Oposisi Venezuela Rebut Pos Diplomatik di AS

BREAKINGNEWS.CO.ID – Kelompok oposisi Venezuela, dilaporkan mengambil alih tiga aset diplomatik di Amerika Serikat, sebagai bentuk krisis politik yang berlanjut antara Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, dan Ketua Majelis Nasional, Juan Guaido.

Oposisi Venezuela Rebut Pos Diplomatik di AS

BREAKINGNEWS.CO.ID – Kelompok oposisi Venezuela, dilaporkan mengambil alih tiga aset diplomatik di Amerika Serikat, sebagai bentuk krisis politik yang berlanjut antara Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, dan Ketua Majelis Nasional, Juan Guaido.

Seperti dilansir AFP, Rabu (20/3/2019), tiga bangunan pos diplomatik Venezuela yang diambil alih kelompok oposisi adalah dua fasilitas militer di Washington dan sebuah konsulat setinggi enam lantai di New York, tidak jauh dari Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Duta Besar Venezuela yang pro oposisi, Carlos Vecchio, menyatakan langkah itu diambil untuk melindunginya dari kekuasaan Maduro.

"Pejabat rezim Nicolas Maduro secara tidak sah menduduki konsulat ini. Mereka tidak punya status hukum di sini," kata diplomat pro Guaido, Gustavo Marcano. Gedung konsulat Venezuela saat ini tidak berfungsi dan tidak ada kegiatan. Akan tetapi, di dalam gedung itu terdapat sejumlah benda-benda seni dan lukisan mendiang mantan presiden Hugo Chavez serta peta Venezuela.

Di satu ruangan terdapat tumpukan paspor, beberapa lemari, dan kaos-kaos yang masih tergantung. Sedangkan sejumlah perangkat elektronik seperti komputer sudah raib. Tidak diketahui diapa yang membawanya. Pemerintah Venezuela mengecam pengambilalihan pos diplomatik mereka di AS oleh kelompok oposisi. Mereka mengancam memberlakukan hal yang sama terhadap AS.

"Ini adalah pelanggaran serius pemerintah AS terhadap perwakilan pemerintah Venezuela di luar negeri," demikian pernyataan pemerintah Venezuela melalui akun Twitter mereka. Krisis ekonomi akibat inflasi tak terkendali sejak Maduro mengambil kendali pemerintahan sejak Hugo Chavez meninggal enam tahun silam membuat Venezuela masuk ke dalam pusaran masalah. Hal itu memicu krisis kemanusiaan hingga politik sampai saat ini.