Hamil 6 Bulan, Pejuang ISIS asal Indonesia Dikabarkan Tewas Dianiaya

BREAKINGNEWS.CO.ID – Jenazah seorang perempuan asal Indonesia ditemukan di kamp pengungsi Al-Hol, Suriah Utara. Petugas di kamp tersebut mengidentifikasi jenazah perempuan itu berkewarganegaraan Indonesia. Perempuan yang disebut pejuang ISIS itu meninggal di tenda pengungsinya. Diduga ia  dibunuh oleh perempuan pejuang ISIS lainnya, seperti dilaporkan oleh kantor berita Kurdi, Hawar News Agency.

Hamil 6 Bulan, Pejuang ISIS asal Indonesia Dikabarkan Tewas Dianiaya

BREAKINGNEWS.CO.ID – Jenazah seorang perempuan asal Indonesia ditemukan di kamp pengungsi Al-Hol, Suriah Utara. Petugas di kamp tersebut mengidentifikasi jenazah perempuan itu berkewarganegaraan Indonesia. Perempuan yang disebut pejuang ISIS itu meninggal di tenda pengungsinya. Diduga ia  dibunuh oleh perempuan pejuang ISIS lainnya, seperti dilaporkan oleh kantor berita Kurdi, Hawar News Agency.

Perempuan yang disebut-sebut petempur ISIS dan "bernama "Sodermini" (Sudarmini) ini tengah dikabarkan juga tengah "mengandung enam bulan. Menurut Hawar News Agency perempuan itu diduga dipukuli serta disiksa dan ditemukan memar di tubuhnya".

"Dia meninggal akibat (tindak) kekerasan," tulis kantor berita yang berkantor di wilayah Kurdi, Al Hasaka, Suriah Utara. Hasil pemeriksaan dokter forensic memperkuat dugaan itu.  

Yudha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri mengatakan pihaknya saat masih melakukan verifikasi kewarganegaraan perempuan itu. Yudha perlu memastikan apakah benar yang bersangkutan adalah warga negara Indonesia.

Kemenlu juga tengah memverifikasi klaim adanya sejumlah WNI di kamp pengungsi eks ISIS di Suriah. Puluhan WNI ditemukan di antara ribuan petempur asing ISIS di kamp pengungsi Suriah. Kantor berita Hawar menyatakan identitas lain yang didapat terkait Sodermini adalah, ayahnya bernama Sardi dan ibunya bernama Nasia. Sodermini ini diperkirakan berumur sekitar 30-an dan merupakan "ibu dari tiga anak".

Kekerasan di Kamp

Kasus kekerasan antara para petempur ISIS baik pria maupun wanita sering kali terjadi di kamp Al-Hol. Apalagi kamp itu menampung ribuan keluarga pejuang asing ISIS. Sejak kejatuhan kelompok itu, jumlah pengungsi di kamp itu bertambah banyak.

Al-Hol terletak di Suriah barat laut dan berada di bawah administrasi Kurdi. Warga Indonesia di kamp Al-Hol itu diperkirakan berjumlah puluhan orang. Para pengamat mengatakan kamp ini menjadi "semacam bom waktu" karena sangat rawan kekerasan.

Pejabat Kurdi, Mustafa Bali, menyatakan kepada BBC, Maret 2019, bahwa ia menyaksikan setidaknya "puluhan WNI" yang berada di kamp itu. Warga Indonesia ini sebelumnya berada di Baghuz, kantong terakhir kelompok ISIS, yang direbut oleh Pasukan Demokratis Suriah, SDF pimpinan suku Kurdi pada awal tahun ini.

Maryam Ingin Pulang

Terdapat pula seorang warga Indonesia, Maryam. Ia mengaku berasal dari Bandung, Jawa Barat. Maryam menyatakan "ingin pulang ke Indonesia", Maret lalu. Bersama empat anaknya, Maryam ditemui di Al-Hol pada pekan pertama bulan Maret oleh Afshin Ismaeli, seorang wartawan lepas.

image
Maryam, pejuang ISIS yang ingin pulang ke Indonesia. 

"Saya dengan empat anak dan keluar dari Baghuz ... kami ingin pulang ke negara asal kami, ke Indonesia," kata Maryam, di kamp Al-Hol yang disebutkan sering terjadi kekerasan.  Ia menyatakan keinginannya itu dalam rekaman video yang dibuat Afsin.

Menurut salah seorang pejabat Kurdi seperti dikutip kantor berita AFP, lebih dari 9.000 keluarga pendukung ISIS yang berasal dari luar negeri ditampung di kamp Al-Hol. Kamp ini dibangun untuk sekitar 20.000 orang, namun saat ini menampung lebih dari 70.000 orang.

Pejuang dari Banyak Negara

Pejabat Otoritas pimpinan Kurdi di Suriah Utara, Abdul Karim Omar menyatakan kepada BBC bahwa mereka sudah kewalahan dalam menghadapi ribuan orang yang keluar dari kantung terakhir wilayah ISIS di Baghuz.

Sekitar 1.000 pejuang asing termasuk di antara ribuan orang yang ditahan oleh pihak Kurdi di sejumlah penjara dan disebutkan berasal dari sekitar 50 negara. Abdul Karim Omar, mengatakan fakta bahwa hanya sedikit negara yang merepatriasi warganya yang bergabung dengan ISIS membuat masalah semakin rumit.

Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan awal Juli lalu bahwa pemerintah belum mengambil keputusan apakah akan merepatriasi mereka. Ada banyak Pertimbangan, terutama karena para pejuang itu sudah terjagkit paham radikal yang sangat akut.

"Bukan sekadar memulangkan orang ini. Masalah ideologinya kan sudah keras, dan lain sebagainya, bagaimana kita bisa mereduksi ideologi itu, bagaimana treatmentnya, itu harus kita pikirkan dengan baik," kata Suhardi dalam diskusi "Para Pengejar Mimpi ISIS: Layakkah mereka kembali?"