”Titanic”, Peluang Memajukan Wisata Kapal Pesiar

Oleh Dewa Gde Satrya Film Titanic yang meraih sebelas penghargaan di Academy Awards, minggu lalu diputar kembali high definition version, menyambut 25 tahu

”Titanic”, Peluang Memajukan Wisata Kapal Pesiar
Dewa Gde Satrya. (BP/Istimewa)

Oleh Dewa Gde Satrya

Film Titanic yang meraih sebelas penghargaan di Academy Awards, minggu lalu diputar kembali high definition version, menyambut 25 tahun diluncurkannya pertama kali. Mendekati momen Valentine Day yang lalu, pemutaran ulang film roman yang diangkat dari kisah nyata ini diprediksi juga bakal menarik perhatian jutaan penonton lagi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Film yang memadukan antara art dan technology karya
sutradara James Cameron ini, patut dimaknai sebagai momentum untuk menggairahkan wisatawan cruise ke Indonesia. Titanic yang tenggelam lebih dari 100 tahun silam, melalui bendera Blue Star Line, dihadirkan dengan kapasitas 2.435 penumpang dan 473 awak serta sekoci dan jaket pelampung yang memadai. Titanic II mengarungi lagi Samudra Atlantik dengan jalur yang sama dengan satu abad silam: dari Inggris ke Amerika Serikat.

Kabar gembira itu menunjukkan betapa Titanic masih menjadi magnet dan pengikat memori yang tak lekang zaman. Seperti diketahui, kapal pesiar mewah Titanic, asal Britania Raya, tenggelam di Samudra Atlantik Utara padabtanggal 15 April 1912 setelah menabrak sebuah
gunung es pada pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris ke New York City.

Wikipedia mencatat, tenggelamnya Titanic mengakibatkan kematian sebanyak 1.514 orang dalam salah satu bencana maritim masa damai paling mematikan sepanjang sejarah. Titanic merupakan kapal terbesar di dunia pada pelayaran perdananya. Satu dari
tiga pesiar samudra kelas Olympic dioperasikan oleh White Star Line. Kapal ini dibangun pada 1909 sampai 1911 oleh galangan kapal Harland and Wolff di Belfast.

Kapal ini sanggup mengangkut 2.224 penumpang. Para penumpangnya terdiri dari sejumlah orang terkaya di dunia, serta lebih dari seribu imigran dari Britania Raya, Irlandia, Skandinavia, dan negara-negara lain yang mencari kehidupan baru di Amerika Utara. Kapal ini dirancang senyaman dan semewah mungkin, dengan dilengkapi gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas dan kabin mewah.

Kapal ini juga memiliki telegraf nirkabel mutakhir yang dioperasikan untuk keperluan penumpang dan operasional kapal. Meski Titanic mempunyai perlengkapan keamanan yang maju seperti kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak jauh, kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk menampung seluruh
penumpang kapal.

Titanic hanya mengangkut sekoci yang hanya mampu menampung 1.178 penumpang – sepertiga dari total penumpang dan awak kapalnya.

Cruise ke Indonesia

Pernah diidentifikasi sejumlah penghambat cruise asing masuk ke Indonesia. Pertama, perahu layar dan kapal pesiar asing diharuskan mengantongi izin masuk ke wilayah Indonesia (Clearance Approval for Indonesian Territory/CAIT). Izin itu diterbitkan empat pihak, yakni Badan Intelijen Strategis (BAIS), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Luar Negeri dan Markas Besar TNI. Proses perizinan memakan waktu minimal 1 bulan.

Kedua, pemberian visa kunjungan ke Indonesia hanya berlaku selama 2 bulan. Padahal kecepatan perahu atau kapal pun terbatas, sementara perairan Indonesia sangat luas. Ketiga, ada peraturan Menteri Keuangan tahun 2006 mengategorikan semua sarana atau barang yang dibawa wisatawan asing ke Indonesia sebagai barang impor sementara. Itu berlaku juga terhadap wisatawan minat khusus.

Untuk saling melengkapi dan menguatkan, dibutuhkan semakin sinergisnya antara pemerintah dan swasta dalam koridor pengembangan kepariwisataan daerah di pintu-pintu kedatangan wisatawan asing lewat cruise. Sejarah mencatat, perairan Indonesia sejak masih bernama Hindia Belanda merupakan perairan kapal pesiar. Kapal-kapal mewah dengan bendera negara-negara Skandinavia, Inggris, Amerika, Federasi Rusia dan negara-negara lain dari waktu ke waktu mampir ke Indonesia.

Berwisata di kapal pesiar memang menjadi sensasi dan impian orang modern. Selain praktis dan dapat mengunjungi lebih banyak tempat wisata tanpa perlu mengemasi barang bawaan, sejumlah fasilitas spektakuler ala hotel bintang lima ada dalam cruise. Sebut contoh, fasilitas yang dimiliki Royal Caribbean, seperti, rock climbing wall, dinning room dua lantai,
buffet restaurant, indoor dan outdoor swimming
pool lengkap dengan Jacuzzi, shopping arcade
dengan diskon besar-besaran di hari terakhir, teater dan fasilitas untuk anak-anak.

Untuk itu perlu ditingkatkan kemudahan perijinan dan pengetahun teknis bisnis cruise agar dapat memberikan layanan yang membantu mereka datang ke Indonesia dan kembali lagi ke sini pada masa mendatang. Kiranya kehadiran film Titanic akan berdampak pada semakin majunya wisata kapal pesiar di Indonesia.

Penulis, Dosen Hotel & Tourism Business, School of Tourism, Universitas Ciputra Surabaya