Pelaku Kejahatan di Jakarta 89 Persen Laki-laki Ungkap MaPPI

Jakarta - Orang-orang Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum Kampus Indonesia (FHUI) lakukan studi hasil dalam menanggapi kejahatan yang berlangsung di DKI Jakarta. Studi ini dikerjakan dengan topik "490 Th. Kota Jakarta, Refleksi Keadaan Kejahatan di Ibu Kota".

Pelaku Kejahatan di Jakarta 89 Persen Laki-laki Ungkap MaPPI

Jakarta - Orang-orang Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum Kampus Indonesia (FHUI) lakukan studi hasil dalam menanggapi kejahatan yang berlangsung di DKI Jakarta. Studi ini dikerjakan dengan topik "490 Th. Kota Jakarta, Refleksi Keadaan Kejahatan di Ibu Kota".

Maksudnya yaitu memetakan tindak pidana dan perlakuannya dalam masalah kriminil yang seringkali berlangsung. Menurut peneliti MaPPI, Bestha Inatsan, ada 89, 1 % kejahatan di DKI Jakarta yang dikerjakan oleh golongan lelaki.

" Kejahatan ini banyak dikerjakan oleh lelaki 89, 1%, perempuan cuma 10. 5%, " kata Bestha dalam diskusi di Bakoel Coffe, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2017).

Bestha menyebutkan sekitaran 2, 9 % salah satunya adalah aktor residivis serta 90, 8 % yaitu aktor yang baru pertama kalinya lakukan kejahatan. Hal semacam ini pasti jadi perhatian untuk lembaga kepolisian dalam melindungi keamanan ketertiban serta keamanan (kamtibmas).

" Orang yang lakukan kejahatan umumnya pengangguran, Mereka ngerampok saja atau mengambil karna tidak bekerja. Berarti kalau ada problem sosial disini, bukanlah problem kejahatan saja, namun juga problem mencegah, " terang Bestha.

" Kejahatan seringkali berlangsung, seperti perampokan, pencurian dengan kekerasan, pemberatan, begal, curanmor, itu seringkali berlangsung, serta saat diadili cuma buat over capacity untuk lapas saja, " paparnya.

Hal semacam ini jadi manarik karna makin beraninya kejahatan berlangsung di Ibu Kota. Peneliti MaPPI yang lain, Dio Ashar menyikapi kejahatan yang senantiasa selesai dalam lapas jadi aksi represif. Dio menyebutkan mesti ada alternatif beda supaya over kemampuan di lapas tidak selalu berlangsung.

" Nah ini tidaklah heran bila kita lihat over kemampuan di lapas. Karna tak ada alternatif beda, yang dikerjakan yaitu pemenjaraan saja. Kita saksikan perspektif beda, ini kita dapat mencontoh juga di Belanda, " katanya.

" Disana arahnya tidak selamanya dikerjakan aksi represif, namun ada pula mencegah. Ada satu menarik, bagaimana pencurian itu berlangsung, itu paling banyak libur Natal, jadi mungkin saja input, ini kan mungkin saja satu mencegah, " sambung Dio.

Disamping itu, CEO PT Indexalaw, Evandri G Pantouw menyebutkan langkah mencegah dapat juga dengan pembuatan aplikasi tempat kejahatan. Hal semacam ini pasti buat orang-orang lebih waspada waktu ada ditempat peristiwa perkara (TKP).

" Berkaitan dengan pencurian peranan hal semacam ini untuk memerlihatkan rutinitas kecenderungan pencurian di Jakarta. Ini bisa dibuka oleh umum, hingga umum tahu, " kata Evandri dalam peluang yang sama.

Evandri mengakui tengah buat aplikasi dalam webnya Indexlaw. id. Dia mengintegrasikan semuanya data kejahatan di Jakarta dalam tehnologi seperti mapping. Hal semacam ini pasti diinginkan bisa meminimalkan tingkat kejahatan yang ada.

" Bila kita saksikan pemakaian tehnologi, kita perbaiki integrasi data hingga orang-orang bisa lihat beberapa lokasi mana yang relatif seringkali berlangsung kejahatan serta orang-orang dapat menghadapinya, " ujarnya.