Ketika Ibu Negara Iran Berbagi Cerita tentang Perempuan...

Perempuan di dunia menghadapi tantangan yang sama, yakni melawan berbagai praktik kekerasan. Karena itu, banyak negara terus mendorong penguatan kapasitas dan pendidikan perempuan, termasuk di Indonesia dan Iran.

Saat diberikan kesempatan berbicara, Jamileh mengawali dengan menyapa para perempuan yang hadir dan mengungkapkan perasaannya yang gembira, bahagia, bahkan tidak merasa asing bertemu para perempuan Indonesia. Meskipun belum pernah ketemu, dia merasa seperti bertemu keluarga sendiri dan merasa dekat.

”Hal yang mendekatkan kita adalah tujuan atau target kita yang sama. Begitu juga kondisi yang kita hadapi sama. Kita semua mengkhawatirkan anak-anak kita, putri-putri kita, kaum perempuan,” ujarnya.

Hal yang mendekatkan kita adalah tujuan atau target kita yang sama. Begitu juga kondisi yang kita hadapi sama. Kita semua mengkhawatirkan anak-anak kita, putri-putri kita, kaum perempuan.

Tak hanya itu, yang menyatukan perempuan Iran dan Indonesia adalah sama-sama memiliki kekhawatiran akan perdamaian dan kedamaian dunia, generasi umat manusia, lingkungan hidup, serta kekerasan yang selalu menimpa kaum perempuan dan anak-anak. ”Bahkan kita mengetahui bahwa banyak sekali orang-orang di dunia ini yang juga memiliki tingkat kekhawatiran yang sama,” kata Jamileh.

Berbicara soal gerakan perempuan, Jamileh mengungkapkan, keberhasilan dan pencapaian dari gerakan perempuan dunia yang baru dimulai sejak 100 tahun yang lalu itu hingga kini masih jauh dari harapan.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/ncTP0ypZ-mVK8KGTmcIPn6QC_Ps=/1024x683/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F10%2F1bdefcef-5401-49c2-ad22-8c120df1700f_jpg.jpg

Perempuan berjalan di sekitar kawasan komersial Tajrish tanpa mengenakan penutup kepala yang diwajibkan di utara Teheran, Iran, 29 April 2023.

Dia menilai saat ini terjadi krisis kasih sayang. Upaya mengembalikan perdamaian dan kedamaian dunia harus dimulai kembali dari keluarga, dengan menghidupkan nilai-nilai yang dimiliki, etika, dan budaya. Dia mengingatkan, persaingan laki-laki dan perempuan tidak akan menghasilkan apa pun.

”Saat ini kita kehilangan persatuan, kasih sayang, persaudaraan, dan rasa sehati di antara kita. Itu yang saat ini kita kehilangan,” papar Jamileh.

Bicara soal sosok perempuan yang menjadi teladan, di Iran menurut Jamileh ada sosok Gawhar Shad atau Gauhar Shad, ratu yang hidup sekitar 800 tahun lalu, yang memiliki pengaruh kuat di Iran. Meskipun hidup dalam pergolakan, dia menjadi teladan bagi perempuan Iran. Karena karakter, kekuatan, dan kecerdasannya, Gawhar terus dikenang di Iran dan diangkat menjadi nama Masjid Gawhar Shad di kota Mashad yang ramai dikunjungi.

Baca juga : Terima Kunjungan Presiden Iran, Presiden Jokowi Harap Ada Peningkatan Kerja Sama Perdagangan

Saat ini, Gawhar Shad menjadi organisasi perempuan di Iran yang menggelar berbagai kegiatan. Bahkan, setiap tahun digelar Gawhar Shad Award dengan tujuan memperkenalkan perempuan Iran yang mempunyai pengaruh besar di masyarakat.

Seorang remaja Iran di kota Shiraz yang pandai berbahasa Mandarin. Ia menyapa wisatawan Indonesia etnis Tionghoa dan mengajak berbincang-bincang dalam bahasa Mandarin. Di Iran lazim dijumpai laki-laki atau perempuan dengan hidung diperban pasca-operasi plastik untuk mengecilkan atau merendahkan batang hidung demi kepentingan estetika.
KOMPAS/SARIE FEBRIANE

Seorang remaja Iran di kota Shiraz yang pandai berbahasa Mandarin. Ia menyapa wisatawan Indonesia etnis Tionghoa dan mengajak berbincang-bincang dalam bahasa Mandarin. Di Iran lazim dijumpai laki-laki atau perempuan dengan hidung diperban pasca-operasi plastik untuk mengecilkan atau merendahkan batang hidung demi kepentingan estetika.

Bentuk penghargaan yang diberikan Gawhar Shad kepada perempuan Iran beragam, mulai dari atlet perempuan berprestasi hingga penulis atau sutradara film dengan ide-ide yang diangkat dalam film berkaitan dengan sosok perempuan pembawa perubahan di masyarakat Iran dan dunia.

”Kalau kita melihat di film-film di Iran, biasanya menampilkan perempuan yang selalu memiliki problematika rumah tangga, spiritualitas, atau kehancuran rumah tangga,” ujar Jamileh. Ia pun mengkritik film-film yang tidak mendidik, hanya mengeksploitasi perempuan secara lahiriah demi untuk menarik simpati penonton.

Baca juga : Dari Iran Bermandi Cinta

Karena itulah, Jamileh mengajak semua perempuan, termasuk perempuan Indonesia, tampil menunjukkan jati diri perempuan. Menurut dia, jika ingin anak perempuan tumbuh berkembang dengan baik, maka tidak ada tempat lain yang terbaik selain dari keluarga.

Kota Teheran, ibu kota Iran, dilihat dari Jembatan Tabiat, Sabtu (11/02/2023), dengan pemandangan pegunungan bersalju di kejauhan.
SARIE FEBRIANE

Kota Teheran, ibu kota Iran, dilihat dari Jembatan Tabiat, Sabtu (11/02/2023), dengan pemandangan pegunungan bersalju di kejauhan.

”Kowani sangat berbahagia bisa mendapat kunjungan kehormatan dari Dr Jamileh Alamolhoda sebagai pribadi yang sangat luar biasa, guru besar di Iran, pegiat sosial perempuan, dan tentunya sebagai Ibu Negara Iran,” ujar Giwo menyambut Jamileh dan putrinya.

Giwo mengungkapkan, sebelum kunjungan Ibu Negara Iran ke Jakarta, dirinya diundang ke First International Congress for Women of Influence di Teheran, Iran, pada Januari 2023. ”Persepsi kami tentang wanita Iran ternyata sangat berbeda setelah kami berkunjung ke Teheran. Wanita Iran ternyata sudah sangat maju dalam memperjuangkan hak-haknya, di samping karena negara pun sangat menghargai dan melindungi kaum wanitanya,” ungkap Giwo.

Kowani, menurut dia, merupakan rumah perjuangan perempuan di Indonesia yang berdiri sejak tanggal 22 Desember 1928, yang juga dikenal sebagai Hari Ibu. Kowani menjadi wadah berkumpul 102 organisasi perempuan Indonesia dengan anggota lebih dari 90 juta perempuan dari seluruh Indonesia berlatar belakang berbeda, baik agama, profesi, pendidikan, suku, maupun budaya.

Perempuan jadi korban

Selain dengan Ibu Negera Iran, Kowani juga berdialog dengan Hania, putri Presiden Iran. Seperti ibunya, dia mengungkapkan keharuannya disambut hangat oleh perempuan Indonesia di Kowani. Ia yakin perempuan di dunia saat ini terus berusaha dan berjuang memerdekakan perempuan.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/7MmtNKtE2owysbaFI2ifU2mlxIU=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F24%2F4ab76b8e-5f31-428f-a4fe-25c2421acc64_jpeg.jpeg

Ibu Negara Iran Nyonya Jamileh Alamolhoda, Selasa (23/5/2023) petang, menyempatkan diri berkunjung ke Kantor Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di Jakarta saat mendampingi Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi yang berkunjung ke Indonesia. Tampak Jamileh berfoto bersama dengan sejumlah perempuan pemimpin di Kowani dan organisasinya setelah berbagi cerita dan pengalaman tentang perempuan Iran. Jamileh Alamolhoda datang didampingi putrinya, Hania.

”Sebagian perempuan menjadi korban kekerasan di tengah masyarakat, rumah, atau kantor. Saya sering melihat banyak organisasi atau lembaga yang didirikan untuk berjuang memerdekakan perempuan,” ujar Hania yang didampingi Sahidi, Direktur Gawhar Shad.

Hania menyampaikan kekaguman pada organisasi Kowani yang memiliki anggota dari beragama suku dan agama. Ia yakin Kowani menjadi organisasi yang bisa mengakomodasi berbagai perbedaan anggotanya.

Dia menilai, dalam diri manusia selalu ada pertentangan kebaikan dan keburukan. Yang paling menonjol adalah rasa ingin menang sendiri, dan itu berbahaya. Namun, jika seorang memiliki kebebasan spiritual, maka hal itu akan membebaskan manusia dari hal-hal buruk, mengajarkan hidup damai dan kasih sayang.

Baca juga : Perang Urat Saraf di Iran, Pemerintah dan Perempuan Tak Ada yang Menang

Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menuturkan, perempuan yang cerdas dan berpendidikan menghasilkan anak-anak berpendidikan dan cerdas. Karena itu, Hetifah bertanya apa yang membuat pendidikan perempuan di Iran melesat dalam satu dekade dan tingkat literasi Iran meningkat lebih dari 95 persen.

Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian di Gedung Nusantara, Jakarta, Kamis (13/10/2022).
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA

Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian di Gedung Nusantara, Jakarta, Kamis (13/10/2022).

Menjawab pertanyaan Hetifah, Hania mengatakan, literasi di Iran memang memiliki lompatan luar biasa yang terjadi setelah reformasi Islam Iran. Sebanyak 95 persen penduduknya melek huruf, 65 persen mahasiswa adalah perempuan, dan 33 persen dosen di perguruan tinggi adalah perempuan. Bahkan, ada 101 jurusan di berbagai universitas di Iran tentang perempuan.

”Ada juga pendidikan agama yang khusus membahas tema atau isu perempuan, dan karena itu pendidikan keagamaan mendapat dukungan dari ulama saat ini. Perhatian yang sangat serius terhadap ilmu pengetahuan mendorong perempuan untuk berlomba-lomba mencapai ilmu tertinggi,” kata Hania.

Dukungan pendidikan bagi perempuan diberikan pemimpin tertinggi dan ulama di Iran melalui berbagai kebijakan. Termasuk menggerakkan organisasi masyarakat sipil di Iran untuk memberantas buta huruf di Iran.

Baca juga : Ratusan Siswi di Iran Jadi Korban Peracunan

Kuncinya, menurut Hania, adalah adalah adanya anjuran pemimpin negara dan rakyat sendiri memang memiliki dorongan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Selain itu, budaya belajar sudah tertanam di setiap keluarga di Iran.