Review Film: Glass Onion - A Knives Out Mystery

Review film: Glass Onion alias Knives Out 2 pantas dinobatkan sebagai salah satu tontonan akhir tahun yang menyenangkan berkat sederet hal di dalamnya.

Review Film: Glass Onion - A Knives Out Mystery
Jakarta, CNN Indonesia --

Rian Johnson kembali membuktikan reputasinya sebagai sutradara yang piawai menggarap film misteri pembunuhan. Usai sukses besar dengan Knives Out (2019), Johnson menawarkan tontonan penuh kejutan lainnya dalam sekuel berjudul Glass Onion: A Knives Out Mystery.

Secara garis besar, Glass Onion bagi saya belum bisa melampaui pencapaian Knives Out yang begitu monumental hingga dianggap sebagai salah satu film bertema misteri terbaik di era sekarang.

Namun, saya justru menduga bahwa Rian Johnson sengaja menghindari upaya melampaui capaian film pertama. Hal itu membuat Glass Onion mampu menunaikan perannya sebagai sekuel yang segar dengan formula berbeda.

Perbedaan itu terasa dari pendekatan Rian Johnson dalam mengemas kisah Benoit Blanc di dua film tersebut. Pada Knives Out, Johnson seolah menyebar puzzle yang memicu seluruh karakter ikut dituding sebagai dalang pembunuhan.

Rangkaian puzzle itu kemudian berlanjut dengan twist yang tak henti hingga akhir cerita, seiring dengan Benoit Blanc mengungkap pembunuh Harlan Thrombey (Christopher Plummer).

Sebaliknya, Rian Johnson justru menggambarkan sosok pelaku di Glass Onion secara gamblang. Namun, kisah dalam sekuel ini masih tetap menarik karena penonton tidak hanya diajak untuk menebak 'siapa', tapi juga 'bagaimana'.

GLASS ONION: A KNIVES OUT MYSTERY (2022) Daniel Craig as Detective Benoit Blanc.  Cr: Courtesy NETFLIXReview film: Glass Onion alias Knives Out 2 pantas dinobatkan sebagai salah satu tontonan akhir tahun yang menyenangkan berkat sederet hal di dalamnya. (Netflix)

Pendekatan itu pun berhasil dijahit dengan rapi oleh Johnson lewat alur cerita yang kuat dan brilian, sehingga pengalaman menonton Glass Onion tetap terasa memuaskan.

Rian Johnson juga masih bermain dengan jalan pikir liar yang tak mudah dipahami secara utuh jika hanya ditonton sekali. Ia menawarkan segudang detail tersembunyi yang layak digali oleh para penikmat kisah whodunit.

Keputusan untuk tayang di layanan streaming juga mendukung film ini agar tidak hanya jadi tontonan sekali duduk. Penonton bisa terus menggali berbagai petunjuk yang tersebar di bagian awal film layaknya menyusun sebuah puzzle.

Di samping itu, Rian Johnson juga seolah tak ingin ketinggalan menyuarakan kritik sosial. Film ini secara tersirat terasa seperti karya satir tentang isu terkini, meski tidak menggambarkan dampak apokaliptik berskala dunia.

Bukti-bukti itu pun terlihat secara gamblang dari penokohan karakter utama. Tengok saja karakter Miles Bron (Edward Norton), miliarder pemilik perusahaan teknologi yang arogan dan egosentris.

Kemudian, penonton juga bisa mengaitkan karakter Birdie Jay (Kate Hudson) dengan selebritas internasional yang kerap memicu kontroversi. Begitu pula dengan Claire Debbela (Kathryn Hahn), penggambaran apik tentang politikus korup yang arah kebijakannya disetir oleh donatur.

Penggambaran berbagai karakter itu semakin terasa relevan karena berlatar di era pandemi. Johnson pun menyisipkan berbagai masalah bertema pandemi tanpa terasa norak, seperti ketika Birdie Jay menggelar pesta di tengah pembatasan sosial akibat pandemi.

Saya jamin penggambaran itu bisa mengingatkan penonton dengan sejumlah pesohor karena kemiripan karakter dan kontroversi di baliknya.

Glass Onion: A Knives Out Mystery (2022). (L-R) Edward Norton as Miles, Madelyn Cline as Whiskey, and Daniel Craig as Detective Benoit Blanc. Cr. John Wilson/Netflix © 2022.Review film: Glass Onion masih belum bisa menandingi Knives Out. (John Wilson/Netflix)

Plot cerita Glass Onion itu kemudian diimbangi dengan visual yang memanjakan mata, walau hanya disaksikan di layar yang seadanya. Potret resor mewah Miles Bron menjadi kekuatan utama dari aspek visual Glass Onion yang terasa mewah.

Latar belakang Miles Bron sebagai pengusaha bidang teknologi juga diperkuat dengan peralatan canggih di resor tersebut. Film ini pun tetap terasa segar meski tidak banyak memakai efek CGI atau permainan kamera memukau.

Di sisi lain, pujian juga patut disematkan kepada orang-orang di balik pemilihan kostum setiap karakter. Berbagai busana yang dipakai berhasil memperkuat penggambaran masing-masing karakter.

Meski demikian, saya sempat dibuat garuk-garuk kepala ketika melihat Daniel Craig mengenakan kemeja bermotif garis-garis vertikal dengan warna yang mencolok.

[Gambas:Youtube]

Dengan sederet nilai plus tersebut, Glass Onion pantas dinobatkan sebagai salah satu tontonan akhir tahun yang menyenangkan. Film ini juga tetap menarik untuk ditonton ulang karena menyimpan segudang detail tersirat.

Namun, rasanya saya perlu kembali menegaskan bahwa Glass Onion masih belum bisa menandingi Knives Out. Glass Onion kemungkinan juga bakal sulit bersaing dalam ajang penghargaan bergengsi tahun depan, seperti Golden Globes hingga Piala Oscar 2023.

(end)