Film Indonesia Semakin Mencuri Perhatian Dunia

imageGadis Kretek." height="576" loading="lazy" sizes="(max-width:1280px) 1280px, (max-width:720px) 720px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:1024px) 1024px, (max-width:676px) 676px, (max-width:160px) 160px, (max-width:300px) 300px, (max-width:480px) 480px" src="https://cdn-assetd.kompas.id/oRq7vm_eRyOCjY0TGKhDonXWWZI=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg" srcset="https://cdn-assetd.kompas.id/8z1TqoGwdOVqgvLEJjMTrM26mO0=/1280x720/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 1280w, https://cdn-assetd.kompas.id/EGfczTvQY0HYJ-EsKT7apqQPRQk=/720x405/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 720w, https://cdn-assetd.kompas.id/oRq7vm_eRyOCjY0TGKhDonXWWZI=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 1024w, https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/11/04/4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 1024w, https://cdn-assetd.kompas.id/sEk3dvkMFA86Crq5wjAjzbhaM1g=/676x380/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 676w, https://cdn-assetd.kompas.id/zjTQn8bVgVoITVJW7MXfx7dXXzU=/160x160/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 160w, https://cdn-assetd.kompas.id/GKrJsOK-Ri7kk806C4f8oSdr7S8=/300x169/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 300w, https://cdn-assetd.kompas.id/JbefN87VdkbSbSqNXnRca63fW10=/480x480/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F04%2F4a16da7c-e41c-4594-9f5a-cdd0f60be76b_jpeg.jpeg 480w" width="1024" data-v-30ab5665>
NETFLIX/YUYU WINNETOU

Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah dan Ario Bayu sebagai Raja dalam potongan film Gadis Kretek.

JAKARTA, KOMPAS — Tahun 2023 merupakan tahun puncak kebangkitan perfilman Indonesia. Banyak film Indonesia menjadi primadona di negeri sendiri dan mampu bersaing dari gempuran film-film luar negeri. Karya sineas Tanah Air semakin diperhitungkan di festival-festival film internasional.

Sedikitnya ada 50 judul film Indonesia yang berhasil membentangkan layarnya di 24 festival film internasional di 18 negara. Capaian ini, menurut catatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah. Selain itu, ada pula enam kelas atau proyek film internasional yang diikuti sineas Indonesia.

Sejumlah festival film besar dunia, mulai dari Busan International Film Festival di Korea Selatan, Berlin International Film Festival di Jerman, hingga Toronto International Film Festival (TIFF) di Kanada, turut melibatkan delegasi sineas dari Indonesia. Tahun depan, pemerintah akan mencoba membawa film-film Indonesia ke Venice International Film Festival 2024, salah satu festival film tertua di dunia. Ini menandakan ekosistem perfilman Tanah Air semakin membaik.

”Ini tentu mengharumkan nama Indonesia, industri film kita semakin dilirik oleh Industri film luar negeri, sampai membuat mereka mau bekerja sama dengan kita. Dan kami pastinya terus mendukung hal itu,” kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra saat ditemui di Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (18/12/2023).

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Ahmad Mahendra saat ditemui di Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (18/12/2023).
KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Ahmad Mahendra saat ditemui di Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (18/12/2023).

Mahendra menyatakan, pemerintah selalu berkomitmen menjadi fasilitator bagi semua sineas dengan mendukung pengembangan film tanpa mengintervesi proses berkarya mereka agar tercipta kolaborasi yang mengakomodasi semua pihak. Ketika sineas akan berangkat ke festival internasional, misalnya, pemerintah hanya membantu akomodasi, sedangkan proses berkarya sampai menembus festival itu menjadi wilayah kreatif dari tiap-tiap sineas.

Menurut dia, festival internasional sangat penting bagi sineas untuk menguji karyanya dan melihat dunia perfilman di luar negeri. Dari festival film internasional, muncul karya-karya baru, talenta-talenta baru, dan kerja sama produksi hingga terjadi pertukaran pengetahuan antara pembuat film Indonesia dan luar negeri.

Saya berdoa karena sebentar lagi mau pemilu. Saya agak khawatir dengan ekosistem film ke depan.

Selain itu, banyaknya film Indonesia yang ikut festival film internasional turut mengembalikan animo masyarakat untuk menonton film Indonesia lagi. Ekosistem film akan semakin hidup.

”Pasti akan berdampak luas. Indonesia ini kalau boleh saya ibaratkan sedang menjadi ’perempuan cantik’, kita sedang banyak dipercaya dan dicari oleh produksi luar negeri. Kita harus menjaga kehadiran kita di setiap festival internasional untuk menjaga ekosistem film kita,” ucapnya.

Lebih jauh lagi, Mahendra berharap dunia perfilman semakin menjadi alat diplomasi yang strategis untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia. Melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, strategi itu kini akan terus berjalan menuju kemajuan.

Baca juga : Politik 1965 dan Pesan Pemilu 2024 di Film “Eksil”

Busan International Film Festival
KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ

Busan International Film Festival

Secara terpisah, produser film Dani Huda yang ikut serta dalam Festival Intersection di Hutan Amazon di Peru mengakui, adanya dukungan dari pemerintah membuat dirinya sebagai produser muda ikut sampai ke festival film internasional. Dia menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang mengikuti residensi bersama Apichatpong Weerasethakul, produser film terkemuka dari Thailand.

Awalnya dia menilai sesuatu hal yang berurusan dengan pemerintah akan merumitkan, baik administrasi maupun birokrasinya. Namun, setelah mencoba, Dani mendapatkan sesuatu yang berbeda dari bayangan. Pemerintah juga mendampingi karena mengerti kondisi seniman yang tidak terbiasa dengan hal birokrasi tersebut.

”Saya sebagai sineas muda dan baru kaget, ternyata pemerintah mendukung. Sineas bisa maju kalau pemerintahnya mendukung, seperti di Korea. Indonesia baru lima tahun terakhir bergerak menuju hal yang baik,” kata Dani.

https://cdn-assetd.kompas.id/5PJk4Y1F7vMi9evYNmrWhcl4GYU=/1024x2513/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F20%2F15fa939a-0055-45c5-ac5a-1695297dc79a_jpg.jpg

Tak terganggu politik

Namun, ada kekhawatiran Pemilu 2024 bisa mengganggu ekosistem yang semakin baik ini. Situasi politik saat ini cukup membuat Dani khawatir. Dia berharap ekosistem perfilman Indonesia yang sudah mulai membaik ini tidak berubah, bahkan menjadi lebih baik, saat pergantian kepemimpinan setelah Pemilu 2024.

Menurut dia, jika ekosistem ini semakin dikembangkan, bukan tidak mungkin dunia perfilman Indonesia akan mampu bersaingan di Asia, bahkan di dunia. Meski demikian, persaingan dengan raksasa sinema, global seperti film-film dari Hollywood, juga tidak mudah.

”Saya berdoa karena sebentar lagi mau pemilu. Saya agak khawatir. Jujur ekosistem sekarang ini sudah cukup solid. Makanya, sebelum kekhawatiran itu terjadi, tahun depan saya ingin membuat sesuatu dulu,” ujarnya.

Baca juga : Libur Natal dan Tahun Baru, Saatnya Menonton Film Pilihan

Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media memfokuskan tujuh sektor dalam penguatan ekosistem perfilman nasional, mulai dari pendidikan film, kreasi, produksi, distribusi, ekshibisi, literasi dan apresiasi, hingga arsip film. Ketujuh sektor ini semata demi mendorong ekosistem perfilman nasional.