Atraksi Drone yang Memukau Berubah Jadi Bencana Hujan Drone

JAKARTA - Sebuah video dari sejumlah pesawat tak berawak yang jatuh dari langit selama pertunjukan di Xi"an, provinsi Shaanxi, menjadi viral online, mempermalukan pemenang Guinness World Record baru, dengan dikenalikan oleh sebuah software Ehang Egret. Sebelumnya beberapa bulan lalu Intel menjadi yang pertama melakukan dengan 1.218 unit drone.

Atraksi Drone yang Memukau Berubah Jadi Bencana Hujan Drone

JAKARTA - Sebuah video dari sejumlah pesawat tak berawak yang jatuh dari langit selama pertunjukan di Xi"an, provinsi Shaanxi, menjadi viral online, mempermalukan pemenang Guinness World Record baru, dengan dikenalikan oleh sebuah software Ehang Egret. Sebelumnya beberapa bulan lalu Intel menjadi yang pertama melakukan dengan 1.218 unit drone.

Pada 29 April 2018 perusahaan drone Ehang melampaui rekor Intel dengan menerbangkan 1.274 unit drone. Sayangnya, di atraksi keduanya tanggal 1 Mei 2018 lalu di Xi"An provinsi Shaanxi, Tiongkok, atraksi drone berubah jadi hujan drone.

Dikutip dari Gizmodo, Kamis (3/5/2018) beredar video yang menampilkan atraksi tersebut mulai menjadi bencana saat kumpulan drone di salah satu sisi bagian atraksi tidak berhasil membentuk formasi yang sudah diprogram. Alhasil seperti efek domino, drone yang gagal terbang sesuai bentuk formasi yang diinginkan membuat drone lain berbenturan dan akhirnya jatuh ke darat.

Tidak diketahui apakah ada korban jiwa dari peristiwa ini, mengingat setiap drone memiliki bobot seberat 20 kilogram dan disebut terbang di ketinggian 260 meter di atas bangunan dinding kota lama Xi"An yang sudah didirikan sejak Dinasti Ming (1386-164).

Beruntungnya, atraksi yang berlangsung selama 13 menit sempat berjalan lancar dan mengamankan rekornya di Guiness World Record. Dari media lokal ECNS dijelaskan bahwa Ehang menggunakan program bernama Ehang Egret yang bisa mengendalikan sejumlah drone bersamaan dan terbang membentuk formasi secara otomatis sesuai program. Pihak Ehang sejak awal memang sudah mengakui bahwa semakin banyak drone yang terbang, tingkat kesulitannya bertambah.

Berdasarkan pengakuan pihak Ehang, dijelaskan bahwa permasalahan tersebut kemungkinan besar terjadi karena gangguan sinyal antara tiap drone dengan pusat kendali yang disebabkan oleh sinyal dari ratusan smartphone milik penonton yang mengabadikan momen tersebut.

Ehang sendiri bukan perusahaan teknologi baru. Mereka sudah sering memperkenalkan kendaraan terbang menyerupai drone yang bisa diisi penumpang, bahkan mereka sudah melakukan uji coba pada kendaraan tersebut.

[embedded content]