Perlu Sebuah Festival Agar Nilai Film Horor Indonesia Lebih Dihargai

BREAKINGNEWS.CO.ID –  Sejak industri film menggeliat di Indonesia, genre horror sudah ikut mewarnai. Namun tak seperti tema lain, genre ini tak terlalu mendapat tempat, kalau tak mau disebut berstatus anak tiri. Kondisi tersebut masih berlangsung hingga saat sekarang.

Perlu Sebuah Festival Agar Nilai Film Horor Indonesia Lebih Dihargai

BREAKINGNEWS.CO.ID –  Sejak industri film menggeliat di Indonesia, genre horror sudah ikut mewarnai. Namun tak seperti tema lain, genre ini tak terlalu mendapat tempat, kalau tak mau disebut berstatus anak tiri. Kondisi tersebut masih berlangsung hingga saat sekarang.

Image peminggiran wajar terjadi, karena dari sejumlah film kategori ini, unsur esek-esek nya terlihat masih dominan.  Citra itupun tetap dominan karena pada salah satu film, produser berani mendatangkan artis film dewasa asal Jepang.

Padahal, penggemar film jenis ini di tanah air sangat besar, itu bisa terlihat dari sejumlah karya sineas yang mampu mencetak rekor jutaan penonton untuk datang ke bioskop.

Menurut produser  Oddy Mulya Hidayat, genre film ini sangat besar dan secara bisnis juga menjanjikan karena diminati jutaan rakyat Indonesia.  “Film horror saat ini memang  lagi dipandang sebelah mata, bahkan sempat dilarang teman untuk membuatnya,,”kata Oddy saat berbicara dalam diskusi Menjadikan film horor sebagai tontonan menghibur dan tuntutan selera yang diselenggarakan oleh KJSI (Kumpulan Jurnalis Sinema Indonesia) di  Musium Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta,  pekan lalu.

Optimisme itu beralasan. Banyak film horor yang bisa meraup sampai jutaan penonton. Sebagai contoh, ia menyebut film Pengabdi Setan yang bisa tembus hingga 4 juta penonton. "Jadi genre horor tuh sebenernya bagus banget untuk industri film," tegasnya.

Karena film horor Indonesia banyak peminat, perlu ada keseriusan saat menggarapnya. Bukan asal syuting dan jadi. Bahkan negara tetangga seperti Malaysia menyukai film horor karya Indonesia.

Senada dengan Oddy, pembicara lain yang juga hadir dalam diskusi tersebut  yakni pengamat social Pramu Risanto selaku pengamat social dan   Ketua Umum Perkumpulan Artis Film Indonesia Muhammad Bagiono juga melontarkan hal senada.

Pramu Risanto  mengatakan, "Horor sudah melekat dari sejak kecil. Bahkan beberapa kali saya melihat keponakan saya sedang menggambar. Awalnya saya hanya mengira itu hanya gambar asal. Ternyata keponakan saya sedang menggambar kuntilanak. Jelas kaget saya. Padahal umurnya masih tiga tahunan, tapi sudah mengerti gambar seperti itu. Entah ponakan saya tahu dari mana gambar kayak begitu."

Menurutnya, meskipun film horor, pesan moral harusnya ada dalam film itu. Hal itu harus menjadi catatan untuk para produser dan lainnya. "Percayalah suatu saat kita akan sukses," ujarnya yakin.

Film horor Indonesia jumlahnya sangat banyak. Bisa dibilang Indonesia yang memulai film bergenre horor. Itulah sebabnya banyak orang cenderung menyukai genre film ini. Tak hanya sebagai tontonan yang menghibur, film horor juga cenderung memenuhi tuntutan selera. Itulah mengapa sebuah film genre horor tetap harus dibuat serasional mungkin.

Sementara itu, Bagiono menceritakan tentang perjalanan film horor Indonesia. Genre ini pertama kali muncul di Indonesia pada 1936. Judul film yang hadir ketika itu ialah Siluman Naga Putih dan Hitam. Banyak sekali apresiasi pada film itu, apalagi pemerintahan Belanda. "Sejak saat itu, sudah sangat jarang tumbuh film horor sampai era 70-an hingga 80-an. Nah, di situ film horor bergelombang. Banyak sekali adegan esek-esek yang dimasukkan ke tayangan. Dimasukkanlah cewek-cewek dengan pakaian vulgar demi narik penonton. Jadi interpretasi film horor Indonesia enggak beda jauh sama film "seks"," ujar Bagiono.

Ia menyebut ada stigma yang harus diubah dari film horor Indonesia. Langkah itu misalnya bisa dimulai dengan membuat festival film horor tersendiri. "Film horor juga tak harus menampakkan hantunya terlalu sering. Sebenarnya cukup sesekali saja untuk dimunculkan. Tinggal bagaimana para editor sekreatif mungkin untuk memainkan suara dan sebagainya. Bahkan hanya dengan suara, para penonton sudah sangat takut," kata Bagiono.

Bagaimanapun memajukan film horor Indonesia bukan hanya pekerjaan kru film. Masyarakat juga turut membantu mengembangkan film horor Indonesia. Caranya, menonton film horor karya Indonesia. Selain itu, bentuklah stigma yang lebih baik terhadap film horor, bukan menganggap film horor sama saja dengan film esek-esek.