Produksi Film Secara Virtual, Era Baru Industri Perfilman

Dunia film terus mengalami kemajuan. Bahkan saat ini ada sebuah tren baru dalam produksi film, yakni virtual produksi.

image
Bandung -

Dunia film terus mengalami kemajuan. Bahkan saat ini ada sebuah tren baru dalam produksi film, yakni virtual produksi.

Sejumlah kemajuan produksi film itu tergambar dalam sebuah acara bertajuk 'Tren Produski Film Virtual di Australia'. Kegiatan digelar oleh Kedutaan Besar Australia dan FSAI 2023 di Co & Co Hub Bandung, Rabu (1/3/2023).

Pada acara tersebut hadir Victoria Ducket, seorang pendidik serta penulis profesional yang sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun, Associate Head of School, Patnership and Enggament di School of Communication an Creativ Arts di Deakin University, Australia.

Dalam Masterclass ini Victoria menjelaskan mengenai tren baru dalam produksi film yaitu Virtual Produksi. Virtual produksi sendiri adalah penggabungan antara computer generatic LED screen yang menjadikan semua background dalam film dibuat melalui visual komputer.

Dalam prosesnya virtual produksi ini menggabungkan visual yang dihasilkan dari komputer, theatrical acting yang biasa dilakukan secara tradisional dan menggabungkan pembuatan film secara tradisional.

"Teknologi ini (virtual background) dapat membuat layar impian tanpa banyak merubah set artistik dan set lampu juga memudahkan proses pasca produksi. Dengan virtual produksi ini kita tidak perlu khawatir dengan lokasi syuting, arah matahari yang berpengaruh kepada pencahayaan film kita," jelas Victoria Ducket.

Victoria menjelaskan ketika ingin membuat film, maka kita membuat sesuatu hal yang tampak nyata hadirnya virtual produksi ini membuat hal itu lebih mudah terwujudkan.

Menurut Victoria teknologi ini berpotensi tidak hanya dimanfaatkan untuk produksi film saja, bisa untuk iklan, konten sosial media bahkan pembelajaran.

"Teknologi ini mampu menggambarkan apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan, jadi teknologi ini mampu membuat sebuah pembelajaran terlihat lebih nyata, karena kita tau bahwa generasi muda lebih tertarik dengan apa yang mereka lihat dan rasakan daripada hanya membaca dari sebuah buku," tambah Victoria.

Di Indonesia sendiri virtual produksi ini belum terlalu berkembang, Marissa Anita kepada detikJabar berharap bahwa di Indonesia ada orang yang mau menjadi investor untuk membuat studio virtual produksi.

"Teknologi ini akan sangat membantu, apalagi kita tau bahwa Indonesia memiliki kejadian bersejarah serta kebudayaan yang menarik nah dengan teknologi ini maka hal-hal seperti itu mampu kita rekontruksi menjadi lebih nyata, " ungkap Marissa kepada detikJabar.

(mso/mso)