Indro Warkop, Melawak Melintasi Zaman

Indro Warkop menjadi pelawak senior yang masih eksis hingga saat ini. Berbagai penghargaan diperolehnya. Bahkan, Warkop DKI dalam sebuah karangan ilmiah dianggap mampu menciptakan budaya baru di komedi.

Indro Warkop, pelawak.
KOMPAS/RIZA FATHONI

Indro Warkop, pelawak.

”Gile lu, Ndro”. Celetukan khas pelawak Kasino Hadiwibowo dalam film Warkop DKI itu sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia hingga sering ditiru dalam pergaulan. Celetukan Kasino itu seperti menggambarkan kegilaan Indrodjojo Kusumonegoro, yang akrab disapa Indro Warkop, dalam berkarya sehingga terus eksis sampai saat ini.

Saat ditemui di kediamannya di Jakarta Timur, Senin (18/9/2023), badan Indro masih tegap dan gagah seperti tak terlihat sudah berusia 65 tahun. Tenaganya masih cukup kuat untuk menunggangi motor Harley Davidson. Gagasan-gagasan besar dan optimisme pun masih terdengar jelas dari suaranya yang lantang. Bahkan, ia masih sanggup mengeluarkan guyonan segar dan cerdas meskipun hanya berpikir dalam beberapa detik saja.

Indro juga masih aktif di dunia perfilman Indonesia. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk mengimbangi lawan mainnya. Kemampuan dan dedikasinya itu membuat Indro memperoleh Anugerah Lifetime Achievement dari Lembaga Sensor Film pada pekan lalu. Meskipun sudah memperoleh banyak penghargaan, Indro masih tetap rendah hati dan akan terus berkarya.

Menurut Indro, penghargaan itu menjadi cambuk baginya untuk terus menghasilkan karya yang terbaik. Sebab, penghargaan itu berhubungan dengan kinerja atau karya yang dihasilkannya. Indro bersyukur, dedikasi terhadap apa yang ditekuninya dihargai. Semakin dihargai, maka ia semakin kuat berada di tempat itu.

Indro Warkop
KOMPAS/RIZA FATHONI

Indro Warkop

”Kalau orang lain bernapas untuk hidup, kami berkarya untuk hidup. Bukan sekadar dapat duit, melainkan eksistensi napas. Eksistensi karya itu berjalan,” ujarnya sambil tersenyum.

Meskipun mendapatkan penghargaan pribadi, Indro tidak melupakan dari mana dia berasal, yakni grup lawak Warkop. Ia selalu mengingat jasa kedua sahabatnya, Kasino dan Wahjoe Sardono (Dono), yang lebih dahulu tutup usia. Setiap sudut rumahnya dipenuhi gambar Warkop DKI. Bahkan, ia selalu mengenakan cincin berukir wajah mereka bertiga.

Baca juga: Dari Srimulat, Warkop, hingga ”Stand Up Comedy” dan Konten Humor Medsos

Ia mengalami masa sulit sepeninggal Kasino (1997) dan Dono (2001). Ia seperti kehilangan kekuatan. Sebab, sebelumnya mereka selalu bertiga dan tidak terpisahkan.

”Kita sadar kekuatannya full power-nya three horse power. Tiga tenaga kuda. Ketika satu hilang, jadi timpang. Kami yakini betul Indro tidak ada apa-apanya tanpa Kasino, Dono. Dono tidak ada apa-apanya tanpa Kasino, Indro. Kasino tidak ada apa-apanya tanpa Dono, Indro,” ucapnya.

Indro Warkop
KOMPAS/RIZA FATHONI

Indro Warkop

Sepeninggal Dono, Indro selama setahun tidak mengerjakan proyek apa pun. Untuk lepas dari masa sulit itu, Indro merenungkan kehadirannya di Warkop DKI sebagai personel termuda. Akhirnya, ia tergerak untuk fokus mengurus keluarga Dono dan Kasino. Indro sadar, secara moral ia harus bertanggung jawab juga terhadap anak Dono dan Kasino.

Lantas, Indro mengonsolidasikan keluarga Warkop DKI. Pada 2002, ia mendaftarkan anak-anak dari personel Warkop DKI menjadi sebuah lembaga yang memiliki Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Warkop DKI. Tujuh anak dari personel Warkop DKI akhirnya secara sah memegang HAKI.

”Tiba-tiba ada yang mau menghargai HAKI itu. Sampai akhirnya, bahkan bikin proyek besar Warkop DKI Reborn. Itu semuanya berjalan. Ya, anak-anak dapat HAKI, aku dapat kerjaan sebagai konsultan karakter, aku main juga,” ujar Indro.

Eksistensi

Tidak hanya Warkop DKI Reborn, selepas tidak lagi bersama Kasino dan Dono, Indro masih membintangi beberapa film, salah satunya Comic 8 yang juga sukses di pasaran. Ia seperti memiliki merek sendiri sebagai Indro Warkop. Tidak hanya komedi, ia juga bermain drama dan panggung hiburan lainnya.

Indro Warkop
KOMPAS/RIZA FATHONI

Indro Warkop

Ia punya kiat tersendiri untuk bisa tetap menjaga eksistensinya di hati publik. Kini, Indro berkolaborasi dengan anak keduanya, Hada Kusumonegoro, yang juga merupakan artis di Instagram atau Celebgram. Dengan Hada berkecimpung di dunia yang hampir mirip dengannya, Indro jadi ikut belajar dan mengikuti apa yang sedang tren di masa kini. ”Ya lumayan, pas agak sepi, saya dapat tawaran endorse lewat anak saya,” ujarnya terkekeh.

Indro juga membuka silaturahmi, termasuk dengan para komedian muda. Mereka adalah para muridnya yang digemblengnya saat dirinya didapuk menjadi juri dan pengajar pada kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV pada 2011-2018. Dari para komika muda ini, Indro menemukan kreativitas darah muda dalam meramu lawakan-lawakan yang segar. ”Berwarna sekali. Bervariasi sekali,” ujar Indro.

Setelah berkecimpung lebih dari empat dekade, memperoleh berbagai penghargaan, dan status legenda dunia komedi yang melekat padanya, Indro sangat bersyukur. Dia mengatakan, impiannya bersama almarhum Dono dan Kasino untuk melihat melimpahnya inovasi generasi muda yang menghiasi dunia komedi Indonesia sudah tercapai.

Warkop (kiri-ke kanan): Kasino, Dono dan Indro, dalam pergelaran Guruh Sukarnoputra di Bandung, 2-3 Juli 1983.
KOMPAS/HIKMAT KUSUMANINGRAT

Warkop (kiri-ke kanan): Kasino, Dono dan Indro, dalam pergelaran Guruh Sukarnoputra di Bandung, 2-3 Juli 1983.

Pengakuan terhadap karya Warkop tidak hanya melalui penghargaan. Indro pernah menjadi narasumber sebuah disertasi. Dalam karangan ilmiah tersebut, Warkop DKI disebut sebagai subbudaya di Indonesia. Mereka mampu mendobrak definisi-definisi komedi yang ada hingga menghasilkan definisi baru di dalam komedi dan diterima masyarakat luas. Warkop DKI mampu membawa berbagai budaya yang ada di Indonesia di dalam karyanya.

”Kaget juga saya. Dalam hati, Mas Dono, Mas Kasino, kita tercatat lho sebagai salah satu pencipta sejarah dari subculture. Budaya-budaya komedi yang baru,” ucap Indro dengan mata berkaca-kaca.

Baca juga: Dagelan Indonesia Pun Berevolusi

Indro tidak pernah memperkirakan keberhasilan itu. Sebab, ia hanya ingin berkarya melalui kreativitasnya dan menghasilkan dampak yang positif.

Secara terpisah, Ketua Lembaga Sensor Film Rommy Fibri Hardiyanto mengungkapkan, penghargaan Anugerah Lifetime Achievement diberikan kepada Indro karena ia sudah eksis mewarnai perfilman Indonesia sejak 47 tahun yang lalu dan lestari hingga saat ini. Karyanya tidak hanya ditayangkan di bioskop dan televisi, tetapi saat ini juga ditemukan pada layanan streaming konten di internet (over the top).

Menurut Rommy, Indro juga bisa memainkan peran sesuai karakter budaya bangsa, khususnya logat daerah tertentu. Tak hanya itu, Indro mampu beradaptasi dalam perkembangan budaya sensor mandiri.

Ketua Lembaga Sensor Film 2020-2024 Rommy Fibri Hardiyanto.
ARSIP PRIBADI

Ketua Lembaga Sensor Film 2020-2024 Rommy Fibri Hardiyanto.

”Kita ingat bahwa film Warkop zaman dahulu sarat dengan tampilan sensual wanita. Namun, dengan semakin gencarnya budaya sensor mandiri, beliau (Indro) hadir dalam tayangan-tayangan yang lebih santun dan sesuai dengan klasifikasi usia penonton,” tutur Rommy.

Jiwa yang terbangun di Warkop akan terus dibawa Indro dan diharapkan bisa dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Ia membebaskan generasi penerus Warkop dalam berkarya. Namun, sifat kekeluargaan yang sudah dibangun di Warkop harus terus dijaga, seperti selalu bersama-sama dalam mengambil sebuah keputusan.

Indrodjojo Kusumonegoro

Lahir: Jakarta, 8 Mei 1958

Pendidikan: S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila

Istri: Nita Octobijanthy (Alm)

Anak: 3

Prestasi, antara lain:

• Penerima Lifetime Achievement Award MTV Indonesia Movie Awards (2006)

• Penerima Lifetime Achievement Award SCTV Awards (2006)

• Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik Indonesia Box Office Movie Awards (2016)

• Nominasi Actor of the Year Indonesian Choice Awards (2017)

• Penerima Lifetime Achievement Award Festival Film Bandung (2017)

• Peraih Lifetime Achievement Anugerah Lembaga Sensor Film (2023)