Game HP dan Pandemi yang Mengikis Pamor Tunjungan Center Surabaya

Tunjungan Center Surabaya tergerus zaman dan terdampak pandemi COVID-19. Kini, TC sepi pengunjung dan nyaris semua toko di sana tutup

Game HP dan Pandemi yang Mengikis Pamor Tunjungan Center Surabaya
image
Surabaya -

Tunjungan Electronic Centre (TEC) atau yang dulu dikenal Tunjungan Center (TC) Surabaya pernah menjadi surganya pecinta game di Surabaya. Sejak dibangun pada era 1980-an hingga sebelum pandemi COVID-19, pusat perdagangan elektronik dan IT center ini masih ramai pengunjung dan banyak toko yang buka. Namun kini, satu perangkat konsol game saja terjual, para pedagang sudah bersyukur.

Di masa kejayaannya, gedung yang terdiri dari enam lantai ini menjadi tempat berburu alat-alat elektronik. Seperti berbagai macam komputer, gadget, handphone, audio, konsol game, perlengkapan elektronik rumah tangga, spare part elektronik, hingga service center.

Namun, kini TEC tak lagi seperti dulu. Bahkan, lantai dua yang biasanya sibuk dipenuhi para penggila game konsol, sekarang tampak lengang dan nyaris semua toko tutup karena sepi pengunjung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ajeng Utari, salah seorang pegawai stan yang juga menjual konsol game di TEC Surabaya, menyebut kondisi semakin parah terutama sejak pandemi COVID-19. Pasalnya, saat itu ada pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial para pedagang di sana.

"Kalau seingat saya, waktu awal PPKM itu sudah langsung anjlok banget, sepi, tutup total," ungkap Ajeng kepada detikJatim, Jumat (22/12/2023).

Tak hanya itu, sebagian besar pedagang konsol game di TEC Surabaya yang telah lama beroperasi di sana juga merasakan perubahan drastis pola pembelian konsumen. Hal ini dipengaruhi pesatnya perkembangan teknologi.

Hal ini diungkapkan Ratna, pemilik salah satu toko PlayStation elektronik TEC Surabaya yang sudah berdiri selama 10 tahun. Menurutnya, penyebab utama penurunan minat pembeli terhadap konsol game PlayStation terjadi sejak peluncuran teknologi Android.

Sehingga, membuat banyak kaum milenial lebih memilih bermain game di perangkat yang multifungsi dan portabel. Seperti smartphone dibanding harus membeli konsol game.

"Sepinya itu mulai yang pasti dari awal Android keluar dan momennya pas banget saat setelah PS 3 itu rilis, jadi harga PS ini juga langsung turun drastis. Kami yang punya modal lama juga sempat pusing pada waktu itu," bebernya.

Ratna mengatakan, para pedagang merasakan dampak besar pergeseran tren belanja konsumen tersebut. Omzet yang turun tajam akibat penurunan jumlah pengunjung menjadi kenyataan yang harus dihadapi.

"Beda banget sama dulu waktu masa berjayanya PS 2 keluar itu di rentang waktu 2003 atau 2004 rame banget pas itu. Sampai akhirnya muncul game online jadi langsung drastis banget perubahannya. Itu jadi momen yang masih teringat," lanjut Ratna.

Pedagang lain, Alfian mengaku mengalami penurunan omzet drastis. Kendati demikian, dia tetap mencoba terus bertahan dengan penghasilan yang tak menentu setiap harinya. Ia menyebut penurunan omzet membuat para pedagang berupaya keras untuk bertahan dengan berbagai macam penawaran yang menarik minat pembeli.

"Turun banget kalau omzet, jauh banget sampai nggak tahu berapa persen. Sehari aja kadang bisa nggak ada pemasukan sama sekali. Jadi sekarang cuman njagakno langganan-langganan luar kota, sama kami juga tawarkan jasa servis," tutur Alfian.

"Bahkan sekarang customer-customer nyasar atau istilahnya orang awam itu kayak udah nggak mungkin ada, kalau memang sebelumnya mereka bukan pelanggan lama atau dapat rekomendasi dari temannya gitu," imbuhnya.

Simak Video "Seorang Pria Ngamuk Tak Terima Ada yang Main Rebana di Masjid Surabaya"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/dte)