Review Film: The Fabelmans

Review The Fabelmans: film terbaru Steven Spielberg ini pantas mendapat predikat sebagai salah satu film terbaik yang rilis tahun ini.

Review Film: The Fabelmans
Jakarta, CNN Indonesia --

The Fabelmans terasa seperti surat cinta yang merangkai memori masa kecil Steven Spielberg menjadi kisah coming of age manis dan penuh kehangatan.

Saya seperti diajak berwisata ke masa lalu Spielberg, menyaksikan kenangan demi kenangan yang ikut andil dalam perjalanan sang sutradara menjadi sosok legendaris seperti sekarang.

Curahan hati Spielberg itu disampaikan lewat kisah Sammy Fabelman (Gabriel LaBelle), putra sulung dari keluarga Fabelman yang memiliki kecintaan amat besar terhadap dunia film.

Dongeng itu dijahit dengan rapi mulai dari titik awal, yakni perkenalan Sammy dengan film ketika menonton di bioskop pertama kali. Adegan pembuka itu terasa seperti pasak yang menancap kokoh dalam struktur cerita The Fabelmans.

Dari situ, penonton diajak tenggelam ke dalam perjalanan Sammy kecil yang sudah menenteng kamera 8mm untuk membuat film bersama adik-adiknya.

Meski demikian, bukan berarti film ini hanya ditujukan bagi penggemar Spielberg atau orang-orang yang menggeluti dunia film semata. The Fabelmans punya bahasa yang lebih luas sehingga bisa relevan dengan setiap penontonnya.

The Fabelmans (2022).Review The Fabelmans: film terbaru Steven Spielberg ini pantas mendapat predikat sebagai salah satu film terbaik yang rilis tahun ini. (dok. Amblin Entertainment/Reliance Entertainment/Universal Studios via IMDb)

Spielberg terlihat begitu paham dalam mengemas kecintaan Sammy terhadap film agar mudah masuk ke hati penonton film ini. Semua itu tak lepas dari segudang pengalaman Spielberg sebagai salah satu sutradara paling berpengaruh sepanjang masa.

Namun, kisah The Fabelmans tidak hanya berkutat dengan mimpi Sammy menjadi sutradara hebat. Spielberg juga menyertakan lika-liku keluarga Fabelman yang ikut andil dalam kehidupan Sammy.

Ia tidak ragu mengungkap kehidupan keluarganya yang rapuh dan penuh trauma. Memori itu disampaikan lewat kisah keluarga Fabelman yang disajikan secara dramatis, tapi tidak terkesan recehan.

Narasi itu lagi-lagi membuktikan bahwa Spielberg tidak ingin membuat film yang hanya bisa dinikmati segmen tertentu. The Fabelmans punya konflik yang begitu dekat dengan setiap orang, karena melibatkan cita-cita dan realitas.

Plot cerita itu didukung dengan penampilan impresif seluruh aktor yang berperan dalam The Fabelmans. Film ini pun terasa seperti panggung orkestra berisi para aktor yang memainkan perannya masing-masing.

Pujian patut diberikan kepada Gabriel LaBelle sebagai Sammy Fabelman. Ia berhasil menunaikan tugasnya sebagai pemeran karakter yang menjadi cermin masa lalu Steven Spielberg.

Lanjut ke sebelah...

Review Film: The Fabelmans

BACA HALAMAN BERIKUTNYA