Hantu Perempuan Sering Jadi Pemeran Utama dalam Film, Ini Penjelasan Dosen UM

Hantu perempuan kerap muncul sebagai pemeran utama dalam film bergenre horor. Kenapa ya?

Hantu Perempuan Sering Jadi Pemeran Utama dalam Film, Ini Penjelasan Dosen UM
image
Jakarta -

Berbagai hal mistis kerap dikaitkan dengan kehadiran hantu. Di Indonesia, hantu perempuan justru mendominasi sebagai pemeran utama dalam berbagai film horor.

Sebut saja misalnya dalam film Pengabdi Setan 2: Communion besutan Joko Anwar. Film yang berhasil menyita perhatian masyarakat Indonesia ini menampilkan beberapa sosok hantu perempuan sebagai pemeran utama.

Tak bisa dipungkiri, sosok hantu ini pula yang membuat banyak orang penasaran. Film ini sempat menjadi trending di media sosial.

Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), gambaran perempuan di film horror yang menyeramkan bukan hal baru di Indonesia. Hal ini diungkapkan dosen UM Surabaya, Radius Setiyawan.

Ia juga mengatakan bahwa film-film Indonesia banyak menceritakan kaitan antara mistisme dan perempuan.

Lebih lanjut, Radius menyebutkan beberapa film bergenre horor di Indonesia periode 2000-an yang menampilkan representasi tersebut. Film-film horror yang menampilkan hantu perempuan diantaranya Suzanna, Kutukan Suster Ngesot, Terowong Rumah Sakit, Kembalinya Suster Gepeng dan banyak film sejenis lainnya.

"Kehadiran hantu perempuan dalam budaya layar di Indonesia tidak lahir di ruang hampa," jelas Radius.

Mengapa hantu perempuan jadi pemeran utama?

Radius menjelaskan bahwa perempuan dalam banyak film menjadi pemeran utama dalam sebuah film hantu. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang awalnya hanya mitos lalu berkembang di masyarakat dan menjadi buah bibir.

Dosen yang juga alumni S2 Kajian Media dan Budaya ini menyebutkan Sundel Bolong sebagai sosok hantu yang sudah sangat populer sejak lama di Indonesia.

Hantu Sundel Bolong dapat ditafsirkan sebagai simbol dari perempuan yang kehadirannya tidak diinginkan dan bahkan dianggap menjijikkan. Hal tersebut tergambar dari sosoknya secara visual. Tidak ideal, cenderung berantakan dan seram.

Dijelaskan Radius, mitos yang bermula dari film-film horor ini secara berkelanjutan terus dipercaya dan menjadi buah bibir masyarakat bisa dimaknai sebagai penanda bagaimana perempuan diposisikan. Sementara itu, terjadinya kekerasan simbolik itu berjalan sudah sangat lama.

Hal ini juga yang terjadi pada sosok hantu ibu dalam film Pengabdi Setan. Sosok yang digambarkan sebagai korban atas konstruksi stigma masyarakat yang memaknai bahwa perempuan menikah harus memiliki anak. Harus bisa bereproduksi, hingga akhirnya menempuh jalan, mengikuti sekte Pengabdi Setan agar memiliki keturunan.

Sosok hantu perempuan ikonik

Sosok perempuan sebagai hantu dalam film horor juga ditampilkan dengan ikon khusus. Misalnya, sosok perempuan berpakaian seksi penghuni rusun (Tari) yang diperankan Ratu Felisha, rupanya juga masih menjadi tokoh ikonik dalam film horor Indonesia.

Beberapa scene obrolan seksis yang dilakukan oleh preman sampai pada teror hantu pada perempuan yang diceritakan bekerja sebagai pelayan billyard menceritakan bahwa identitas baik buruk perempuan dari cara berpakaian hingga kehidupan masih terbelenggu dengan konstruksi penilaian masyarakat. Menjadi perempuan pendosa yang di akhir hidupnya dijerat teror hantu hingga terbawa ke neraka.

"Jika dicermati lebih dalam, terbentuknya mitos-mitos mengenai hantu perempuan di Indonesia mengindikasikan adanya campur tangan ideologi politik untuk mengendalikan masyarakat dan melanggengkan kekuasaan. Kekusaan dalam konteks ini adalah relasi kuasa gender. Dimana ideologi patriarkal mencengkram begitu kuat." jelas Radius.

Sosok hantu perempuan merupakan langkah strategis untuk membungkam kaum perempuan dan melanggengkan ideologi patriarki.

Karena dilakukan secara terus menerus, ideologi patriarki ini telah mengakar di dalam alam pikiran masyarakat sehingga tidak mudah untuk diubah, termasuk mengubah tafsir masyarakat terhadap mitos-mitos arwah para perempuan tersakiti tersebut.

Wilayah kerja perempuan turut mempengaruhi

Persoalan mengapa hantu selalu identik dengan perempuan juga terkait dengan struktur masyarakat di Indonesia. Wilayah kerja sehari-hari perempuan juga ikut terkait dengan penempatan sosok hantu ini.

"Adanya pembagian wilayah kerja antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan identik dengan pekerjaan rumah (domestik) adalah salah satu persoalan," kata Radius.

Perempuan sering kali digambarkan menjadi penghuni rumah. Bahkan, kelak hingga mati, ia masih menghantui tata urusan warisan di generasi selanjutnya.

"Struktur masyarakat tersebut secara tidak sadar menempatkan secara dekat representasi hantu dan perempuan dalam sebuah film dan melanggengkan mitos patriarkal dan mendomestikasi perempuan," pungkas Radius.

Simak Video "Menakuti Bocah Pakai Suara 'Cekikikan' Hantu Bisa Timbulkan Trauma"
[Gambas:Video 20detik]
(dvs/lus)