Ini 6 Sumber dan Rujukan Membuat Film Adaptasi yang Kini Semakin Marak di Dunia Perfilman Indonesia

Ini 6 Sumber dan Rujukan Membuat Film Adaptasi yang Kini Semakin Marak di Dunia Perfilman Indonesia,

Ini 6 Sumber dan Rujukan Membuat Film Adaptasi  yang Kini Semakin Marak di Dunia Perfilman Indonesia
image

BondowosoNetwork.com – Belakangan ini di Indonesia mulai banyak bermunculan film adaptasi yang diambil dari beragam sumber media lain.

Film adaptasi yang mungkin lazim dan banyak dilakukan adalah mengadaptasi sebuah novel best seller atau kisah legendaris.

Film yang akan tayang pada tanggal 25 Mei 2023 nanti misalnya, Hati Suhita, merupakan film adaptasi yang diangkat dari novel best seller karya khilma Anis.

Film lainnya yang sudah kita ketahui bersama dari novel, misalnya, Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, Supernova, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Siap-Siap Jadi Sultan! Pemilik 10 Tanggal Lahir Ini Akan Semakin Kaya, Akan Dinikahi Orang Tajir Kata Primbon

Jika dilihat dari pasarnya, film adaptasi ini sudah dianggap memiliki pasarnya yaitu para pembaca bukunya tersebut.

Dikutip Bondowoso Network dari situs Masterclass.com, akan dijelaskan di sini apakah sebenarnya film adaptasi tersebut dan contoh-contoh darimana saja film itu bisa diadaptasikan.

Film adaptasi adalah karya sinematik yang diadaptasi dari sumber materi non-film, yang dapat berupa karya fiksi atau nonfiksi.

Bahan sumber fiksi umum meliputi buku, drama, novel, serial televisi, video game, atau cerita pendek.

Sedangkan pembuat film dapat mengambil bahan nonfiksi dari memoar, biografi, atau jurnalisme.

Baca Juga: Telah Hadir TVS Ntorq 125 Race XP, Punya Fitur Ala Moge, Cuma Rp 21 Jutaan, New Vario 125 Auto Terancam

Pembuat film Hollywood sering menggunakan karya seni yang ada sebagai inspirasi seni mereka.

Academy Awards bahkan memiliki seluruh kategori penulisan skenario yang dikhususkan untuk adaptasi film (Skenario Adaptasi Terbaik).

Sangat mudah untuk mengacaukan adaptasi film dengan remake (pembuatan ulang), yang merupakan "pembalasan" dari alur cerita yang awalnya diceritakan di media yang sama.

Sementara film adapatsi itu harus mengadaptasi karya seni asli dari media yang berbeda.