Gandeng Desainer Samuel Wattimena, Kemenpar Gelar Festival Lawata

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sensasi terbaik dihadirkan Festival Lawata 2019. Sajian ini berhasil membuat Kota Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). berubah menjadi panggung pertunjukkan yang megah. Berbagai kreasi busana terbaik ditampilkan mengangkat kekuatan kain kain tenun khas Bima, Sabtu (6/4).

Gandeng Desainer Samuel Wattimena, Kemenpar Gelar Festival Lawata

BREAKINGNEWS.CO.ID -  Sensasi terbaik dihadirkan Festival Lawata 2019. Sajian ini berhasil membuat Kota Bima Nusa Tenggara Barat (NTB). berubah menjadi panggung pertunjukkan yang megah. Berbagai kreasi busana terbaik ditampilkan mengangkat kekuatan kain kain tenun khas Bima, Sabtu (6/4).

Apalagi pada festival ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggandeng desainer ternama Samuel Wattimena. Pada festival ini dirinya memamerkan hasil karya busana muslim berbahan dasar tenun Bima. Sajian ini direpresentasikan dengan baik oleh 5 model ibu kota dan 12 model terbaik Kota Bima.

“Gaya ini bisa menjadi alternatif dalam berhijab dengan bahan dasar tenun Bima. Sehingga para desainer muda memiliki inspirasi untuk mengolah tenun menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih,” kata Samuel Wattimena, Sabtu (6/4).

Menurut Samuel, kain tenun Bima sangat spesial. Apalagi kain tenun Bima memiliki ciri khas dari proses menenun sendiri. Prosesnya seperti disungkit, sehingga menimbulkan efek di permukaan kain yang dihias. Tetapi belakangnya tidak tembus.

“Gaya berbusana di Kota Bima memadupadankan dengan bahan tafetta yang diproses kembali dengan teknik crinkle. Warna kain tenun Bima juga eye catching memadupadankan warna komplimenter dan warna primer sesuai budaya di sini cenderung menyukai warna terang,” katanya.

Harapan besar pun disampaikan Samuel. Dengan ajang ini dirinya berharap bisa menginspirasi dan memacu para pengrajin tenun Bima. Sehingga nantinya tenun Bima dapat berkembang menjadi sebuah karya yang menakjubkan. Bukan hanya sebagai pakaian saja, tetapi juga sebagai aksesoris fashion lainnya. Seperti tas dan barang-barang kesenian lainnya. Selain mencermati kecenderungan tren saat ini.

"Ini tantangan tersendiri bagi pemerintah, untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa tenun bisa menjadi lahan wirausaha yang ternyata sangat menguntungkan dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Bima,” ujarnya. 

Pada kesempatan yang sama, Kabid Pemasaran Area II Regional III di Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar, Hendry Noviardi menambahkan, komitmen pemerintah pusat untuk mempopulerkan tenun Bima ini diharapkan mampu mengubah paradigma dan pola pikir masyarakat di wilayah itu.

“Sejatinya kain tenun Bima, memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dipasarkan hingga ke pasar nasional karena nilai estetikanya yang tinggi dan semakin langka. Terlebih jika tenun tersebut dijadikan bahan dasar bagi desainer fashion ternama,” pungkasnya.

Sementara itu Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, Festival Lawata bukan sekedar festival biasa. Festival ini menjadi penyatu dengan nilai-nilai luhur budaya masyarakat Bima. Apalagi kain tenun memiliki nilai filosofi yang besar.

"Kain tenun merupakan kreasi yang memiliki filosopi tinggi di masyarakat adat. Bukan hanya di Bima tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia. Ini menjadi nilai lebih yang bisa dijual ke wisatawan. Kami harapkan dengan festival ini semakin memacu kreasi serta kemampuan para penenun di Bima," ujar Ricky.

Walikota Bima H. Muhamnad Lutfi dan ibu Walikota sebagai ketua Dekranasda sangat senang dengan perhatian Kemenpar mendukung perhelatan tersebut. Sampai-sampai Kemenpar mendatangkan designer nasional, khusus ke Bima.

"Apalagi fashion show tersebut mengangkat tema “Tenun Bima Go Nusantara". Ini sangat luar biasa. Terimakasih Kemenpar yang selalu mendukung pengembangan kerajinan sehingga menjadi sarana perkembangan pariwisata di Bima," ucap Muhamnad Lutfi.

Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya, budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. Karena budaya itu selalu dicari wisatawan mancanegara. Bukan hanya tari-tarian tetapi juga kerajinan khas dari berbagai daerah di Indonesia seperti kain tenun Bima ini.

Data menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke Indonesia 60% adalah untuk wisata budaya. Sedangkan 35% karena tertarik untuk wisata alam dan 5% karena tertarik pada obyek wisata buatan.

"Kemenpar akan terus mendorong para penenun ini bisa menggali, mengembangkan potensi kain tenun khas Bima. Apalagi kain tenun ini bagian dari budaya. Karena faktanya budaya dan sejarah itu sangat laku dijual ke wisman. Ini yang harus kita maksimalkan,” ungkap Menpar Arief Yahya. (*)