Voxpol Center: 71,4 Persen Pemilih Tidak Menagih Janji Politik

BREAKINGNEWS.CO.ID - Voxpol Center melaksanakan survei preferensi perilaku pemilih (voting behavior) menjelang penyelenggaraan Pilpres tahun 2019. Soal janji politik, seberapa besar pengaruh janji politik mendongkrak elektabilitas capres? Apakah janji politik punya korelasi linear terhadap tingkat "keterpilihan" masing-masing capres atau cawapres pada pilpres 2019?

Voxpol Center: 71,4 Persen Pemilih Tidak Menagih Janji Politik

BREAKINGNEWS.CO.ID - Voxpol Center melaksanakan survei preferensi perilaku pemilih (voting behavior) menjelang penyelenggaraan Pilpres tahun 2019. Soal janji politik, seberapa besar pengaruh janji politik mendongkrak elektabilitas capres? Apakah janji politik punya korelasi linear terhadap tingkat "keterpilihan" masing-masing capres atau cawapres pada pilpres 2019?

Dalam survei ini, Voxpol Center menemukan bahwa apabila ditanyakan kepada responden "apakah bapak/ibu tertarik memilih capres/cawapres yang memberikan banyak janji-janji politik di saat kampanye?

Survei Voxpol Center menunjukkan bahwa sebesar 70,4 persen  "tidak" tertarik dengan janji politik yang ditawarkan capres/cawapres. Hanya 18,3 persen pemilih yang "tertarik" dengan janji yang ditawarkan oleh elite politisi atau calon presiden dan wakil presiden.

Kemudian soal tingkat "kepercayaan" terhadap janji politik capres/cawapres, dengan simulasi pertanyaan "seberapa percayakah bapak/ibu terhadap janji-janji politik yang disampaikan capres/cawapres di saat masa kampanye?

Data survei Voxpol Center menunjukkan 62,8 persen pemilih "tidak percaya" dengan janji politik. Namun demikian, masih ada yang percaya terhadap janji politik yang di obral ketika masa kampanye sebesar 24,7 persen.

Selanjutnya, terkait korelasi linear soal janji politik menjadi "dasar pertimbangan" memilih capres/cawapres, apakah janji politik berpengaruh/tidak terhadap pilihan capres? Sebesar 27,3 persen janji politik "mempengaruhi" pilihan pemilih terhadap capres. Namun demikian, masih ada angka sebesar 63,5 persen janji politik "tidak" berpengaruh terhadap pilihan politik.

Kemudian, hasil survei ini juga menunjukkan hal yang menarik soal upaya "menagih janji" politik setelah terpilih, soal apakah bapak/ibu akan melakukan "penagihan" janji politik terhadap capres/cawapres setelah mereka terpilih? angkanya cukup mengejutkan, ternyata yang "menagih" janji politik hanya sebesar 16,6 persen pemilih. Sisanya sebesar 71,4 persen tidak menagih/tidak peduli dengan janji politik capres setelah terpilih.

Dari hasil survei di atas menunjukkan bahwa sangat wajar politisi tanpa beban mengobral janji sesuka hati. Mereka menyadari  bahwa janji politik dalam kontestasi elektoral berpengaruh terhadap elektabilitas. Di sisi lain masyarakat tidak akan menagih janji politik yang dulu pernah mereka tawarkan, karena psikologi pemilih seringkali pelupa dan pemaaf.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai janji politik Jokowi dan Prabowo di masa kampanye adalah sesuatu yang wajar. Pasalnya, sifat dasar politikus adalah gemar mengumbar janji, "janji itu kosmetik politik".

"Politik merupakan sebuah dunia tempat orang memberikan janji-janji yang mungkin sebagian ‘tidak akan terpenuhi’, serta mengucapkan kata-kata yang memang dari semula telah direncanakan untuk memberikan kesan yang tidak benar bagi para pendengarnya," kata Pangi, Jum"at (22/3/2019).

Bahkan, lebih ekstream lagi, lanjut Pangi, ada sebagian politisi/capres berjanji bakal membangun ‘jembatan’ sekalipun  tak ada sungai di sana.

"Wajar selama ini politisi kita sangat doyan berjanji tanpa beban, mengobral janji-janji manis. Bahkan membuat program yang tidak masuk akal. Politisi menyadari karakteristik perilaku pemilih kita yang cenderung "pelupa dan pemaaf" dan tidak akan menagih janji politik," tuturnya.

Voxpol Center mengadakan survei pada tanggal 26 Februari 2019- 8 Maret 2019. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error lebih kurang sebesar 2,98 persen dengan melibatkan 1.220 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas dengan selang kepercayaan survei ini adalah 95 persen.

Setiap responden terpilih diwawancarai  dengan metode wawancara tatap muka (face to face) oleh pewawancara yang terlatih secara khusus. Quality control dilakukan dengan mendatangi kembali (rekonfirmasi) 20 persen sampel responden yang ada kemudian terpilih secara acak (spot check).