bombe' dalam bahasa Makassar artinya permusuhan.

Bahkan, film ini menyuguhkan dialog menggunakan bahasa Makassar dan Indonesia logat Makassar. Selain itu, film ini juga mengambil latar Kota Makassar dan ikon wisatanya, yakni Pantai Losari.

Dikutip dari Film Indonesia, film Bombe' bercerita tentang enam anak yang gemar berkelahi, bersatu karena kesamaan nasib, berada dalam kota mati. Mereka terpencar menjadi tiga kelompok saat mencari teman-teman yang terpisah serta kabar orangtua mereka, keenam anak ini saling bahu-membahu.

Di tengah pencarian itu, kaki Kayla terluka parah dan membuatnya demam tinggi hingga tak sadarkan diri. Di sisi lain, Yudi tenggelam di Pantai Losari. Zaki yang ada di tempat itu juga tak bisa berbuat banyak karena tidak bisa berenang.

Di film tersebut juga muncul sosok Wali Kota Makassar yang menjabat kala itu, yakni Ilham Arief Sirajuddin. Ilham menuntun keenam anak yang tersesat itu untuk mencari tahu jawaban atas kejadian yang mereka alami.

Sayangnya, film ini saat rilis hanya ditayangkan di dua bioskop Makassar. Film ini memiliki serial lanjutan dengan judul Bombe' Dua: Dumba'-Dumba'.

6. Maipa Deapati & Datu' Museng (2018)

Maipa Deapati & Datu' MusengFoto: Maipa Deapati & Datu' Museng (cuplikan trailer)

Maipa Deapati & Datu' Museng adalah film dengan latar zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Film ini diadaptasi dari legenda rakyat Makassar.

Film ini menceritakan kisah dua sejoli Datu' Museng dan Maipa Deapati di tengah kekejaman Belanda pada masa lalu.

Cerita ini bermula ketika Makassar jatuh ke tangan VOC. Sejumlah laki-laki yang masih setia dengan Makassar sepakat memanggil Datu' Museng (Shaheer Sheikh) yang ada di Sumbawa, pulang ke kampung halamannya. Datu' Museng dipercaya mampu menjadi pemimpin perang melawan penjajah.

Diketahui Datu' Museng yang telah menikahi putri Kerajaan Sumbawa pun mengajak istrinya, Maipa Deapati (Filhzah Burhan) ikut bersamanya ke Makassar. Maipa percaya, perang tak bisa memisahkan cintanya pada Datu' Museng.

Kedatangan Datu' Museng dan Maipa sampai ke telinga Tomalompoa (Hans de Kraker), pemimpin VOC. Tomalompoa tidak hanya tertekad menghabisi Datu' Museng tapi juga terpikat kecantikan Maipa.

7. Silariang: Cinta yang (Tak) Direstui (2018)

Film Silariang: Cinta Yang (Tak) DirestuiFilm Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui Foto: dok pribadi

Tak jauh berbeda dengan film Silariang the Movie. film ini juga menceritakan pelanggaran adat istiadat pernikahan Bugis-Makassar, yakni melakukan silariang.

Kendati demikian, kisah yang diceritakan Silariang: Cinta yang (Tak) Direstui tentunya berbeda. Film ini mengambil latar salah satu ikon wisata Sulawesi Selatan, yakni desa wisata Rammang-rammang.

Dilansir dari platform resmi Viu Original film ini menceritakan Yusuf (Bisma Karisma), seorang putra tunggal dari pengusaha kaya mempunyai kekasih putri bangsawan Bugis bernama Zulaikha (Andania Suri).

Meskipun Yusuf berasal dari keluarga berada, hal ini tidak membuat Yusuf diterima oleh keluarga Zulaikha yang memiliki garis keturunan darah biru. Perbedaan kasta sosial di antara mereka membuat ibu Zulaikha, Puang Rabiah (Dewi Irawan) menolak Yusuf sebagai menantu.

Perasaan cinta Yusuf dan Zulaikha membuat keduanya bertekad melakukan silariang atau kawin lari. Bagi mereka, silariang adalah solusi terbaik dari situasi yang mereka hadapi.

Namun, permasalahan tidak berhenti sampai di situ. Setelah Yusuf dan Zulaikha memutuskan untuk pergi, perpecahan antar keluarga terjadi dan berujung membahayakan nyawa keduanya.

8. Ati Raja (2019)

Film Ati Raja merupakan film yang menampilkan perpaduan antara budaya Makassar dengan kaum keturunan Tionghoa. Kisah ini diambil dari biografi seorang seniman Ho Eng Dji, penyair dan musisi Makassar yang lahir di Kassi Kebo tahun 1906 dan wafat 1960 di Makassar.

Dengan latar budaya kehidupan kaum Tionghoa peranakan yang hidup bergaul dengan harmonis dengan masyarakat Makassar. Film yang disutradarai Anchu Amar ini, juga memperlihatkan bagaimana budaya masyarakat Makassar berbaur dengan kaum keturunan Tionghoa di tahun 90-an.

9. Tarung Sarung (2020)

FIlm Tarung SarungFoto: FIlm Tarung Sarung (pembangunansosial.fisipol.ugm.ac.id)

Tarung sarung atau budaya sigajang laleng lipa ini merupakan budaya Makassar satu lawan satu dengan tangan kosong atau badik yang dibatasi kain sarung.

Tarung sarung adalah sebuah tradisi yang dipakai Bugis-Makassar untuk menyelesaikan masalah atau pertikaian. Mereka bertarung menggunakan senjata tradisional Badik.

Selain itu, film Sarung Tarung tidak hanya mengangkat tema budaya saja, tetapi di dalamnya juga terdapat pesan moral dan nilai-nilai religius.

Dikutip dari laman resmi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) FISIPOL UGM film ini menceritakan tentang anak pengusaha kaya yang menganggap uang adalah segalanya, bahkan sampai tak percaya dengan kekuasaan Tuhan. Anak itu bernama Deni Ruso (Panji Zoni) yang merupakan anak dari pemilik Ruso Corp.

Deni sering terlibat keributan dan perkelahian berkeroyok. Hingga suatu saat ibunda Deni marah kepadanya dan memutuskan untuk mengirimnya ke Makassar.

Saat tiba di Makassar Deni bertemu dengan gadis aktivis lingkungan yang bernama Tenri (Maizura). Tenri sangat membenci Ruso Corp karena dianggapnya merusak lingkungan. Akhirnya Deni pun memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai anak pemilik Ruso Corp agar bisa dekat dengan Tenri.

Saat Deni mulai akrab dengan Tenri masalah mulai muncul. Sanrego (Cemal Faruk) yang selama ini jadi juara bertahan tarung sarung di Makassar tak terima jika Deni mendekati Tenri. Sanrego memukuli Deni hingga tak berdaya dan menantangnya untuk tarung sarung.

10. Ambo Nai Sopir Andalan (2022)

Ambo Nai Sopir AndalanFoto: Ambo Nai Sopir Andalan (Antara)

Film Ambo Nai Sopir Andalan kental dengan kearifan lokal. Selain jalan cerita, para pemain dan kru film hampir semuanya merupakan orang Bugis. Dialek yang digunakan pun bahasa Bugis.

Film ini terinspirasi oleh suksesnya tayangan Chanel Youtube milik Timur Kota Official dengan judul sama.

Dilansir dari laman resmi Lembaga Sensor Film, film ini menceritakan Ambo Nai (Syaiful Muharram) dipecat sebagai sopir penumpang antar daerah saat istrinya (Diny Arishandy) sedang hamil tua. Untunglah Ambo Nai mendapatkan informasi dari sahabatnya, Malla (Fendi Pradan) bahwa seorang juragan ikan (Daeng Noje) sedang membutuhkan sopir untuk mengantarkan ikan-ikannya ke kota.

Namun, Ambo Nai tidak tahu jika persaingan sesama sopir di tempat juragan ikan sangat keras. Ambo Nai yang mempunyai sifat lugu diterima bekerja meski harus berbagi penghasilan dengan sahabatnya.

Akan tetapi, Ambo Nai harus berhadapan dengan Bos Pirang (Karisman Saputra) dan antek-anteknya. Saat ada pengantaran spesial ke Makassar, Juragan memberikan kepercayaan kepada Ambo Nai, bukan kepada Bos Pirang. Ambo Nai dan Malla pun harus melewati berbagai rintangan.

Simak Video "Falcon Akan Remake Film 'Gone Girl'"
[Gambas:Video 20detik]
(alk/hsr)