Film Avatar 2 Banyak Dipuji, Tapi Kok Ada Seruan Boikot?

Film Avatar 2 dinilai rasis dan dikritik karena penggunaan stereotip serta representasi masyarakat adat yang tidak sesuai.

Film Avatar 2 Banyak Dipuji, Tapi Kok Ada Seruan Boikot?

Jakarta, CNBC Indonesia - Film Avatar 2: The Way of Water sukses meraup keuntungan yang besar di box office seluruh dunia sejak pertama kali ditayangkan pada 16 Desember 2022. Ini membuktikan bahwa masih ada minat dari pencinta film untuk karya tersebut, bahkan setelah 13 tahun sejak rilis film Avatar pertama.

Kendati demikian, sekuel Avatar sejauh ini menerima ulasan yang sangat beragam dari para kritikus. Beberapa mengecam plot tersebut karena memainkan narasi "white saviour" alias mengagungkan ras kulit putih yang seringkali memerankan karakter penyelamat. Istilah "white saviour" juga sering digunakan sebagai deskripsi kritis dari orang kulit putih yang digambarkan sebagai pahlawan bagi orang non-kulit putih. 

Karena alasan itu, film Avatar 2 dinilai rasis dan dikritik karena penggunaan stereotip serta representasi masyarakat adat yang tidak sesuai.

YICHANG, CHINA - DECEMBER 21, 2022 - A poster of Avatar 2 is seen at a cinema in Yichang, Hubei province, China, December 21, 2022. (Photo credit should read CFOTO/Future Publishing via Getty Images)Foto: Future Publishing via Getty Imag/Future Publishing
YICHANG, CHINA - DECEMBER 21, 2022 - A poster of Avatar 2 is seen at a cinema in Yichang, Hubei province, China, December 21, 2022. (Photo credit should read CFOTO/Future Publishing via Getty Images)

Tak lama setelah penayangannya, ada seruan boikot dari masyarakat adat yang merupakan penduduk Asli Amerika. Mereka membujuk orang agar tidak menonton film karya sutradara James Cameron tersebut.

Yuè Begay, seorang seniman dan aktivis Navajo, menyerukan pemboikotan film tersebut dalam sebuah tweet yang sejak itu mendapat lebih dari 47.000 likes.

Menurut Presiden dan CEO IlluminNative Crystal Echo-Hawk, karakter Sully yang rasnya tidak disebutkan secara eksplisit tetapi status orang luarnya jelas sejajar dengan orang kulit putih memainkan kiasan white saviour yang kurang tepat.

"(Cameron) mungkin menceritakan kisah kolonisasi, tapi dia menceritakannya melalui lensa pria kulit putih," tambahnya, dikutip dari CNN Internasional.

Jika saja Avatar 2 melibatkan lebih banyak masyarakat adat dalam produksi film, Echo-Hawk mengatakan Cameron seharusnya dapat menceritakan kisah yang lebih otentik.

"Ini adalah bentuk arogansi bahwa pembuat film kulit putih, entah bagaimana, bisa menceritakan sebuah cerita yang didasarkan pada masyarakat adat. Dan dia merasa mampu melakukannya lebih baik daripada yang bisa dilakukan oleh masyarakat adat itu sendiri," tambahnya.

Avatar: The Way of Water memperkenalkan orang-orang Metkayina yang berasal dari terumbu karang kepada masyarakat adat Māori. Film ini juga menampilkan Cliff Curtis, yang merupakan keturunan Māori, sebagai kepala Metkayina Tonowari. Namun banyak karakter lain yang masih disuarakan oleh aktor kulit putih.

Inspirasi Suku Bajo

BUTON, SOUTH EAST SULAWESI, INDONESIA - 2020/10/01: Dimas Saputra (10 years old) is seen posing with his favorite boat right in front of his house. The life of the Bajo tribe, from birth to adulthood, is dependent on the sea. Everything is done there, from looking for food to all life activities carried out in the sea. Dimas Saputra is one of the many children who became an accomplished bajo child with extraordinary diving skills at a young age. Since childhood, his father Muhammad Ajran (36 years old) and his mother Sunarti (35 years old) have been accustomed to knowing and uniting with nature. (Photo by Andry Denisah/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images
BUTON, SOUTH EAST SULAWESI, INDONESIA - 2020/10/01: Dimas Saputra is one of the many children who became an accomplished bajo child with extraordinary diving skills at a young age. (Photo by Andry Denisah/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Di Indonesia, Avatar: The Way of Water mendapat sambutan hangat dari penikmat film. Apalagi, film tersebut mengambil inspirasi dari Suku Bajo, salah satu suku asli Indonesia.

Sang Sutradara James Cameron mengaku melakukan banyak riset untuk menciptakan karakter Suku Metkayina. Dalam hal ini meneliti budaya dari suku-suku yang hidup berdampingan dengan laut.

Suku Bajo memiliki karakteristik kemaritiman cukup kental. Saat ini mereka tersebar di beberapa wilayah perairan Sulawesi, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara, hingga ke pantai timur Sabah (Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina).

Suku Bajo terkenal dengan ciri khasnya yang nomaden sehingga suku ini biasa dikenal dengan "sea gypsy".


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Mengenal Suku Bajo di Indonesia, Jadi Inspirasi Film Avatar 2


(hsy/hsy)