Aktifitas Masyarakat Pasca New Normal Turun Hingga 58 Persen

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sebuah survei menyebutkan bahwa aktifitas masyarakat di tengah kebijakan pelonggaran kegiatan sosial tak akan mengembalikan kondisi kembali 100 persen seperti sebelum pandemi virus corona ini merebak. Survei dari Lifepal.com menyebut banyak warga yang berencana akan mengurangi kegiatan di tempat publik yang dinilai cukup berisiko terhadap penularan wabah yang juga disebut virus Covid-19 itu.

Aktifitas Masyarakat Pasca New Normal Turun Hingga 58 Persen

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sebuah survei menyebutkan bahwa aktifitas masyarakat di tengah kebijakan pelonggaran kegiatan sosial tak akan mengembalikan kondisi kembali 100 persen seperti sebelum pandemi virus corona ini merebak. Survei dari Lifepal.com menyebut banyak warga yang berencana akan mengurangi kegiatan di tempat publik yang dinilai cukup berisiko terhadap penularan wabah yang juga disebut virus Covid-19 itu.

Keputusan untuk membelakukan memang sempat menekan pergerakan masyarakat. Namun, apabila New Normal diberlakukan kelak, survei  menunjukkan bahwa persentase aktivitas warga di tempat publik akan tetap tidak akan pulih seperti sebelumnya.

Survei dilakukan dengan metode random sampling terhadap 561 responden yang merupakan warga domisili Jakarta dan orang-orang yang beraktivitas rutin di Jakarta. Responden diminta untuk memberikan estimasi frekuensi setiap aktivitas setelah PSBB berakhir dan memasuki masa New Normal kelak (diwacanakan pada Juli 2020).

"Secara keseluruhan, variasi penurunan rata-rata aktivitas masyarakat adalah 29% hingga 58%. Aktivitas umum seperti kuliah, sekolah, bekerja hanya kembali aktif hingga 58.1% dari frekuensi semula," tulis Lifepal.com, seperti dari rilis yang diterima redaksi di Jakarta, (22/6/2020).

Work-from-home atau bekerja dari rumah tentunya mengubah perilaku masyarakat selama masa PSBB. Seperti diprediksikan sebelum wabah COVID-19 ditangani dan selesai sepenuhnya, beberapa perusahaan dan karyawan akan memilih untuk bekerja di rumah baik secara sebagian maupun keseluruhan.

Aktivitas belajar mengajar juga tentunya tidak bisa pulih 100% dengan cepat. Mendikbud, Nadiem Makarim juga memberikan pernyataan bahwa jika sekolah kembali dibuka orang tua dapat memilih untuk anaknya tetap belajar di rumah jika dirasa tidak nyaman.

Frekuensi untuk makan di restoran akan berkurang lebih dari setengah kondisi semula.

Senada dengan kegiatan belajar dan bekerja, aktivitas dengan persentase pemulihan tertinggi kedua ada pada aktivitas konsumsi (belanja indoor di minimarket, supermarket, atau pusat perbelanjaan indoor lainnya). Survei menunjukkan, pemulihan aktivitas ini akan mencapai 57,9%.

Namun untuk aktivitas makan di restoran tidak mencapai setengah dari masa normal sebelum COVID-19.

Masyarakat tentunya lebih memilih untuk makan di rumah masing-masing dan menghindari tempat makan indoor (dalam ruang). Di samping itu, UMKM kuliner juga mulai mengandalkan layanan pesan antar ketimbang dine-in di masa Pandemi Covid.
Aktivitas dengan tingkat pemulihan terendah adalah aktivitas olahraga di gym dan hiburan outdoor

Hasil survei mencatat dua aktivitas dengan tingkat pemulihan terendah di antara yang lain. Aktivitas itu adalah aktivitas mengunjungi pusat kebugaran indoor (gym, gedung olahraga, sasama, dan lainnya), dan aktivitas hiburan outdoor seperti konser off air, mengunjungi pameran, dan sebagainya.

Seperti dijelaskan oleh Pakar Epidermis Universitas Indonesia Dr. Tri Yunis Miko Wahyono, risiko tertular virus Covid-19 juga cukup tinggi ketika seseorang melakukan aktivitas olahraga di tempat olahraga indoor.

Senada dengan aktivitas di gym, tingkat risiko penularan virus Covid-19 juga cukup tinggi ketika seseorang menghadiri konser off air atau pameran.  Masyarakat pilih transportasi publik minim penumpang untuk beraktivitas di dalam kota.

Penggunaan transportasi publik padat penumpang dalam kota seperti Transjakarta, bus, KRL, hingga MRT di era New Normal hanya akan pulih 33,9%. Wajar saja, penumpang KRL itu sendiri memang sudah dibatasi, 74 orang per gerbong demi mencegah penularan Covid-19.

Meski sudah dikurangi, masyarakat tampaknya masih cukup khawatir terhadap risiko penularan virus ini.

Di sisi lain, tingkat pemulihan penggunaan kendaraan taksi atau taksi online berkisar adalah 44,16%, lebih tinggi dari ojek atau ojek online.

Walaupun demikian, cukup terlihat bahwa masyarakat akan cukup mengurangi frekuensi bepergian secara umum. Lalu lintas sepertinya akan kembali pulih sebesar 40-45% dari masa normal sebelum COVID-19. Kegiatan keagamaan di tempat ibadah juga akan berkurang drastis di Masa New Normal

Kegiatan ibadah atau keagamaan di masjid, gereja, pura, atau vihara juga belum akan pulih secara normal. Survei menunjukkan bahwa pemulihan kegiatan publik di tempat ibadah pada saat New Normal adalah 48,4% saja.

Sementara itu, kegiatan-kegiatan perkumpulan bertema upacara adat seperti pernikahan, dan sejenisnya, akan pulih 36% di masa New Normal nanti.

Survei ini juga menunjukkan, dua aktivitas yang akan paling banyak dikurangi masyarakat di era New Normal adalah olahraga di gym atau tempat tertutup, serta aktivitas hiburan outdoor padat massa.

Survei dilakukan dengan metode random sampling terhadap 561 responden yang merupakan warga domisili Jakarta, maupun orang-orang yang beraktivitas rutin di Jakarta.

Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, pria 48% dan wanita 52%.

Responden dikategorikan pula dalam kategori penghasilan. Sebanyak 26,6% responden memiliki penghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan, 19,2% berpenghasilan Rp 10 hingga 20 juta, 29,4% berpenghasilan Rp 5 hingga Rp 10 juta per bulan, dan 24,7% dengan penghasilan Rp 20 juta per bulan.

Sementara itu untuk kategori usia, 20,6% responden berusia 15 hingga 25 tahun, 52,3% berusia 26 hingga 39 tahun, 21,5% berusia 40-55 tahun, dan 5,6% berusia 56 hingga 74 tahun.

Lewat survei tersebut, Lifepal mencatat bahwa rata-rata frekuensi aktivitas masyarakat di Jakarta saat New Normal hanya berkisar 42,6% saja dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.