Sejarah Stasiun Tuntang hingga Jadi Lokasi Syuting Film 'Gadis Kretek'

Film 'Gadis Kretek' belakangan menjadi sorotan dari para pecinta film RI. Salah satu yang jadi lokasi syuting film tersebut yakni Stasiun Tuntang di Semarang.

Sejarah Stasiun Tuntang hingga Jadi Lokasi Syuting Film 'Gadis Kretek'
image
Jakarta -

Film 'Gadis Kretek' belakangan menjadi sorotan dari para pecinta film Indonesia. Salah satu yang menjadi lokasi syuting film tersebut yakni Stasiun Tuntang di Semarang.

Stasiun Tuntang sempat muncul dalam scene film Gadis Kretek yang menjadi pertemuan terakhir antara Mas Raja yang diperankan oleh Ario Bayu dan Jeng Yah yang diperankan Dian Sastrowardoyo. Tahukah kamu, sejarah dari stasiun tersebut?

PT KAI (Persero) menjelaskan dalam unggahannya. Ternyata Stasiun Tuntang merupakan salah satu stasiun tertua di Indonesia. Bagaimana tidak, stasiun itu mulai dibangun pada tahun 1871 dan dioperasikan pada 21 Mei 1873.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Stasiun Tuntang merupakan stasiun kereta api kelas III atau kecil dengan gaya arsitektur "Chalet NIS", yang banyak dipakai di rancangan stasiun-stasiun di awal abad ke-20. Meskipun terbilang stasiun kecil, stasiun ini berperan penting dalam bidang pengangkutan produk perkebunan.

"Pengiriman beberapa hasil perkebunan seperti karet, gula, kopi, dan coklat dibawa menuju Ambarawa lewat Stasiun Tuntang," tulis unggahan resmi KAI, dikutip Selasa (28/11/2023).

Dahulu Stasiun Tuntang pernah dijadikan tempat transit dari layanan bus milik NIS, yang memiliki trayek Stasiun Tuntang-Kota Salatiga. Pada 1921, layanan bus tersebut kemudian diakuisisi oleh perusahaan otobus swasta, Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO).

Pada 1 Juni 1970, Stasiun Tuntang sempat dinonaktifkan dan hanya difungsikan sebagai museum. Saat itu, Stasiun Tuntang dinilai kalah bersaing dengan mode transportasi lain dan kendaraan pribadi.

Stasiun ini waktu baru ditutup sempat melayani kereta wisata Ambarawa-Tuntang, namun tak berlangsung lama karena faktor rel yang rusak. Layanan kereta wisata ke Tuntang pun dihentikan dan jalur tersebut sempat mangkrak.

Setelah 32 tahun tak digunakan, Stasiun Tuntang akhirnya kembali dibuka untuk jalur wisata. Setelah dilakukan renovasi, jalur Ambarawa-Tuntang kembali dibuka pada 2002.

Mulanya Stasiun Tuntang hanya dapat melayani lori Ambarawa-Tuntang. Setelah tahun 2009 mulai direnovasi lagi, stasiun ini juga melayani kereta uap wisata lagi.

Kini para pengunjung bisa menikmati keotentikan Stasiun Tuntang dengan kereta uap wisata yang ditarik lokomotif diesel vintage.

Stasiun Tuntang mempunyai dua jalur kereta api dan dilengkapi sub depo lokomotif yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan sebagian lokomotif diesel. Direncanakan stasiun ini akan menjadi stasiun lokomotif diesel, mengingat sebagian lokomotif diesel elektrik yang diproduksi di bawah tahun 1970-an serta seluruh lokomotif diesel hidraulik di Jawa sudah hampir semuanya pensiun beroperasi dan mulai dipreservasi.

(aid/das)