Harga Minyak Dunia Kembali Turun Setelah Aksi Balasan Perang Dagang AS-Cina

BREAKINGNEWS.CO.ID – Perang dagang antara AS dan Cina terus berdampak pada Perekonomian dunia. Pekan lalu, harga minyak dunia kembali merosot. Kemerosotan ini disebabkan aksi balasan Cina yang mengenakan tarif US$75 miliar terhadap barang-barang Amerika Serikat (AS). Pengenaan tarid baru ini menjadi penyebab utama jatuhnya harga komoditas itu.

Harga Minyak Dunia Kembali Turun Setelah Aksi Balasan Perang Dagang AS-Cina

BREAKINGNEWS.CO.ID – Perang dagang antara AS dan Cina terus berdampak pada Perekonomian dunia. Pekan lalu, harga minyak dunia kembali merosot. Kemerosotan ini disebabkan aksi balasan Cina yang mengenakan tarif US$75 miliar terhadap barang-barang Amerika Serikat (AS). Pengenaan tarid baru ini menjadi penyebab utama jatuhnya harga komoditas itu.

Menurut Reuters, harga minyak berjangka Brent terkoreksi 1 persen menjadi US$59,34 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,1 persen menjadi US$54,17 per barel. Selama sepekan terakhir, harga minyak Brent sebenarnya meningkat 1,2 persen. Namun, WTI turun 1,3 persen.

Menurut Kementerian Perdagangan Cina, pihaknya akan menerapkan tarif tambahan sebesar 5 persen atau 10 persen untuk 5.078 produk asal AS. Beberapa produknya, seperti minyak mentah, kedelai, dan pesawat kecil. Hal itu pula yang membuat Presiden AS Donald Trump langsung merespons dengan memerintahkan perusahaan di AS untuk menutup kegiatan bisnisnya di Cina dan kembali membuat produk di AS.

"Kami melihat kebuntuan pada perdagangan AS-Cina sebagai penyebab pelemahan utama dan situasi itu akan berdampak pada permintaan minyak tahun ini," ucap Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.

Investor kini juga fokus pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada simposium ekonomi tahunan di Jackson Hole, Wyoming. Powell menyatakan ekonomi AS berada di tempat yang menguntungkan dan The Fed akan bertindak sesuai untuk menjaga ekonomi AS.

Pernyataan Powell ini memberikan petunjuk bagi investor terkait kebijakan moneter The Fed ke depan. Terutama adanya peluang penurunan suku bunga acuan ke depan.

Presiden The Fed St Loius James Bullard mengatakan para pembuat kebijakan akan berdebat kuat mengenai pemangkasan suku bunga acuan AS pada pertemuan selanjutnya, yakni September 2019 mendatang.

Emas Ikut Turun

Selain harga minyak yang terkoreksi, perang dagang juga membuat harga emas dunia menjadi goncang. Harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX sebesar US$1.506,7 per troy ons atau melemah 0,12 persen dari sore kemarin, Kamis (22/8/2019). Sedangkan harga emas di perdagangan spot berada di posisi US$1.495,72 per troy ons atau melemah 0,16 persen dari kemarin.

Sementara itu harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam berada di posisi Rp751 ribu per gram pada Jumat (23/8/2019). Harga tersebut turun Rp4.000 dari Rp755 ribu per gram pada Kamis (22/8/2019). Begitu pula dengan harga pembelian kembali (buyback) turun Rp1.000 dari Rp684 ribu per gram menjadi Rp683 ribu per gram.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp402 ribu, 2 gram Rp1,45 uta, 3 gram Rp2,16 juta, 5 gram Rp3,59 juta, 10 gram Rp7,12 juta, 25 gram Rp17,7 juta, dan 50 gram Rp35,33 juta.

Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp70,6 juta, 250 gram Rp176,25 juta, 500 gram Rp352,3 juta, dan 1 kilogram Rp705,6 juta. Harga jual tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

Menurut analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pergerakan harga emas akan kembali terkoreksi pada hari ini karena menanti Simposium Jackson Hole yang diadakan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.

Ini merupakan perhelatan yang telah ditunggu-tunggu pasar karena Gubernur The Fed Jerome Powell akan memberikan proyeksi kebijakan moneternya.