Data Negatif Eksternal Tak Ganggu Penguatan Rupiah

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sejumlah data negative eksternal  dalam hal perang dagang AS-China tak membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Pada pentupan perdagangan Selasa (12/11/2019), mata uang garuda ini ditutup menguat 13 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.054 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.067 per dolar AS.

Data Negatif Eksternal Tak Ganggu Penguatan Rupiah

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sejumlah data negative eksternal  dalam hal perang dagang AS-China tak membuat nilai tukar rupiah melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Pada pentupan perdagangan Selasa (12/11/2019), mata uang garuda ini ditutup menguat 13 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.054 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.067 per dolar AS.

"Data eksternal yang negatif tidak serta merta membuat mata uang rupiah kembali melemah, namun sebaliknya rupiah kembali perkasa," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, seperti dikutip dari laman Antaranews.com.

Menurutnya Ibrahim, informasi tentang ekonomi Indonesia yang membaik membawa berkah di mana optimisme kembali menguat di kalangan pebisnis.

Perbaikan ekonomi tersebut dilihat dari sudut membaiknya neraca transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal III-2019 yang menyempit jadi 2,7 persen dibandingkan dengan sebelumnya 3 persen dari PDB.

Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,02 persen pada kuartal III-2019, di atas perkiraan pasar. "Bank Indonesia hari ini berhasil membawa rupiah kembali menguat walaupun indeks dolar juga menguat berkat intervensi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF," ujar Ibrahim.

Dari eksternal, pasar meragukan apakah Beijing dan Washington dapat mencapai kesepakatan perdagangan dan menurunkan tarif, selain kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Hong Kong.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.056 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.044 per dolar AS hingga Rp14.062 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.059 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.040 per dolar AS.

Kendati dengan sentiment berbeda,hal serupa juga terjadi di lantai bursa. Pada penutupan perdagangan  hari ini,   Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat terbawa kenaikan bursa saham regional Asia.

IHSG ditutup menguat 32,25 poin atau 0,52 persen ke posisi 6.180,99, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 5,75 poin atau 0,59 persen menjadi 984,22. "Hari ini indeks menguat didorong oleh sentimen positif dari "rebound"-ya indeks bursa regional, menguatnya rupiah dan harga batu bara," kata analis Indopremier Sekuritas Mino.

 Dibuka melemah, IHSG berada di zona merah sepanjang sesi pertama namun menguat pada sesi kedua hingga penutupan bursa saham.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual asing bersih atau "net foreign sell" sebesar Rp508,98 miliar.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 542.841 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 10,73 miliar lembar saham senilai Rp7,47 triliun. Sebanyak 201 saham naik, 178 saham menurun, dan 152 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa saham regional Asia antara lain indeks Nikkei menguat 188,2 poin atau 0,81 persen ke 23.520, indeks Hang Seng menguat 138,7 poin atau 0,52 persen ke 27.065,3, dan indeks Straits Times menguat 18,61 poin atau 0,57 persen ke posisi 3.259,26.