Diproduksi 1952, Film 'Dr. Samsi' Berhasil Direstorasi ke dalam Bentuk Digital

Film 'Dr. Samsi' yang Dgarap Tahun 1952 Berhasil Direstorasi ke dalam Bentuk Digital

Diproduksi 1952, Film 'Dr. Samsi' Berhasil Direstorasi ke dalam Bentuk Digital
image
Jakarta, Insertlive -

Film Dr. Samsi yang diproduksi tahun 1952 silam, berhasil direstorasi ke dalam bentuk digital.

Film yang disutradarai oleh Ratna Asmara ini merupakan salah satu film seluloid 35mm yang tersimpan dalam koleksi Sinematek Indonesia dalam kondisi yang tidak lengkap dan nyaris hancur.

Restorasi film dilakukan agar karya-karya sineas di masa lalu bisa abadi dan tersimpan sebagai kekayaan warisan Indonesia.

ADVERTISEMENT


Perwakilan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa film Dr. Samsi dipilih sebagai bentuk penghargaan terhadap sutradara wanita pertama di Indonesia, yakni Ratna Asmara.

IKUTI QUIZ

"Film ini mempunyai nilai-nilai sejarah dan budaya, ini sebagai upaya penyelamatan dan perlindungan terhadap arsip film kita," ungkap Nuzul Kristanto Kapokja Perijinan, Pengendalian, dan Advokasi Kemendikbudristek dalam acara konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (19/12).

"Ada kriteria khusus, kebetulan film Dr. Samsi ini ada sutradara perempuan pertama di Indonesia," sambungnya.

Untuk merestorasi film Dr. Samsi ini dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Pengumpulan materi dilakukan sejak 2021 lalu hingga akhirnya direstorasi selama 180 hari pada 2023.

Sinopsis

Film Dr. Samsi bercerita mengenai perjalanan emosional seorang dokter bernama Samsi yang merawat anak hasil hubungan gelapnya dengan seorang perempuan bernama Sukaesih.

Anak tersebut diberi nama Sugiat dan tumbuh dewasa dan menjadi pengacara tanpa mengetahui kebenaran tentang ibu kandungnya.

Saat Sugiat pulang ke Indonesia dari sekolah hukum di luar negeri, ia harus menangani kasus Sukaesih yang dituduh membunuh suaminya sendiri yang bernama Leo.

Dr. Samsi merupakan film kelima yang berhasil direstorasi oleh Kemendikbudristek.

Film yang telah direstorasi sebelumnya antara lain, Darah dan Doa (The Long March) karya Usmar Ismail, Pagar Kawat Berduri garapan Asrul Sani, Bintang Ketjil karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Biran, serta Kereta Api Terakhir, karya Mochtar Soemodimedjo yang diproduksi tahun 1981 dan direstorasi pada tahun 2019.

(arm/and)

Tonton juga video berikut: