Mengapa Orang Indonesia Suka Film Horor?

Film horor selalu mendapat tempat khusus bagi penonton bioskop di Indonesia. Apa sebenarnya yang membuat film horor diminati?

Mengapa Orang Indonesia Suka Film Horor?

Merdeka.com - Film horor selalu mendapat tempat khusus bagi penonton bioskop di Indonesia. Film KKN di Desa Penari hingga kini mencatatkan rekor sebagai film Indonesia dan film horor terlaris sepanjang masa dengan 9,2 juta penonton. Apa sebenarnya yang membuat film horor diminati?

Hikmat Darmawan, pengamat film sekaligus Anggota Komite Film Dewan Kesenian Jakarta menilai, film horor meningkat pamornya karena ada semacam semangat untuk membuat film horor lebih baik. Seperti Film Pengabdi Setan 2: Communion, biaya produksinya tiga kali lipat dari film pertamanya.

taboola mid article

"Film horor itu sesuatu yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bukan hanya Indonesia, kalau kita perhatikan film horor di dunia juga sedang naik," ujarnya dalam perbincangan dengan merdeka.com, 25 Agustus lalu.

Berdasarkan genre, Hikmat menyebut, film horor berada di tiga teratas yang disukai penonton bioskop. Menurutnya, publik sekarang punya apresiasi yang sangat besar terhadap film Indonesia apapun genrenya.

"Jadi saya kira tidak mengejutkan kalau genre film horor sekarang persentase minat penonton sangat tinggi. Saya kira ada di top 3 kalau sekarang," imbuhnya.

Perbedaan film horor Indonesia dengan luar negeri, kata Hikmat, terletak pada materi mitosnya. Apa yang menakutkan, apa yang mencemaskan di dalam masyarakat akan tercermin dalam film horor yang dibuat.

Film horor buatan Hollywood misalnya, banyak terpengaruh oleh konsep horor Eropa, condong pada horor dan yang bisa ditemukan dalam sejarah mitologi maupun biblikal, walaupun belakangan ada namanya urban legend. Menariknya, film horor yang diangkat berdasarkan urban legend tumbuh pesat di Asia, Jepang, Thailand dan juga Indonesia.

"Di Indonesia tentu saja ada material seperti kuntilanak, jin, pocong. Hantu-hantu itu, terutama pocong tidak ditemukan tempat lain, itu hanya masyarakat Islam dan masyarakat Islam Asia Tenggara yang menjadikannya sebagai horor. Itu yang relatif membedakan," ujarnya.

Namun, seiring perkembangan, cerita film horor saling terpengaruh. Satu catatan Hikmat, film-film horor yang terlaris di Indonesia biasanya material horornya maupun ceritanya, termasuk karakterisasi pemainnya relate dengan penonton.

Hikmat mencontohkan, film-film horor Indonesia era tahun 70-80an mengandalkan adegan sadis dan penuh darah (gore) dipadu suasana mistik. Sementara film horor era tahun 2000-an menampilkan suasana mencekam melalui kesunyian, gedung-gedung modern atau lokasi lokasi di kota yang mengandung cerita-cerita atau mitos-mitos urban.

"Itu jadi bahan yang memunculkan semacam atmosfer horor di film-film generasi baru pasca-reformasi," tukasnya.

2 dari 2 halaman

Penonton Suka Hal Berbau Mistis

hal berbau mistis rev2

Sementara sosiolog Musni Umar melihat masyarakat Indonesia menyukai dan penasaran hal-hal yang bersifat gaib dan mistis. Tak hanya film horor di bioskop, banyak masyarakat yang suka melihat tayangan horor melalui media sosial ataupun Youtube.

Rasa penasaran itu yang menurut Musni, dimanfaatkan pembuat film horor untuk membuat cerita film seolah-olah nyata. Padahal, dalam kenyataannya, cerita film didramatisir dari kisah nyata atau ceritanya fiksi dengan mengambil latar tempat yang dimitoskan sebagai tempat horor.

"Misalnya diberitakan di Youtube, itu sebenarnya untuk menarik perhatian masyarakat," ujar Musni kepada merdeka.com, pekan lalu.

Labih jauh, Musni menyebut, tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hal-hal yang berbau mistis masih sangat tinggi. Terutama di pedesaan.

"Apalagi di kampung, orang yang banyak duit ditanya punya ilmu atau enggak, diobatin enggak ketemu penyakitnya. Tapi ketemu dukun dibilangnya kena sihir. Jadi itulah faktanya. Sekali lagi, banyak sekali masyarakat kita percaya hal seperti itu. Bahkan menurut saya lebih banyak dari yg suka mendengarkan dakwah," ujarnya.

Pendapat berbeda dilontarkan oleh sutradara Film Jelangkung, Rizal Mantovani. Baginya, film horor sama dengan film-film genre lainnya seperti film laga, drama, maupun komedi.

Rizal yang baru saja menyutradarai film Mumun (2022) menyebut film horor sebagai fantasi, bukan mistis.

"Film horor itu fantasi. Orang ke bioskop bukan nonton horor pas pulang takut ada pocong atau engga. Sama seperti di amerika, orang nonton alien bukan berarti percaya alien. Itu fantasi, fantasinya kita horor," ujarnya saat ditemui pekan lalu di Jakarta.

Rizal menambahkan, jika di luar negeri, tokoh film horor yang terkenal adalah Drakula, Frankeisten, atau mumi, di Indonesia ada hantu pocong, kuntilanak, genderuwo.

"Saya percaya masyarakat kita tidak percaya itu. Itu hanyalah sesuatu yang dibawa ke bioskop untuk seru-seruan, jatuhnya fantasi. Kalau saya enggak melihat sebagai mistik. Akhirnya pendekatan saya, setan di film horor itu masuknya ke arah fantasi," pungkasnya.

Reporter Magang: Michelle Kurniawan [bal]

Baca juga:
Film Horor Indonesia Tak Pernah Sepi
Film Bioskop yang Baru, Seru dan Menarik untuk Ditonton
Fakta di Balik Suksesnya KKN di Desa Penari, Pernyataan Pemain Figuran Tuai Sorotan
Jadi Mbah Buyut di Film KKN di Desa Penari, Ini Fakta Perjalanan Karier Diding Boneng