Ini Alasan PBB Dukung Jokowi Ketimbang Prabowo di Pilpres 2019

BREAKINGNEWS.CO.ID - Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 tinggal hitungan hari. Namun, konsekunsi partai politik dalam memberikan dukungannya kepada kandidat, terlebih di Pilpres 2019 belakangan masih terjadi perubahan.

Ini Alasan PBB Dukung Jokowi Ketimbang Prabowo di Pilpres 2019

BREAKINGNEWS.CO.ID - Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 tinggal hitungan hari. Namun, konsekunsi partai politik dalam memberikan dukungannya kepada kandidat, terlebih di Pilpres 2019 belakangan masih terjadi perubahan.

Salah satunya yakni Partai Bulan Bintang (PBB). Jauh sebelum penetapan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dilakukan, PBB sendiri masuk kedalam parpol pendukung Prabowo. Namun, mereka akhirnya memutuskan untuk mendukung capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi). Lantas apa alasannya?

Sekjen PBB, Afriansyah Ferry Noor mengungkapkan jika keputusan partainya mendukung Jokowi, karena di kubu 01 secara terang-terangan menggaet ulama. Sementara, di kubu lainnya tidak demikian.

"Kenapa kita dukung, karena di sana ada ulama. Kita dukung orang yang posisinya ada di Islam. Mudah-mudahan 2019 ini berjalan adil, jujur dan tidak ada kecurangan-kecurangan. Siapapun sebagai pemenang kita akui. Jadi nggak usah ribut-ribut, kalau mau nyapres lagi kita tarung lagi di 2024. Kalau PBB punya parlemen kita akan maju di 2024," kata Afriansyah dalam diskusi yang mengusung tema ""Islam dan Politim Kebangsaan: Membangun Adab Politik Menuju Pesta Demokrasi 2019" di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, Jum"at (29/3/2019).

Dirinya tak menampik jika memang PBB identik dengann kelompok Islam garis keras dan garis lembut. Bahkan, ia mengaku jika dirinya juga tergabung dalam gerakan 212 dan juga alumni 212.

"Karena saat itu saya terlibat karena di sana kepentingannya kan soal DKI yakni Ahok yang dianggap dzolim terhadap umat Islam. Sehingga timbul kesepemahaman bersama jadikan Ahok musuh bersama. Dengann kekuatan besar dan dianggap Ahok adalah representasi kekuatan modal, tapi karena kekuatan Umat akhirnya kita menang," tuturnya.

Namun, saat ini, lanjut Afriansyah,
Ada beberapa kelompok yang saat ini masih ingin pakai isu sentral bahwa Islam terdzolimi.

"Misal, Jokowi disebut tida dekat dengan Islam, beliau dibilang PKI hampir 9 persen percaya dia PKI. Selain itu soal rekrutmen tenaga kerja asing secara besar-besaran dan dibuat meme sedemikian rupa. Kemudian utang negara sedemikian banyak untuk infrastruktur. Maka semua itu kita pelajari dan ternyata tidak ada ulama dikriminalisasi, tapi kalau ulama bersalah sebagai manusia yang salahi hukum ya harus terima konsekuensi hukum," ujarnya.

Padahal, saat Itjima Ulama digelar di Hotel Peninsula, Slipi, Jakarta Barat pada Minggu (29/7/2018) lalu, yang memberikan dukungan kepada capres nomor urut 02, Prabowo Subianto, PBB sendiri turut hadir saat itu. Afriansyah menegaskan, jika pada saat Itjima Ulama tersebut, PBB sendiri belum mendukung siapapun. Ia mengaku jika PBB hanya menjadi tamu undangan.

Kami bela HTI bukan kami akui HTI soal khilafahnya, tp sbg ormas yg ada di Indonesia diberengus oleh pemerintahan. Jd bukan lembaga HTI nya. Jd yg dibela itu yg tdk adil.

"Waktu Ijtima Ulama di Paninsula itu jelas kami belum dukung siapa-siapa dan kita didukung oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. Kita jadi undangan disana, tapi kita tidak berikan dukungan ke Prabowo atau siapa, jadi kita hanya datang. Tapi kita dukung Prabowo diusung dengan Salim Segaf (Ketua Majelia Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri) dan UAS (Ustad Abdul Somad), tapi Prabowo malah pilih Sandiaga Uno," tegasnya.

"Saya ketemu HRS (Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab) di Makkah, Arab Saudi. Saya bilang, di Prabowo-Sandi nggak ada unsur ulamanya. HRS bilang memang nggak setuju Prabowo maju jadi capres, tapi nggak ada pilihan dan HRS minta agar PBB tetap dukung Prabowo. Tapi kami tidak mau dan kita pilih 01 karena ada ulamanya," pungkas Alfriansyah.