Kemeriahan DKJ Fest 2023, Pemenang Sayembara Menulis Kritik Film hingga Seni Pertunjukan

Malam penutupan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Fest 2023 bertajuk KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni diselenggarakan di gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Rabu malam (5/07/2023) kemarin.

Kemeriahan DKJ Fest 2023, Pemenang Sayembara Menulis Kritik Film hingga Seni Pertunjukan

Liputan6.com, Jakarta - Malam penutupan Dewan Kesenian Jakarta atau DKJ Fest 2023 bertajuk "KELINDAN: Meretas Kahar Ekosistem Seni" diselenggarakan di gedung Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) pada Rabu malam, 5 Juli 2023. Acara ini menjadi penutup festival yang telah berlangsung selama 2 minggu terhitung dari 20 Juni 2023.  

Penampilan penutupan DKJ Fest 2023 dibuka oleh Boy Jagger, seorang penyanyi dan penulis lagu. Boy Jagger menghidupkan nostalgia penggemar musik dengan membawakan deretan lagu-lagu populer dari era 80-an hingga 90-an yang masuk dalam daftar Top 40.

Acara lalu berlanjut ke perpisahan antara Staf Dewan Kesenian Jakarta periode 2020-2023 dengan anggota Komite Dewan Kesenian Jakarta. Staf Dewan Kesenian Jakarta memberikan bunga sebagai tanda terima kasih atas bimbingan yang mereka dapatkan dari anggota komite.

Acara inti malam penutupan ini dibagi ke dalam dua sesi, pertama yaitu pengumuman pemenang Sayembara Menulis Kritik Film DKJ 2023 dan Lecture Perfomance dari Melati Suryodarmo. 10 karya terbaik dengan tiga pemenang dari kritik film ini akan dibukukan (e-book) oleh Komite Film Dewan Kesenian Jakarta. Sebanyak 702 naskah karya kritik film dikirimkan ke DKJ menandakan hasrat yang kuat bagi masyarakat di bidang kritik seni, terkhususnya film.

DKJ disebut selalu hadir untuk menyediakan ruang-ruang untuk kritik seni bagi penulis kamar, atau pemerhati film. Ada banyakprogram yang akhirnya menyediakan kembali ruang-ruang yang hilang. Sedangkan, ruang-ruang yang dimaksud adalah media orang-orang bisa belajar dan membuat kritik keseniannya sehingga itu menjadi penting bagi ekosistem seni itu sendiri.

2 dari 4 halaman

Pemenang Sayembara Kritik Film DKJ 2023

Berikut adalah daftar 10 penulis naskah kritik film terbaik pada Sayembara Kritik Film DKJ 2023 (urut abjad):

1. Anindita Siswanto Thayf (Blitar)

Judul Karya: Tilik dan Perempuan dalam Perjalanan: Yang Tersesat antara Bibir, Barbar, dan Beber

2. Anton Kurnia (Jawa Tengah)

Judul Karya: Rindu Dendam di Layar Lebar: Machoisme, Trauma, dan Rekonsiliasi

3. Anton Sutandio (Bandung)

Judul Karya: Skinned Performance Body Horror Perempuan dalam Impetigore karya Joko Anwar

4. Bintang Panglima (Bekasi)

Judul Karya: Melacak Pengaruh Estetika Realisme Atambua 39° Celsius

5. Catra Wardhana (Yogyakarta)

Judul Karya: Pintu Terlarang Mengurai Trauma melalui Estetika Queer

6. Fajar Martha (Jakarta)

Judul Karya: Mudik: Terasing dan Hilang dalam Ritual yang Karib

7. Mikael Dewabrata (Jakarta)

Judul Karya: Voyeurism, Alkohol, dan Kuil Minerva: Sebuah Kritik atas Film Penyalin Cahaya karya Wregas Bhanuteja

8. Moses Parlindungan Ompusanggu (Jakarta)

Judul Karya: You and I Bukti Kemenangan Seni atas AI

9. Nurul Mizan Asyuni (Makassar)

Judul Karya: Melihat Jendral dari Bawah: Analisis Struktur Naratif dan Sinematografi Film Autobiography

10. Paulus Heru Wibowo Kurniawan (Jakarta)

Judul Karya: Qodrat dan Iblis yang Tidak Pernah Mati

Penentuan pemenang sayembara dilakukan oleh tiga juri yang memberikan skor pada rentang 0--270. Tiga pemenang dengan naskah terbaik memiliki rentang skor yang tinggi.

Juara ketiga dengan hadiah sebesar Rp10 juta jatuh kepada Nurul Mizan Asyuni, dengan skor yang didapat sebesar 222. Sementara itu, Anton Sutandio meraih juara kedua dengan hadiah sebesar Rp12 juta dengan skor 225, sedangkan Catra Wardhana berhasil menjadi juara pertama dengan hadiah utama sebesar Rp15 juta dengan skor 228.

Selain ketiga pemenang, terdapat kategori tulisan "Karya yang Menyentuh Perhatian Dewan Juri" yang diraih oleh Moses Parlindungan Ompusunggu. Ia mendapat skor 217 dari para juri dan diberi penghargaan. 

3 dari 4 halaman

Kritik Film tanpa Mencela

Proses penjurian untuk Komite Film DKJ ditugaskan kepada lima anggota Pengkaji Film Indonesia, yang terdiri dari Erina Adeline Tandian, Debby Dwi Elsha, Hariyadi, Dyah Ayu Wiwid Sintowoko, dan Heri Purwoko. Selain itu, terdapat tiga anggota dewan juri utama yang bertugas menilai dan memilih karya kritik film terbaik, yaitu Seno Gumira Ajidarma (penulis dan akademisi), Eric Sasono (peneliti independen), dan Yulia Evina Bhara (produser film).

Eric mengatakan bahwa beberapa tulisan-tulisan yang dikirim tidak selalu merupakan kajian teoretis yang hanya "meminjam" film, tetapi benar-benar melalui filmnya terlebih dulu. Ada keragaman lain dari segi budaya, gaya penulisan, maupun dari temuan nilai pada film yang dibahas. Eric menyatakan bangga terhadap sayembara kali ini karena pada 20 tahun yang lalu, dari keragaman yang ada, kritikus film masih kesulitan memberikan penilaian terhadap apa yang dianggap bagus.

"Kritik film yang masuk dalam penilaian juri berhasil menghapus pandangan bahwa kritik itu hanya mencari kesalahan, memaki, atau hanya komentar singkat setelah peninjauan. Kritik film di sini berhasil secara kuat menjadi sub-genre dari esai yang menghadirkan diri secara meyakinkan pada sayembara tahun ini," ungkap Eric.

Selanjutnya, Seno mengungkapkan bahwa kritik film yang dikirim cukup mengharukan. Tulisan-tulisan yang terkirim berusaha membongkar penjelasan dari gejala-gejala yang ada pada suatu film, dan hal itu diangkat sesuai dengan gejala kebudayaan. Seno lalu menjelaskan bahwa kritik semacam ini belum ada pada dua puluh sampai tiga puluh tahun yang lalu.

"Kita lihat sekarang, argumennya, tanggung jawabnya, pekerjaan rumahnya, itu dikerjakan dan dibuktikan dengan tulisan-tulisan mereka. Sumbangan, kontribusi, dan keniatan ini banyak membantu pengembangan dunia kritik film kita," kata Seno sekaligus mengakhiri pembicaraannya. 

4 dari 4 halaman

Penonton Terharu dengan Seni Pertunjukkan Melati Suryodarmo

Setelah pengumuman pemenang Sayembara Kritik Film DKJ 2023, acara akan ditutup dengan seni pertunjukkan yang dibawakan oleh Melati Suryodarmo. Karyanya yang bertajuk "Unpacked No.3" menghadirkan relasi-relasi spesifik antara pemikiran subyektif dan kekayaan tradisi dalam konteks kebudayaan umumnya. Bagi Melati Suryodarmo, tubuh manusia adalah salah satu sumber penting inspirasi karya-karyanya. Melati menggunakan konsep bahasa tanpa kata-kata (unspoken language) dalam memperoleh pemahaman terhadap karyanya.

Lecture Perfomance dari Melati Suryodarmo kali ini mempertunjukkan empat karya-karya besarnya, yaitu The Promise, Macbeth, Transaction of Hollows, hingga Alé  Lino. Kata Melati, sejarah seni performance sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pemikiran dan estetika dari awal abad ke-20 seperti futurism dan dadaism. Ia mempertanyakan eksistensi dan jati dirinya ketika tiba-tiba kebudayaan Jepang dan Korea (asia) tertutup oleh China.

Pengunjung ditampilkan video "The Promise", karya ini mengisahkan tentang makna dari ungkapan "makan hati" dalam Bahasa Indonesia. Melati menerapkan aksi memeluk dan memutar-mutar hati sapi mentah pada tubuhnya. Melati menjelaskan bahwa inspirasi dari karya ini berasal dari perjuangan panjang ibunya yang menderita kanker. Selain itu, terungkap bahwa ungkapan "makan hati" juga digunakan di Italia sebagai ungkapan kekecewaan terhadap tindakan orang lain. 

"Macbeth" adalah sebuah pertunjukan tari yang menggambarkan kompleksitas hubungan antara manusia, intrik di dalam kerajaan, peperangan, sihir, dan ramalan. Di dalam karya ini, Macbeth digambarkan sebagai sosok yang mewakili penjiwaan manusia dengan kehausan akan kekuasaan. Melati menggunakan rok merah dengan jubah hitam untuk menarikan Macbeth.

Pengunjung dipertontonkan "Transaction of Hollows" sebuah karya di mana Melati menggunakan busur Jawa untuk menembakkan anak panah. Dilansir dari Museumacan, Melati berhasil menembakkan sekitar 800 anak panah di dalam sebuah ruangan di mana para penonton juga dapat menyaksikannya secara langsung. Namun, dalam pertunjukkan malam ini, Melati tidak menembakkan anak panah sama sekali untuk memperagakannya.

Terakhir, pada video 'Alé Lino," Melati menyenderkan dirinya pada sebuah tiang yang menusuk tengah-tengah dadanya. Kata Melati, karya ini mengisyaratkan pencarian ruang tengah antara dunia material dan spiritual, antara pikiran dan hati. Keempat seri ini mendapatkan tepuk tangan yang meriah oleh penonton. Ada juga penonton yang melakukan standing applause, menunjukkan rasa hormat dan keharuannya terhadap seni pertunjukkan Melati Suryodarmo.