Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Hibrida, Tangkis Mitosnya

Para pakar mengungkap cara aman menikmati gerhana matahari hibrida yang bakal terjadi esok tanpa mitos-mitos lawas.

Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Hibrida, Tangkis Mitosnya
image
Jakarta, CNN Indonesia --

Gerhana matahari hibrida yang terjadi esok, Kamis (20/4), bakal memberi tampilan berbeda antara wilayah timur dan barat RI. Berikut cara aman memantaunya.

Gerhana hibrida ini sendiri bakal terlihat sebagai gerhana matahari total (GMT) di beberapa wilayah timur Indonesia, dan gerhana matahari sebagian di beberapa daerah Sumatera, kecuali Aceh, dan Jawa.

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Johan Muhammad mengingatkan warga untuk tidak melihat fenomena ini dengan mata telanjang.

Senada, Obervatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) memperingatkan agar jangan pernah menatap secara langsung ke arah Matahari dengan kondisi mata telanjang.

"Cara yang paling aman mengamati Matahari adalah dengan tidak menatap langsung ke arah Matahari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati proyeksi bayangan matahari ke lapisan permukaan tertentu," dilansir dari laman resminya.

Lalu bagaimana cara amannya?

1. Kacamata anti-gerhana

Johan menganjurkan penggunaan kacamata anti-gerhana hingga kamera pinhole (lubang jarum).

"Kita bisa mengamati gerhana matahari dengan aman yaitu menggunakan teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari dan melalui kamera pinhole (lubang jarum)," ujarnya, dikutip dari situs BRIN.

"Ingat kita tidak boleh melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari," cetus Johan.

Bosscha menambahkan kacamata ini punya penyaring khusus cahaya Matahari.

"Kacamata matahari menggunakan lapisan penapis (filter) khusus yang pada dasarnya akan menyaring lebih dari 99,99% cahaya tampak matahari termasuk radiasi inframerah (IR) dan ultraviolet (UV) yang berbahaya sehingga aman untuk digunakan," demikian keterangan di situsnya.

2. Kacamata hitam dan rontgen tak aman

Bosscha mengingatkan untuk tak menggunakan kacamata hitam atau hasil foto rontgen untuk melihat gerhana, mitos lama yang masih hidup.

"Banyak yang masih berpikir menggunakan kacamata hitam atau lembar film rontgen/sinar-X yang telah diekspos, cukup aman digunakan untuk melihat Matahari, tetapi hal itu tidaklah benar," menurut Bosscha.

Pasalnya, 1 persen permukaan Matahari yang masih bersinar memiliki intensitas 10 ribu kali lebih terang daripada bulan purnama, "cukup untuk mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada jaringan halus di mata."

Bosscha juga mengungkap benda-benda lainnya yang tak aman untuk memantau gerhana namun telanjur jadi mitos adalah kertas film dan piringan disket.

3. Sela dedaunan

Bosscha menyarankan pemburu gerhana untuk menggunakan teknik memantau bayangan atau proyeksi. Salah satunya lewat bayangan pepohonan. Caranya, arahkan pandangan ke lantai yang sebelumnya telah difilter secara alami oleh dedaunan.

"Ruang di antara dedaunan pada sebuah pohon merupakan lubang yang alami dan dapat digunakan untuk memproyeksi bayangan Matahari di permukaan tanah atau lantai."


Teleskop harus berfilter di halaman selanjutnya...

Saringan Hingga Teleskop

BACA HALAMAN BERIKUTNYA