Screening Film Berbahasa Sunda Pertama di Indonesia Ini Tayang di Bandung

Film berbahasa Sunda pertama di Indonesia, Before, Now and Then (Nana) diputar hari ini di XXI Ciwalk (Cihampelas Walk), Bandung, Selasa (18/10/2022). ...

Screening Film Berbahasa Sunda Pertama di Indonesia Ini Tayang di Bandung

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Film berbahasa Sunda pertama di Indonesia, Before, Now and Then (Nana) diputar hari ini di XXI Ciwalk (Cihampelas Walk), Bandung, Selasa (18/10/2022). 

Pemutaran film spesial Before, Now & Then (Nana) merupakan film drama sejarah Indonesia tahun 2022 yang ditulis dan disutradarai oleh Kamila Andini. Film ini diadaptasi dari bab pertama novel ‘Jais Darga Namaku’ karya Ahda Imran. Menceritakan kisah kehidupan nyata Raden Nana Sunani di Jawa Barat pada era 1960-an.

Film Nana sendiri diproduksi oleh Fourcolours Films bersama Titimangsa Foundation dan dibintangi oleh Happy Salma sebagai Nana.

Sebelumnya, pemutaran perdana film ini dilakukan secara internasional di Festival Film Internasional Berlin pada 12 Februari 2022 lalu.

Ahda-Imran.jpgPenulis novel ‘Jais Darga Namaku’, Ahda Imran saat menghadiri pemutaran screening film 'Before, Now and Then (Nana)' di XXI Ciwalk (Cihampelas Walk), Bandung, Selasa (18/10/2022). (FOTO: Megha/TIMES Indonesia)

Dalam festival tersebut, film ini dinominasikan Penghargaan Golden Bear untuk Best Film dan Laura Basuki berhasil memenangkan Silver Bear untuk Best Supporting Performance. Film Before, Now & Then ini didistribusikan di Indonesia secara digital melalui Amazon Prime Video mulai 1 Agustus 2022.

Bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Sunda dengan gaya bahasa era 1960-an. Sama dengan film-film karya Andini sebelumnya yang selalu menggunakan bahasa daerah.

Selain itu, sastrawan ahli bahasa Sunda juga turut dilibatkan sebagai mentor dalam proses produksi.

Penulis novel ‘Jais Darga Namaku’, Ahda Imran, berharap film ini menjadi awal dari film-film berbahasa daerah terutama Sunda. Sebab menurut dia banyak banyak novel berbahasa Sunda yang bisa diangkat menjadi film.

Ahda-Imran-dan-Seniman-Semi-Rupa.jpgPenulis novel ‘Jais Darga Namaku’, Ahda Imran dan Seniman Semi Rupa, Isa Perkasa saat menghadiri pemutaran screening film 'Before, Now and Then (Nana)' di XXI Ciwalk (Cihampelas Walk), Bandung, Selasa (18/10/2022). (FOTO: Megha/TIMES Indonesia)

“Banyak sekali sebenarnya novel-novel berbahasa sunda yang bisa diangkat menjadi film. Karena film-film berbahasa daerah punya kekuatan dan punya pasarnya,” jelas Ahda Imran di XXI Ciwalk (Cihampelas Walk), Bandung, Selasa (18/10/2022)..

Ia juga menyebut dalam proses penulisan pada novel ini dilakukan selama tiga tahun hingga dirinya bertolak ke Paris untuk melakukan riset tentang buku otobiografi ini.

“Ini sebenarnya buku otobiografi kehidupan nyata Raden Nana Sunani di Jawa Barat. Proses penulisan selama tiga tahun, termasuk harus ke Paris dan Garut, dan sebagainya,” kata penyair dan esais Indonesia ini.

Selain itu juga ia juga menjelaskan bahwa bahasa Sunda tidak hanya berhubungan dengan bahasa kampungan, preman, atau sering dianggap bahasa banyolan. Akan tetapi, pada film ini membuktikan bahasa Sunda juga bisa berkisah tentang manusia.

“Jadi bahasa Sunda itu bisa serius, bisa menceritakan kisah manusia. Itu yang diperlukan dalam bahasa daerah,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Seniman Seni Rupa Bandung, Isa Perkasa, mengapresiasi film Before, Now and Then (Nana) ini, sebab menurutnya film ini sangat luar biasa, selain dilihat dari nilai-nilai sejarahnya tapi juga karena memakai bahasa Sunda. Terlebih film ini diangkat dari kisah nyata seorang Raden Nana Sunani.

“Ini harus ada film-film berikutnya yang berbahasa sunda. Karena saya kira cara menampilkan film berbahasa daerah ini bisa dilirik masyarakat,” ungkap Isa.

Sinopsis Film ‘Before, Now and Then (Nana)’

Berlatar belakang di tahun 1960-an saat terjadi turbulensi pergantian kekuasaan di Indonesia, film ini bercerita tentang tokoh utama yaitu Nana atau Raden Nana Suhani. Nana kehilangan seorang ayah dan anak karena perang di Jawa Barat.

Lalu Ia menikah lagi untuk memulai hidup baru dengan pria kaya raya, yang justru selalu merendahkannya. Sang suami juga merupakan orang yang tidak setia. Nana pun menderita dalam diam. Suatu ketika, ia bersahabat dengan salah satu simpanan suaminya, yang membuat semuanya berubah. Mereka bersama-sama mencari harapan untuk meraih kemerdekaan.

Yuk, dukung perfilman nasional! Saksikan Film berbahasa Sunda pertama di Indonesia, Before, Now and Then (Nana). (*)

**) Dapatkan update informasi pilihan setiap hari dari TIMES Indonesia dengan bergabung di Grup Telegram TI Update. Caranya, klik link ini dan join. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi Telegram di HP.