Review Film: Triangle of Sadness

Review film: Triangle of Sadness menampilkan kemampuan sutradara Swedia itu dalam mengemas dongeng satire dan komedi gelap.

Review Film: Triangle of Sadness
Jakarta, CNN Indonesia --

Triangle of Sadness menjadi persembahan satire tiga babak yang memukau dari Ruben Östlund. Sutradara asal Swedia itu kembali membuktikan kemahirannya dalam mengemas dongeng satire dan komedi gelap.

Premis yang ditawarkan Östlund sebenarnya bukan hal baru. Film ini memotret satire kehidupan orang-orang borjuis dengan latar kapal pesiar mewah.

Namun plot itu berkembang jadi begitu brilian ketika Östlund mulai menyinggung isu sosial dari berbagai sudut. Film ini menyentil banyak isu sosial dengan sentuhan komedi yang tak hanya jenaka, tetapi juga brutal.

Hal itu tertuang sejak babak pertama Triangle of Sadness berjudul Carl & Yaya. Babak pembuka ini seolah menjadi jaminan dari Östlund bahwa kisah satire yang disuguhkan bakal penuh ironi, tapi tetap menggelitik.

Seperti ketika Carl (Harris Dickinson) dan Yaya (Charlbi Dean) berdebat dari siapa yang mesti membayar tagihan makan malam, tapi malah jadi obrolan sengit soal uang dan peran gender.

Film Triangle of Sadness (2022)Review film: Triangle of Sadness menampilkan kemampuan sutradara Swedia itu dalam mengemas dongeng satire dan komedi gelap. (Imperative Entertainment via NEON)

Triangle of Sadness terus berlanjut membahas berbagai isu sosial dengan gaya satire yang unik. Film ini cukup jitu dalam meramu cerita sehingga berbagai metafora yang muncul mudah dicerna.

Banyak dari metafora itu muncul ketika film ini menapaki babak kedua, The Yacht. Östlund dengan cermat menggunakan kapal pesiar bukan hanya sebagai latar plor ini.

Ia juga dengan cermat memakai kapal mewah tersebut sebagai penggambaran brilian tentang bagaimana cara kerja kelas sosial di masyarakat.

Seperti ketika tamu VIP leha-leha di geladak dan dilayani para pelayan, sementara buruh terpaksa terus bekerja di bagian bawah kapal demi keberlangsungan pelesir itu.

Namun, Östlund tak hanya menyinggung kelas sosial lewat penggambaran liburan mewah di kapal pesiar itu. Ia juga menyoroti geliat orang kaya yang seolah bisa melakukan segala hal karena memiliki kuasa yang berasal dari uang.

Sampai akhirnya, puncak babak ini ditampilkan lewat sesi makan malam bersama sang kapten kapal yang diperankan Woody Harrelson. Pada sesi ini, saya cukup puas bagaimana kumpulan orang kaya arogan itu 'membayar' atas tingkah congkak mereka.

Lanjut ke sebelah..

 

[Gambas:Video CNN]

Review Film: Triangle of Sadness

BACA HALAMAN BERIKUTNYA