Review Film: The First Slam Dunk

Review film: The First Slam Dunk jelas alternatif dari waralaba Slam Dunk yang tidak akan membuat penggemar lama maupun baru merasa kewalahan.

Review Film: The First Slam Dunk
image
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekspektasi setinggi langit sudah pasti memenuhi pikiran dan hati saya saat mendengar The First Slam Dunk tayang di Indonesia. Apalagi, kenangan serial anime Slam Dunk yang saya saksikan sedari Sekolah Dasar masih ada dalam benak, meski telah tertimbun kenangan-kenangan lainnya.

Berpuluh tahun kisah konyol Hanamichi Sakuragi membuat saya penasaran, bagaimana masa depannya dengan Shohoku? Apakah ia sungguh jadi pemain basket genius seperti yang selalu ia klaim?

Namun kreator Slam Dunk yang sekaligus jadi penulis juga sutradara The First Slam Dunk, Takehiko Inoue, lebih memilih membiarkan pertanyaan itu tetap jadi angan.

Inoue sungguh menampilkan kisah Ryota Miyagi alias Ryo-chan sebagai sajian utama The First Slam Dunk, sama seperti trailer yang tayang beberapa pekan sebelumnya.

Miyagi dikenal sebagai point guard alias playmaker alias pengatur serangan utama SMA Shohoku. Bocah kelas dua SMA bernomor punggung 7 itu digambarkan sebagai pemuda pendek tak banyak bicara, tapi amat tangkas dan gesit saat dribbling bola basket.

Keputusan Inoue ini sebenarnya jadi langkah berani yang patut diapresiasi. Ia memberikan ruang untuk penonton awam alias blind-watcher untuk ikut andil menikmati kisah ikonis Slam Dunk di era saat ini.

Langkah Inoue itu juga tak langsung membuat saya pesimis. Saya masih berharap Sakuragi masih 'bertanggung jawab' sebagai protagonis di film ini.

Keinginan itu sempat dijawab Inoue di menit-menit pertama adegan SMA Shohoku tanding melawan SMK Sannoh yang dianggap sebagai tim basket SMA terkuat di Jepang.

Si begundal berambut merah itu berhasil memenuhi ekspektasi penonton lewat skor perdana yang memukau untuk Shohoku.

"Buset langsung begini, nih?" adalah kalimat yang muncul pertama kali dari diri saya, tak sampai 10 menit film ini dimulai.

Nyatanya, Inoue cuma usil. Setelah adegan mengagetkan itu, kisah pilu keluarga Miyagi berlatar alam pantai Okinawa tersaji sebagai hidangan utama.

The First Slam Dunk menjadi panggung utama Miyagi untuk lebih dikenal, meski saya belum memahami alasan Inoue memilih karakter ini untuk mendapatkan porsi begitu banyak dalam film ini.

Hal itu lantaran selama ini, Ryota Miyagi dianggap sebagai karakter "oke dia keren", tanpa pernah saya sangka bisa 'naik pangkat' jadi tokoh sentral dalam film layar panjang Slam Dunk.

Inoue sekali lagi menampilkan dirinya sebagai sutradara yang tak bisa ditebak. Ia bukan hanya mengganti tokoh sentral, tetapi juga menambah teka-teki yang menambah beban pikiran penggemar Slam Dunk.

"Ini mah harus tunggu belasan tahun lagi buat nonton cerita Slam Dunk selanjutnya," gumam saya sembari menghadapi rasa love-hate relationship dengan Inoue.

Lanjut ke sebelah...

Review Film: The First Slam Dunk

BACA HALAMAN BERIKUTNYA