DKJ Fest 2023, Upaya Merebut Kembali Ruang Seni

Penyelenggaraan DKJ Fest 2023 adalah salah satu upaya untuk merebut kembali ruang seni agar tetap menjadi ruang publik.

Suasana jumpa media mengenai DKJ Fest 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6/2023).
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Suasana jumpa media mengenai DKJ Fest 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi dan kerja sama dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk memperkuat ekosistem seni. Salah satu penguatan yang bisa dilakukan adalah dengan mempertahankan karakter ruang publik kesenian.

Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan mengatakan, mempertahankan karakter ruang publik kesenian sangat penting. Menurut dia, perlu ada tempat yang didedikasikan dan didesain sebagai ruang publik bagi kesenian, seperti Taman Ismail Marzuki (TIM).

”Apabila watak ruang publik TIM sebagai pusat kesenian Jakarta tidak terpenuhi, maka bisa mengancam ekosistem seni di Jakarta,” kata Hikmat dalam jumpa media mengenai penyelenggaraan DKJ Fest 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Menurut Hikmat, ekosistem seni menjadi bermakna ketika semua unsur bukan hanya saling berhubungan, melainkan juga saling ketergantungan, bertukar nilai, dan sebagainya. Oleh sebab itu, jika satu wilayah kesenian rusak, maka kemajuan budaya tidak akan terjadi.

Sejak memiliki Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan pada 2017, maka setiap kota harus menentukan masalah dan melakukan pemajuan kebudayaan. Sebagai kota yang unik, kata Hikmat, DKI Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki pusat kesenian sebagai purwarupa yang bisa direplikasi di tempat lain.

Oleh karena itu, kolaborasi dan kerja sama dari berbagai pihak untuk penguatan ekosistem seni sangat penting, seperti masyarakat dan pemerintah. Produk budaya dan kesenian Indonesia dapat digunakan sebagai sarana diplomasi ke seluruh dunia. Sebab, keragaman budaya Indonesia sangat besar.

Baca juga: Digitalisasi Arsip Dewan Kesenian Jakarta Masih Terkendala

Suasana jumpa media mengenai DKJ Fest 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6/2023).
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY

Suasana jumpa media mengenai DKJ Fest 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (20/6/2023).

”Namun, kendalanya selama ini tidak adanya kemauan politik atau political will dari pemerintah untuk menunjang hal tersebut. Kita belum bisa menggunakan seoptimal mungkin di bidang kebudayaan ini,” kata Hikmat.

Melalui tema ”Kelindan: Meretas Kahar Ekosistem Seni”, rangkaian program DKJ Fest 2023 menggambarkan semangat dan sikap DKJ dalam melihat persoalan, tantangan, dan kehidupan kesenian di Jakarta pada masa kini. Festival ini menjadi pembacaan situasi ekosistem seni di Jakarta, pernyataan sikap terhadap situasi kahar (sewenang-wenang) di beberapa ruang seni di Jakarta, serta pernyataan artistik atas situasi kesenian di Jakarta, baik dulu, kini, maupun nanti.

Penyelenggaraan DKJ Fest adalah salah satu upaya merebut kembali ruang seni agar tetap menjadi ruang publik.

Situasi kahar yang dimaksud ialah akumulasi persoalan sejak pra-revitalisasi, revitalisasi, hingga pasca-revitalisasi fisik TIM. Ketika revitalisasi ruang seni mengancam keberlanjutan sebagai ruang publik, maka ekosistem kesenian secara umum juga terancam.

Sementara itu, menurut Yola Yulfianti, Ketua Komite Tari DKJ, penyelenggaraan DKJ Fest adalah salah satu upaya merebut kembali ruang seni agar tetap menjadi ruang publik. Isu, dimensi, dan kedalaman kegiatan DKJ Fest kali ini cukup lebar. Jadi, harus dilihat secara holistik.

Berbagai program unggulan

Anggota Komite Teater DKJ Rebecca Kezia mengatakan, DKJ Fest 2023 merupakan festival yang menyuguhkan berbagai program unggulan dari Komite Seni Rupa, Komite Film, dan Komite Tari DKJ. Program tersebut sebagai wujud dan kerja penguatan ekosistem seni yang semakin tangguh, sekaligus menjaga kepentingan publik seni Jakarta.

Pada tahun ini, DKJ Fest menyuguhkan Pameran Arsip dan Koleksi DKJ bertajuk ”Pekan, Pesta, Festival: Bermula dari Cikini Raya 73”, Pameran Maestro Film Indonesia bertajuk ”Silang Visual: Film dan Seni Rupa Grafis", serta Pekan Koreografi Indonesia, interdisipliner, unboxing tari, diskusi, pemutaran film, dan lokakarya. Festival yang diselenggarakan 20 Juni-7 Juli 2023 di area Gedung Trisno Soemardjo dan Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta Pusat, ini terbuka dan gratis untuk umum.

Baca juga: ”Toeboeh ’Isa’ (1943), Tubuh Indonesia 1943” Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022

Patung berjudul "Uniform & Diversity" karya Egi Asae ikut ditampilkan dalam Pameran Seni Rupa bertajuk Jakarta Art Exhibition di Wisma Seni, Gdung Panjang, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)

Patung berjudul "Uniform & Diversity" karya Egi Asae ikut ditampilkan dalam Pameran Seni Rupa bertajuk Jakarta Art Exhibition di Wisma Seni, Gdung Panjang, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Sabtu (4/6/2022).

Selanjutnya, Komite Film DKJ juga telah menyiapkan Pameran Maestro Film Indonesia bertajuk ”Silang Visual: Delsy dalam Film dan Seni Rupa”. Pameran ini mengangkat tokoh film dan seni rupa Indonesia, Delsy Sjamsumar. Masyarakat dapat menikmati pameran mulai 23 Juni hingga 7 Juli 2023 pukul 10.00-20.00 WIB di Galeri Cipta 1, Gedung Trisno Soemardjo, TIM.

Sementara itu, Komite Seni Rupa DKJ menyuguhkan Pameran Arsip dan Koleksi DKJ bertajuk ”Pekan, Pesta, Festival: Bermula dari Cikini Raya 73” yang dikuratori oleh Esha Tegar Putra. Pameran tersebut menyuguhkan 59 poster, 5 koleksi lukisan, 118 foto, arsip audio, serta arsip surat. Publik dapat menikmatinya mulai 23 Juni hingga 7 Juli 2023 pukul 10.00-20.00 di Galeri Cipta 2, Gedung Trisno Soemardjo, TIM.