Represi Sosial, Benang Merah Jakarta World Cinema Week 2023

Para panitia dan sineas yang ikut meramaikan Jakarta World Cinema Week 2023 saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
RIANA A IBRAHIM

Para panitia dan sineas yang ikut meramaikan Jakarta World Cinema Week 2023 saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Untuk kali kedua, Jakarta World Cinema Week diselenggarakan lagi. Pada tahun ini, sebanyak 90 film dari 54 negara siap diputar pada 11-18 November 2023. Isu mengenai represi sosial menjadi pilihan tema yang mengikat dari perhelatan festival film yang digelar secara luring dan daring ini.

Festival Director Jakarta World Cinema Week (JWCW) 2023 Shandy Gasella dalam jumpa pers yang berlangsung di Jakarta, Kamis (19/10/2023), menyampaikan, benang merah tema diperlukan untuk dapat mengemas sebuah festival film. Sebab, selain menjadi wadah pertemuan para sineas dan penonton, festival film juga dapat berfungsi sebagai sarana memperlihatkan kondisi sosial budaya yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Film-film yang dipilih dalam festival kali ini pun berasal dari berbagai festival film di sejumlah kota dari beberapa negara, seperti Cannes, Berlin, Tokyo, Busan, Toronto, Sundance, Locarno, dan masih banyak lagi.

Untuk film pembuka, JWCW 2023 menjatuhkan pilihan pada film debut karya sutradara Amjad Al Rasheed berjudul Inshallah A Boy (2023) dari Jordania. Film ini sebelumnya telah mampir di Cannes dan Toronto, dan menjadi film perwakilan resmi Jordania untuk Academy Awards ke-97.

Begitu pula dengan film penutup yang juga mewakili Australia pada Oscars 2024 pada kategori Best International Feature Film, yakni Shayda (2023). Film milik sutradara Iran Noora Niasari yang bekerja sama dengan Australia ini telah tayang di sejumlah festival, seperti Melbourne, Toronto, Sundance, Locarno, dan Busan.

Kedua film ini memotret kondisi perempuan di tengah tekanan patriarki. ”Isu perempuan ini masuk dalam tema besar represi sosial yang menjadi benang merah tahun ini. Itu sebabnya, film pembuka dan penutup dipilih yang memang berkaitan dan relevan juga dengan keadaan di Indonesia saat ini,” kata Programmer Festival JWCW 2023, Daniel Irawan.

Nantinya, para pemain dari film pembuka dan sutradara dari film penutup dijadwalkan hadir dalam sesi tanya jawab dengan para penonton. ”Event kali ini memang diharapkan juga menjadi hub agar audiens bisa berinteraksi dengan pemain dan pembuat filmnya langsung,” ujar Shandy.

Selain itu, JWCW juga membuka kelas dengan para pemain, sutradara, dan produser yang bisa diikuti oleh umum. Ada juga acara bincang-bincang dengan sejumlah tema yang berkaitan dengan film, dan kompetisi penulisan ulasan film berhadiah beasiswa.

Dari kiri ke kanan: Executive Director JWCW 2023 Frederica, Festival Director JWCW 2023 Shandy Gasella, dan Marketing Lead CGV Manda Putri ketika jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
RIANA A IBRAHIM

Dari kiri ke kanan: Executive Director JWCW 2023 Frederica, Festival Director JWCW 2023 Shandy Gasella, dan Marketing Lead CGV Manda Putri ketika jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).

Adapun sejumlah film lain yang disuguhkan dalam sepekan adalah Monster (2023), The Pot au Feu (2023), Perfect Days (2023), Fallen Leaves (2023), A Brighter Tomorrow (2023), About Dry Grasses (2023), Anatomy of A Fall (2023), The Settlers (2023), dan masih banyak lagi. Dari keseluruhan, sebanyak 35 film akan diputar langsung di CGV Grand Indonesia dan 55 film tayang secara daring di KlikFilm.

Seperti tahun sebelumnya, film Indonesia juga menjadi agenda penting dalam festival kali ini. Ada sejumlah film Indonesia seperti Badrun dan Loundri (2023) besutan Garin Nugroho, Melukis Luka (2023) arahan Prisia Nasution, Koridor (2023) garapan Indra Gunawan, dan Malaikat Tanpa Sayap (2023) milik Danial Rifki. Tak ketinggalan, film klasik Ramadhan dan Ramona (1992) yang disutradarai Chaerul Umam juga akan mewarnai layar JWCW tahun ini.

Ekosistem film

Ifa Isfanyah sebagai Steering Committee JWCW menyampaikan, keberadaan festival film merupakan hal penting dalam membangun ekosistem film yang lebih kuat dan sehat. Ia pun menambahkan, idealnya satu kota memiliki satu festival film. Ifa sendiri sudah 18 tahun menjalankan Jogja-Netpac Asian Film Festival yang menjadi wadah bagi para sineas Tanah Air berkumpul, termasuk para debutan.

”Semakin banyak festival film semacam ini, seperti JWCW ini, akan semakin baik dan harapannya bisa memperkuat culture cinema di Indonesia. Film butuh penonton, penonton butuh film. Dengan festival ini, bisa menjadi wahana bagi film yang perlu didukung bertemu dengan penonton yang lebih luas,” kata Ifa.

Keberadaan festival film yang membawa film dari mancanegara ini juga berpotensi mengukuhkan posisi Indonesia di peta perfilman global. Ia mengungkapkan, selama ini negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, hanya dilewati oleh film festival yang mumpuni.

Para panitia dan sineas yang ikut meramaikan JWCW 2023 saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).
RIANA A IBRAHIM

Para panitia dan sineas yang ikut meramaikan JWCW 2023 saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/10/2023).

”Di sirkuit internasional itu, Asia Tenggara termasuk Indonesia itu seperti blank spot. Hanya dilewatin. Untuk itu, saya apresiasi ini KlikFilm mau mengambil film festival dan JWCW juga menjadi ajang memudahkan penonton. Blank spot itu seperti menemukan titik terang,” kata Ifa.

Vivian Idris dari Badan Perfilman Indonesia pun sepakat festival film berpotensi mengembangkan ekosistem perfilman Indonesia menjadi lebih baik. Tidak hanya belajar dari menonton film, Vivian menambahkan, festival film bisa dimanfaatkan juga menjadi tempat realisasi ide para sineas dari lokakarya yang diadakan atau kesempatan screening untuk sejumlah film.

”Untuk penonton, besar peran festival film ini untuk literasi film. Apalagi kalau festivalnya memutar film dari banyak negara. Ada nilai toleransi dan keberagaman yang dapat diserap dari situ dan menjadi pembelajaran,” ujar Vivian.

Agar bisa menikmati film-film yang ditawarkan JWCW, cukup merogoh kantong Rp 35.000 untuk membeli tiket di CGV. Bagi mahasiswa, ada potongan harga Rp 15.000 dengan menunjukkan kartu mahasiswa ketika membeli langsung di lokasi. Bagi yang ingin menyaksikan di KlikFilm, bisa berlangganan paket mulai Rp 4.000 untuk akses tiga hari, dan Rp 30.000 untuk akses satu bulan.