De Majestic Bandung, Bioskop yang Pertama Kali Tampilkan Film Indonesia

De Majestic Bandung tidak hanya terkenal sebagai bangunan Belanda yang masih kokoh berdiri. Tetapi juga cerita dibaliknya mengenai sejarah perfilman Indonesia.

De Majestic Bandung, Bioskop yang Pertama Kali Tampilkan Film Indonesia
image

De Majestic © Flickr/Caspar Tromp


Sebuah bangunan kuno bergaya neo-klasik berdiri kokoh di Jalan Braga, Bandung. Warga yang kesehariannya melewati jalan itu tidak banyak tahu bahwa gedung tersebut adalah saksi sejarah perkembangan dunia hiburan Kota Kembang.

Bangunan dengan nama De Majestic itu saat ini difungsikan sebagai gedung kesenian dan kebudayaan tempat dilangsungkannya berbagai konser musik, pementasan tari tradisional hingga juga modern.

Gedung Isola Bandung Direnovasi, Ancam Peninggalan Sejarahnya?

De Majestic ini dibangun pada tahun 1925 yang didesain oleh Charles Prosper Wolf Schoemeker. Pada zaman kolonial Belanda, gedung itu diberi nama Concordia. Orang-orang Belanda mengunakannya sebagai pusat hiburan, yakni menonton film.

De Majestic tercatat sebagai bioskop pertama di Kota Bandung. Di bioskop ini film Indonesia pertama, Loetoeng Kasaroeng diputar. Karena film yang diputar ketika itu kebanyakan film bisu, pengelola bioskop biasanya membagikan selebaran berupa deskripsi atau alur film.

Desain De Majestic

Desain arsitektur De Majestic menggabungkan unsur Art Deco dengan gaya kolonial yang kental. Bangunan ini mencerminkan karakteristik arsitektur pada awal abad ke-20 dengan ornamen dan detail artistik yang khas.

Sementara itu dinding-dindingnya sangat mengesankan, adanya lengkungan-lengkungan yang elegan, dan hiasan-hiasan artistik memberikan kesan kemegahan kepada bangunan bioskop tersebut.

Mengenang Situ Aksan, Danau Favorit Warga Bandung yang Kini Tinggal Nama

Salah satu ciri utama De Majestic adalah atapnya yang berbentuk limasan. Atap ini memberikan sentuhan Jawa yang harmonis pada desain keseluruhan menggambarkan perpaduan antara unsur lokal dan internasional.

Selain itu terlihat juga detail ornamen seperti ukiran kayu dan ukiran logam. Hal ini memperlihaykan kerajinan tangan yang mengesankan dari masa lalu. Sehingga menunjukkan gaya klasik yang bercampur modernitas.

Harus tutup

De Majestic pada masa lalunya adalah tempat elite sosialita. Para penonton yang datang haruslah berpakaian rapi, sedangkan tempat duduk pria dan wanita juga terpisah. Orang pribumi pun dilarang untuk hadir.

Hingga pertengahan tahun 1980-an, De Majestic masih memutar film-film populer dan banyak dikunjungi oleh para pemuda. Tetapi biaya perawatan tinggi dan kalah bersaing dengan tempat hiburan lain membuat De Majestic ditinggal.

Kisah Empu Wisesa dan Luapan Sungai Citarum yang Jadi Kota Bandung

Karena itulah pada tahun 2010. gedung ini mengalami revitalisasi dan diubah menjadi tempat seni dan budaya Bandung. Tidak hanya bioskop, bangunan ini telah menjadi tempat berbagai acara seni, konser musik, dan pameran budaya,

Meski telah mengalami perubahan, De Majestic terus memancarkan daya tariknya sebagai tempat bersejarah. De Majestic telah menyatu dengan kehidupan masyarakat modern sambil mempertahankan jejak sejarahnya.

[embedded content]

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News