Dolar AS Ngeri! Awas Rupiah Ambrol
Rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.850/US$ Selasa kemarin.

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.850/US$ kemarin, dan berisiko melemah tajam pada perdagangan Rabu (14/9/2022). Sebabnya indeks dolar AS yang meroket hingga 1,37% pada perdagangan Selasa, hampir membalikkan kemerosotan dalam 4 hari beruntun.
Indeks dolar AS mengamuk setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Agustus sebesar 8,3% year-on-year (yoy). Dengan demikian, inflasi di Amerika Serikat sudah menurun dalam 2 bulan beruntun.
Namun, rilis inflasi tersebut masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 8%.
Dengan inflasi yang masih tinggi, The Fed hampir pasti akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, bahkan tidak menutup kemungkinan 100 basis poin. Hal ini terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat probabilitas sebesar 67% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dan probabilitas sebesar 33% untuk kenaikan 100 basis poin.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah tipis-tipis dalam 2 hari terakhir, tetapi masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) kisaran Rp 14.890/US$ - Rp 14.900/US$.
MA 50 merupakan resisten kuat yang menahan pelemahan rupiah. Sehingga selama bertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold(di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya, selama belum mencapai oversold, ruang penguatan rupiah masih terbuka cukup besar. Apalagi jika melihat Stochastic 1 Jam, yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, mulai bergerak turun dari wilayah overbought.
![]() Foto: Refinitiv |
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.830/US$, jika level tersebut ditembus dengan konsisten rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.800/US$.
Support kuat selanjutnya berada di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Secara teknikal rupiah memang berpeluang menguat, tetapi jika melihat fundamental di mana dolar AS sedang kuat-kuatnya, risiko pelemahan tentunya sangat besar.
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.860/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko menguji kembali MA 50.
Penembusan dengan konsisten ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah melemah lebih jauh menuju Rp 14.940/US$ - Rp 14.950/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Jeblok ke Level Terlemah 8 Bulan, Rupiah Terburuk ke-3 Asia
(pap/pap)