Film “Budi Pekerti” Menyapa Bioskop Tanah Air

Suasana pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023). Film ini pertama kali diputar pada awal September 2023 di Toronto International Film Festival (TIFF) yang berlangsung di Toronto, Kanada.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Suasana pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023). Film ini pertama kali diputar pada awal September 2023 di Toronto International Film Festival (TIFF) yang berlangsung di Toronto, Kanada.

JAKARTA, KOMPAS – Setelah melanglang buana ke sejumlah kota dan negara, film Budi Pekerti karya sutradara Wregas Bhanuteja akan ditayangkan di bioskop Tanah Air mulai 2 November 2023. Film ini menjanjikan dari segi prestasi karena menduduki 17 nominasi di Festival Film Indonesia 2023. Selain itu, Budi Pekerti menyediakan ruang bagi pemeran film untuk mengembangkan diri di luar zona nyaman.

Film panjang kedua Wregas ini pertama kali tayang pada awal September 2023 di Toronto International Film Festival (TIFF), Toronto, Ontario, Kanada. Budi Pekerti juga sempat “mampir” antara lain di SXSW Sydney 2023 Screen Festival, Jakarta Film Week 2023, serta pemutaran khusus di Yogyakarta dan Bandung.

Untuk menyambut pemutarannya di bioskop, gala premiere film Budi Pekerti diselenggarakan di Jakarta pada Senin (30/10/2023). Acara ini dihadiri oleh banyak pesohor seperti aktris Widyawati, Ario Bayu, pasangan Tara Basro-Daniel Adnan, pasangan Sherina-Baskara Mahendra, hingga Seto Mulyadi atau Kak Seto.

Produser Willawati (kiri) dan sutradara sekaligus penulis skenario Wregas Bhanuteja (tengah) hadir pada pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Produser Willawati (kiri) dan sutradara sekaligus penulis skenario Wregas Bhanuteja (tengah) hadir pada pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Film ini bisa dibilang mengulang prestasi film panjang Wregas sebelumnya yang berjudul Penyalin Cahaya (2021). Penyalin Cahaya waktu itu juga mengantongi 17 nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) 2021. Dari 17 nominasi,Penyalin Cahaya membawa pulang 12 Piala Citra dan menguasai FFI 2021. Penyalin Cahaya antara lain menyabet penghargaan di kategori Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik (Wregas Bhanuteja), Pemeran Utama Pria Terbaik (Chicco Kurniawan), dan Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Jerome Kurnia),

Wregas membawa Budi Pekerti mengantongi 17 nominasi di FFI 2023 atau terbanyak tahun ini. Adapun para kampiun Piala Citra akan diumumkan di Malam Anugerah FFI pada 14 November 2023. Bagi Wregas, piala adalah bonus dari apresiasi sebuah karya. Menang atau kalah, Wregas senang dengan proses berkarya yang telah ia dan kru lalui.

“Kebahagiaan tertinggi saya adalah bisa belajar dan berkarya bersama,” kata Wregas.

Sutradara sekaligus penulis skenario Wregas Bhanuteja saat pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Sutradara sekaligus penulis skenario Wregas Bhanuteja saat pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Baca juga: Moncong Senapan di Ujung Gawai

Berproses bersama

Hal ini diamini segenap pemain Budi Pekerti. Prilly Latuconsina, Angga Yunanda, Sha Ine Febriyanti, dan produser Willawati beberapa kali menyebut bahwa mereka belajar untuk berproses selama film dibuat. Mereka bahkan diminta untuk tak segan keluar dari zona nyaman.

“Ini tantangan besar buat saya karena biasanya saya bermain film kalau gak larger than life, saya main di teater yang proyeksinya besar, di sini saya harus bermain dengan sangat subtil,” kata Sha Ine Febriyanti yang menjadi pemeran utama. “Jadi benar-benar perasaan yang terdalam harus ter­-capture dan sangat intens,” tambahnya.

Prilly yang menjadi pemeran pendukung pun sepakat. Ia terbiasa dengan peran yang ekspresif, namun kali ini ditantang untuk menyampaikan emosi hanya lewat sorot mata, raut wajah, dan sebulir air mata. Bersama Wregas, Prilly diajak belajar mengendalikan otot-otot wajah agar semiotika yang ditampilkan dalam film tepat. Selain itu, ia yang keturunan Ambon dan Sunda ini juga mesti belajar bahasa Jawa selama tiga bulan.

“Kak Wregas minta habis dialog ini gigit bibir, lalu di dialog lain telan ludah. Aku senang karena ini kayak sekolah akting lagi,” ucap Prilly. “Aku juga diminta agar air matanya jatuh di mata kiri. Katanya, ini melambangkan kepedihan dan rasa sakit,” tambahnya.

Aktris Prilly Latuconsina (kanan) dan Sha Ine Febriyanti hadir pada pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Aktris Prilly Latuconsina (kanan) dan Sha Ine Febriyanti hadir pada pemutaran terbatas film "Budi Pekerti" untuk wartawan di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Sementara itu, Angga Yunanda yang jadi pemeran utama pria pun ditantang untuk melepaskan diri dari citra lelaki tampan dan baik hati. Wregas meminta Angga untuk membelalakkan mata dan mengatur posisi alis untuk mengubah air mukanya.

Sentilan masa kini

Film Budi Pekerti yang diproduksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini menyentil sensasi media sosial, era pasca-kebenaran (post-truth), hingga gaya mendidik yang serba salah. Ada pula isu perundungan, kesehatan jiwa, hingga pencarian kebenaran yang tak pernah hitam-putih. Semuanya dipadatkan Wregas menjadi film berbahasa Jawa dan Indonesia dengan durasi 110 menit.

Film ini berlatar di Yogyakarta saat pandemi Covid-19. Kisahnya tentang seorang guru bimbingan penyuluhan (BP) di salah satu SMP, Prani Siswoyo (diperankan Sha Ine Febriyanti), yang hendak membeli kue putu. Kue putu bikinan Mbok Rahayu (Sri Widayati) itu langganan Prani sejak kuliah. Kelezatan kue yang melegenda itu diendus media sehingga viral. Pengunjungnya pun membeludak sampai Mbok Rahayu mesti memberi nomor antrean bagi yang mau membeli.

Merasa antreannya diserobot, Prani menegur seorang pria yang balik memarahinya. Keduanya cekcok. Prani meninggalkan lokasi dengan kesal sembari mengeluh dalam bahasa Jawa. Situasi itu direkam pengunjung lain, diunggah ke internet, lalu viral. Sayangnya, Prani jadi tokoh antagonis lantaran keluhannya sekilas mirip makian.

Film Budi Pekerti.
ARSIP REKATA STUDIO

Film Budi Pekerti.

Baca juga: ”Penyalin Cahaya” Kuasai Panggung FFI 2021

Dari sini tragedi mulai bergulir. Prani terancam kehilangan posisi sebagai calon wakil kepala sekolah. Pekerjaan anak-anaknya, Tita (Prilly Latuconsina) dan Muklas (Angga Yunanda), terdampak. Sementara semua terjadi, Prani dan anak-anaknya menjaga suasana di rumah agar sang kepala keluarga, Didit (Dwi Sasono), yang sedang bipolar tak ikut merana.

Ide film ini diperoleh Wregas, yang juga penulis skenario, saat melihat video orang marah-marah di internet. Warganet menjadikan itu sebagai parodi, tapi ada juga yang menuntut sang pemarah minta maaf. Di balik itu semua, kehidupan sang pemarah di dunia nyata terdampak. Ada yang dirundung tetangga, ada juga yang sampai harus keluar dari pekerjaannya.

Film ini dekat dengan kehidupan manusia modern, bahkan guru-guru yang galau dengan cara mendidik murid tanpa dituduh yang bukan-bukan. Budi Pekerti diharapkan jadi refleksi agar manusia tak lekas menghakimi, mau berpikir kritis dan menyeluruh, dan berbelas kasih.