Cerita Mengunjungi Anak di Cambridge, United Kingdom (UK)

Oleh Widiawati  Jakarta, INDONEWS.ID - Akhir 202, sudah waktunya kami menyebrang laut lagi, menengok Ibu, adik-adik dan anak-anak tentunya. Diawali dengan perjalanan ke Bandung di bulan Desember

Cerita Mengunjungi Anak di Cambridge, United Kingdom (UK)
image

Oleh Widiawati 

Jakarta, INDONEWS.ID - Akhir 202, sudah waktunya kami menyebrang laut lagi, menengok Ibu, adik-adik dan anak-anak tentunya. Diawali dengan perjalanan ke Bandung di bulan Desember 2021, bertemu dengan semua adik dua pihak dan anakku Alin, kami punya satu rencana besar yang akan dilaksanakan yaitu menengok si bungsu, Ingka yang sedang belajar di University Of Cambrdige, United Kingdom.

Rencana kami matangkan di Bandung. Aku bertanggung jawab pada urusan pengajuan Visa UK, pembuatan itinerary dan penentuan budget. Sementara teknis atau penjabaran itinerarynya dibantu Alin dan Ingka.

Keahlian Alin dan Ingka sebagai “travel engineer” sangat membantu, hampir 75 persen kehebohan teknis sesuai itinerary, tiket pesawat, hotel, tiket kereta api atau bis, tiket wisata dan printilan lainnya bisa aku percayakan pada mereka.

Prinsipnya aku hanya perlu menyampaikan itinerary yang diinginkan dan budget yang disediakan. Sisanya biar travel engineer yang menyelesaikannya. Tetapi karena memang itinerary masih sangat fleksibel maka persiapan matang hanya bisa dilakukan untuk 1 minggu pertama saja. Sisanya akan disesuaikan di UK.

Setelah menjalani penerbangan selama 28 jam dari Jakarta yang cukup melelahkan (Jkt-Abudhabi- Dublin-London), akhirnya kami bertemu adek di Heathrow London.

London, United Kingdom (15-20 April 2022)

Jadwal kedatangan kami dibuat pas jadwal adek libur kuliah, maka dia bisa skip sebentar dari kesibukan kuliah dan mengajak kami keliling London. Katanya banyak tempat wajib dikunjungi kalo ke London sini.

Wajib kunjung di kota London tentu saja termasuk Big Ben, Westminster Abbey, London Tower, London Eye, London Castle, Camden Town, Kensington Palace, Hyde Park, Natural History Museum, Buckingham Palace, St James Park, Downing Street, Trafatgar Square, Stasiun King’s Cross (Harry Potter Platform).

Selama di London, kami selalu menggunakan kereta api dan berjalan kaki ke mana saja. Hampir semua tempat bisa diakses dengan kereta api dan lanjut dengan berjalan kaki. Meski hampir masuk summer, tetapi bagi kami suhu di London masih cukup dingin, apalagi London memang terkenal dengan cuaca yang hampir selalu gloomy. Jadilah kemanapun kami pergi, jacket tebal tidak pernah ditinggalkan.

Oh ya, kami sempat ketemuan sama sepupuku Eggia yang cantik dan Dario, suaminya. Mereka sekarang tinggal dan berkarir di London. Kami sudah puluhan tahun tak jumpa. Senang sekali rasanya bisa ketemuan.

Kami juga sempatkan menonton theater Phantom Of The Opera di 57 Haymarket Her Majesty, di Kawasan St James. Buat aku pertunjukan theater musical ini sangat menarik, seperti me-recharge diri. Pengalaman yang menakjubkan dan menyentuh perasaan, mendengar pemain theater berdialog dan bernyanyi dengan suara indah dengan iringan langsung music orchestra, dalam cerita drama romantis yang dibumbui sedikit horor.

Tata panggung yang canggih mampu menampilan pertunjukan seni kelas tinggi, tidak salah usulan Ingka untuk menontonya, dua jam pertunjukan menjadi tidak terasa. Sayang kami tidak diijinkan merekam pertunjukan, jadi semua keindahan ini hanya terpatri dalam memori kami.

Satu catatan lagi, 17 hari awal perjalanan kami kali ini berlangsung di bulan Ramadhan. Kami harus membiasakan diri berpuasa lebih lama sekitar 3-4 jam dari waktu puasa di Indonesia. Sempat khawatir

juga kalo kami akan tidak sanggup menjalankan puasa panjang di UK, namun saat disana…alhamdulillah…. tidak sesulit yang kami bayangkan. Kami mampu bertahan dan tidak melewatkan satu haripun tanpa berpuasa penuh selama Ramadhan kali ini. Satu saja yang sangat kami rindukan, yaitu ta’jil saat berbuka puasa, kami kehilangan makanan khas berbuka yang biasa banyak didapat di Indonesia. Rasanya tidak ada makanan yang ditunggu saat berbuka….hiks…

Stonehenge

(Dari kata: Stone = Batu, Henge = Lingkaran). Sejak pertama melihat foto stonehenge, mimpi untuk mengunjunginya sudah mulai terukir di dalam hati. Terhitung entah berapa belas atau puluh tahun terpapar foto itu. Ga pernah ingat juga, yang pasti sudah lamaaa sekali. Mimpi itu terwujud pada 19 April 2022 lalu. Allah maha baik...alhamdulillah.... aku diberi kesempatan melihat langsung dari dekat situs bersejarah Stonehenge.

Stonehenge katanya adalah saksi bisu terbentuknya Kerajaan Inggris. Salah satu wujud kebudayaan manusia abad megalitikum. Dibuat oleh kaum Druid, saat Inggirs memasuki zaman batu (Neolitikum). Katanya juga (Willian Stukeley – 1740), Stonehenge didesain untuk memprediksi gerhana matahari, titik balik matahari, waktu untuk matahari melewati khatulistiwa dan kejadian penting lainnya yang berkaitan dengan penanggalan dan matahari serta religi kontemporer.

Ukuran batu tidak sebesar dugaan (tapi bukan kecil juga) namun tetap mengagumkan sebagai sejarah kehebatan dan kepandaian manusia pada jamannya, apalagi didukung dengan pemandangan alam indah dan dinginnya suhu membuat suasana semakin sahdu dan bersukur sangat atas kesempatan yang Allah berikanini. Semua ini tidak lain atas kebesaran dan kuasa Allah SWT. Alhamdulillah….

Stonehenge terletak dekat Amesbury, jadi lebih efisien bila kami menyewa dan mengendarainya kesana. Perjalanan darat untuk sampai kesana adalah sekitar 1.5 jam lamanya. (80km dari London). Lalu ditambah lagi berjalan kaki

sekitar 2-3 km dari tempat parkir untuk sampai di lokasi situs, dalam keadaaan berpuasa pula, namum…. semua itu sepenuh nya terbayar oleh pemandangan alam nya yang indah dan mempesona...

Bath, World Heritage

Katanya kalo sudah ke Stonehenge nanggung kalo ga mampir juga ke kota Bath. Maka, setelah puas di Stonehenge, lanjutlah kami ke kota Bath, Somerset yang berada sekitar 1 jam dari Stonehenge. Kota Bath ini telah dinobatkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1987.

Sejarahnya, kehadiran pemandian Romawi (thermae) yang terpelihara dengan baik di kota Bath ini, menyebabkan perkembangan pemukiman perkotaan Romawi kecil yang khas dan menarik di sekitar lokasi pemandian. Luasan kota sekitar 29 km2 dengan populasi sekitar 100.000 orang penduduk.

Kami tidak sempat masuk ke pemandian karena sudah kesorean dan tutup. Namun, kami sangat bersukur karena kami masih bisa berjalan-jalan dan menikmati keindahan semua bangunan di area pusat kota yang berasal dari abad ke-19. Memang sangat indah dan menarik. Tak diragukan lagi bila Bath adalah daya tarik wisata utama di Inggris. (1.3 juta pengunjung per tahun)

Satu pengalaman seru terjadi saat kami kembali ke London. Hampir tengah malam kami tiba di London, rencana kami akan langsung mengembalikan mobil ke tempat penyewaan. Namun malam itu beberapa jalanan arah ke tempat penyewaan ternyata ditutup untuk perbaikan.

Sialnya lagi google maps berputar-putar kebingungan, membuat kami juga menjadi bingung. Tidak satupun dari kami mengenal London dengan baik, benar-benar hanya mengandalkan google maps. Kami coba siasati dengan merubah arah dan rute, tetap tidak berhasil.

Kemudian ternyata yang berhasil adalah arah kembali ke hotel. Karena sudah cukup lelah akhirnya kami putuskan untuk langsung menuju hotel dengan konsekuensi kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk biaya parkir di hotel dan biaya pajak jalan harian di London untuk hari berikutnya (karena sudah lewat  tengah malam). Biaya yang tidak murah (sekitar 600rb rupiah) apalagi untuk sesuatu yang  tidak diterapkan di Indonesia.

Cambridge dan sekolah Ingka Universitas Of Cambridge (20-10 April 2022)

Sau tahun lalu...waktu pertama kali diinfokan, ada rasa kaget diantara rasa bahagia bahwa adek lolos seleksi untuk kuliah S2 di University of Cambridge, United Kingdom. Rupanya mimpi dan cita-cita lamanya belum pudar meski selama 4 tahun belakangan ini dia sudah bekerja di Tokyo, Jepang.

Mengapa harus Cambridge adalah sepenuhnya pertimbangan dan keputusan dia dan suaminya. Kami hanya mendukung dan mendoakannya agar semuanya berjalan lancar.

Namun saat kesempatan datang untuk berkunjung ke Cambridge melihat kampus nya (Dept. Engineering) , Queens` College nya, suasana belajar dan kehidupan disini, aku menjadi lebih paham kenapa mimpi itu terus dipegang erat.

Tentu saja bagaimana beratnya kuliah dan tugas tidak bisa sepenuhnya aku rasakan, tapi suasana dan fasilitas belajar yang bisa aku saksikan memang sangat nyaman dan kondusif mendukung proses belajar.

Suasana kota yang cantik, fasilitas kota yg baik mampu mengimbangi temperatur rendah yg terus mendera dan pada akhirnya memungkinkan adek untuk bertahan dan betah dikota kecil ini. Semoga perjuangan dan pengalaman belajar disini bisa menjadi bekal yg bermanfaat kedepan, baik bagi diri, keluarga dan orang disekitar serta bangsa lebih idealnya.

Selama di Cambridge sebisa mungkin aku tidak mengganggu kesibukan adek. Kami memang segera kembali ke Cambride dari London, karena masa libur adek sudah habis. Jadi kami usahakan kami berkegiatan sendiri dan menemani adek hanya bila memang diperlukan.

Kami tinggal di hotel sementara adek masuk kembali ke asramanya (Queens College - Owlstone Croft). Untuk memudahkan, sepeda adek kami pakai dan dia mendapat pinjaman satu sepeda temannya untuk kami pergunakan. Sangat membantu kami untuk bergerak lebih cepat.

Beberapa kali, biasanya saat week end atau tidak ada deadline penyerahan tugas, adek menemani dan mengajak kami berkeliling, masuk ke college-college lain di Cambridge atau berbuka puasa bersama teman-temannya. Masuk ke college lain selain Queen’s College tidak mudah bila tidak ditemani member bahkan pernah satu kali kami diminta untuk keluar lagi karena tidak bersama member college bersangkutan.

Beberapa kali juga kami bersama mencoba restaurant disana. Secara umum, makanan disana kurang berbumbu. Semua terasa datar. Makanan yang cukup cocok dilidah kami, biasanya adalah makanan asia atau timur tengah, mungkin karena lebih berbumbu.

Bahkan seingatku, menu buka puasa paling enak selama kami disana adalah mie instan yang kami bawa dari Indonesia yang ditambahi sayur dan bakso. Nikmat sekali rasanya berbuka dengan menu Indonesia. Suamiku yang paling sering komplen soal makanan.

Dia kurang bisa menikmati makanan vegetarian sementara mengkonsumsi daging disana harus sangat berhati-hati. Sepulang dari UK, sesalan yang paling sering diceritakan pada kerabat oleh suamiku selama disana adalah masalah rasa makanan yang tidak enak, apalagi bila dikaitkan dengan harganya yang relatif mahal. Kata Ingka, jangan di rupiahkan!!. hahaha….

Berjalan kaki diudara dingin sebenarnya menyenangkan, meski dalam keadaan berpuasa. Kami bisa santai dan melihat-lihat dengan tenang, tetapi dengan adanya sepeda Ingka dan sepeda temannya, jangkauan mobilitas kami jadi lebih jauh dan cepat.

Dengan sepeda kami sampai ke mal Grafton, City Center, Queen’s College, Masjid Cambridge, Botanical Garden dan tentu saja ke asrama Ingka (Owlstone Croft) dengan lebih cepat. Bila kami menemukan spot yang bagus, kami bisa berhenti dan memarkirkan sepeda dengan tenang, karena di Cambridge, tempat parkir sepeda ada di setiap sudut kota. Banyak, rapi dan tentu saja aman. Sepeda adalah alat tranportasi semua kalangan.

Pada 27 April 2022, meski hari itu cukup dingin (suhu siang hari sekitar 11 derajat), sambil menunggu waktu buka puasa yang panjang, kami putuskan mengunjungi Cambridge Botanical Garden. Letaknya di Trumpington Road, tidak jauh, sekitar 11 menit berjalan kaki atau bila bersepeda hanya 4 menit saja dari Crystal Hotel, Hill Road, tempat kami menginap.

Cambridge University Botanic Garden adalah taman botani yang terletak di dalam kota Cambridge, dengan luas area mencakup sekitar seluas 16 hektar. Kebun raya yang terdaftar sebagai warisan budaya ini awalnya dirancang oleh mentor dan guru Charles Darwin, Profesor John Henslow sekitar tahun 1831 (dibuka untuk umum 15 tahun kemudian, tahun 1846). Koleksi tanaman hidup kebun Universitas Cambridge saat ini berjumlah 8.000 spesies dari seluruh dunia. Cukup menarik untuk dilihat.

Namun, rupanya kami datang kesorean, dengan sisa waktu hanya 2 jam saja dari waktu operasional garden, kami tidak sempat masuk ke rumah kaca, bahkan kami termasuk 4 pengunjung terakhir yang keluar dari kebun belum puas tapi udara dingin juga yang memang akhirnya memaksa kami untuk tidak berkeliaran di kebun lebih lama lagi.

Dilain hari kami juga menyempatkan diri mengunjungi Cambridge Central Mousque yang terletak di Mill Road. Mesjid yang mulai dibangun di tahun 2016 ini adalah masjid pertama yang dibangun di kota Cambridge. Mesjid yang dapat menampung 1000 jamaah akhirnya dibuka untuk umum pada 2019.

Mesjidnya indah, asri, katanya memang masjid ini adalah masjid pertama di Eropa yang memiliki konsep ramah lingkungan. Saat aku disana, serombongan wisatawan dipandu oleh seorang guide berkunjung dan terlihat kagum dengan konsep masjid. Sepertinya mereka sedang mempelajari islam dan katanya sudah banyak warga UK yang tertarik belajar agama islam. Alhamdulillah….

Melipir sejenak ke Ely.... (29 April 2022)

15 menit berkereta dari Cambridge kami tiba di Ely (sekitar23 km kearah utara -timur laut). Ely adalah kota terkecil kedua di Inggris. Ely berasal dari kata Anglo Saxon, “Eilig” (Pulau Belut) dan merupakan daerah dengan lingkungan berair. Ely terkenal juga sebagai kota Katedral karena      Ely memiliki katedral yang megah, bahkan termasuk yg termegah di seantero Inggris. Katedral Ely berdiri diatas bukit dan memiliki ukiran batu yang rumit yang katanya membutuhkan waktu 300 tahun untuk menyelesaikan pembangunannya.

Kami sempatkan juga mampir ke Oliver Cromwell House, Rumah bekas tempat Oliver Cromwell dan keluarganya tinggal mulai tahun 1636-1647. Rumah setengah kayu bangunan abad ke-13 ini, bagian dari struktur pertama bangunan di sayap timurnya masih bertahan hingga saat ini. Katanya Oliver Cromwell sendiri mungkin adalah penduduk Ely yang paling terkenal, The Lord Protector, Raja Britania Raya dan Irlandia yang tidak bermahkota.

Selanjutnya kami mampir ke toko barang antik terbesar di Ely, Waterside Antique. Seru juga melihat barang antik 3 lantai...banyak pernak pernik lucu dan unik-unik. Menutup perjalanan, kemudian kami berjalan menyusuri sungai sebelum kembali stasiun kereta dan pulang lagi ke Cambridge.

Merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 di London

Taqabalallahu Minna Waminkum. Semoga amal dan ibadah puasa kita di bulan Ramadhan di terima Allah SWT. Aminn. Selamat Idul Fitri 1443, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Kami kembali ke London untuk melaksanakan solat Ied di KBRI London. Menurut Ingka sholat di KBRI akan lebih terasa suasana lebarannya disbanding di Cambridge karena akan lebih banyak bertemu dengan teman teman Indonesia disana.

Sebelumnya kami sudah mendaftakan diri secara online untuk mendapat tiket sholat di KBRI London. Untung saja ada Ingka, bagi kami yang generasi Baby Boomers ini, urusan daftar online, beli tiket kereta api, beli simcard local, beli tiket pertunjukan, daftar masuk museum yang semuanya harus online agak menyulitkan.

Kalau pada awal kunjungan ke London, kami tinggal di hotel di daerah Padditington (Lanchester) dan Finsbury, pada kunjungan kali ini kami memilih hotel di daerah Golders Green. Belakangan kami baru menyadari bahwa hotel berada di daerah pemukiman Yahudi.

Sempat agak khawatir mengingat aku memakai jilbab. (mungkin kurang berdasar ya….hehehe) Tapi karena sudah terlanjur yah….bismillah saja, semoga semuanya aman dan lancar.

Kebetulan pula kami masuk hari Sabtu, hari ibadah mereka, jadi sepanjang jalan menuju hotel kami berpapasan dengan banyak sekali orang Yahudi dengan gaya pakaian mereka yang sangat khas, topi tinggi, jas hitam dan rambut ikal panjang menjuntai bergoyang- goyang di kuping kiri dan kanan. Alhamdulillah semuanya aman dan lancar.

Ini adalah kunjungan terakhir kami di London pada perjalanan kali ini, kami tidak akan balik ke London lagi, jadi semua urusan terkait London harus selesai dalam 2 hari ini. Kami sempatkan mampir Leaden Hall Market dan Camden Town untuk melihat-lihat dan membeli sedikit buah tangan. Malamnya suamiku bertemu dengan teman SMA nya yang sudah puluhan tahun di London.

Besok nya kami sholat Ied di KBRI London. Kami berangkat dari hotel dengan bus ditambah berjalan kaki lagi untuk sampai di KBRI. Ternyata banyak warga Indonesia yang melaksanakan sholat Ied disana. KBRI menyelenggarakan sholat di halaman belakang kedutaan. Disiapkan 2 tenda putih besar untuk memisahkan jamaah laki-laki dan perempuan.

Dalam suasana dingin kami melaksanakan sholat sunnah 2 rakaat dan mendengarkan ceramah serta juga ada pidato singkat dari Bpk Desra Percaya, Dubes Indonesia untuk UK saat ini. Selesai sholat kami dibagikan nasi kotak dengan menu lebaran khas Indonesia. Senang rasanya ketemu menu Lebaran, sayangnya semuanya dalam keadaan dingin, seperti baru dikeluarkan dari lemari pendingin.

Suasana dingin, makanan dingin sepertinya harus dibiasakan sementara ini. Hhmm…. Terbayang nikmatnya makanan ini bila dalam keadaan hangat. Beberapa teman Indonesia Ingka di Cambridge kami temui juga disini, Mereka juga rupanya memilih untuk sholat Ied di

London. Sholat Ied di KBRI jadi semacam ajang reuni bagi warga Indonesia di UK. Ramai warga berdatangan dari berbagai kota di UK untuk berkumpul disini. KBRI hari ini ramai sekali, katanya lebih dari 1000 orang sholat di KBRI. Bahkan waktu aku memperbaiki wudhu ku….aku mendengar percakapan dalam Bahasa Sunda yang kental di toilet. Hmm..serasa di Bandung.

Kami tidak bisa berlama-lama di KBRI karena kami harus segera kembali ke hotel, mengambil barang dan langsung menuju stasiun Marylebone untuk perjalanan ke Liverpool dengan kereta api. Perjalanan London ke Liverpool membutuhkan satu kali pergantian kereta dan total waktu perjalanan sekitar 3.5 jam.

Sedikit kerepotan terjadi saat menaiki kereta yang tiketnya tidak memiliki nomor, apalagi kami agak terlambat naik kereta karena asik mengobrol dengan om Jeffry Lolong, teman suamiku yang ikut

mengantar di stasiun Marylebone. Seingatku selama perjalan dengan kereta (baik jarak jauh maupun jarak dekat) di UK, tiket kereta tidak pernah ada nomor kursinya. Jadi selalu dibutuhkan   kecepatan

untuk menemukan 3 kursi kosong yang berdekatan. Duduk di kursi agak berjauhan menjadi sangat biasa. Biasanya di tengah perjalanan, setelah ada penumpang turun kami bisa pindah dan duduk berkumpul lagi.

Liverpool dan The Beatles (2-4 Mei 2022)

Jauh hari kami sudah rencanakan untuk sholat Ied di London, sehingga saat semua siap, pada 30 April kami berangkat dari Cambridge menuju London. Sholat Ied 1443H kami laksanakan di Lapangan KBRI

London pada 2 Mei dan siang hari selesai sholat Ied kami lanjut ke Liverpool (Stasiun Liverpool Lime Street) dengan kereta api sekitar 3.5 jam dari London (Stasiun Marylebone, Ldn.)

Sampai Liverpool, begitu urusan kamar hotel dan koper selesai, kami langsung keluar hotel menuju lokasi The Cavern Club - club dimana The Beatles pertama kali manggung dan mulai terkenal - berada. Di area yang sama juga ada Beatles Museum, sayang sudah tutup jadi kami tidak sempat mampir.

Kami terus berjalan kaki dan menemukan spot foto Elenor Riqbi (wanita tua yang menginspirasi Paul McCartney pada salah satu lagu ciptaannya), sekalian juga melihat St. George Hall, landmark dan gathering point penting di Liverpool yg katanya dibangun pada tahun 1854.….Kuno tapi cantik!!

Besoknya, kami mendapat jadwal kunjung area pamer (Beatles Stories) cukup siang, jadi kami sempat berjalan-jalan di sekitar Mersey River, menyusurinya mulai dari lokasi Mersey Feries dan Beatles Statue (Patung 4 personal The Beatles) sampai ke Albert Dock melewati King Parade.

Beatles Stories banyak bercerita tentang kejayaan Beatles dengan segala suka dukanya. Area pamer tidak terlalu besar tapi cukup banyak detail sehingga memakan waktu cukup lama untuk memutarinya. Apalagi sambil diperdengarkan lagu2 Beatles, suasana makin asik dan melarutkan.

Sudah cukup sore sebenarnya saat keluar dari Beatles Stories, tapi adek masih penasaran dengan Penny Lane jadi kami coba cek jadwal bis dan ternyata masih memungkinkan untuk kami datangi, sehingga lanjutlah kami kesana.

Penny Lane tentu saja menjadi terkenal karena menjadi judul lagu The Beatles yang dirilis pada tahun 1967. Katanya John Lennon dan Paul McCartney biasa bertemu di jalan Penny Lane untuk

kemudian naik bus ke kota. Pengalaman masa kecil mereka bersama di jalan inilah yang menginspirasi mereka untuk menulis lagu ini. Sama seperti lokasi Strawberry Field yang menginspirasi lagu `Strawberry Fields Forever`. Sayang kami kemalaman jadi kami tidak sempet mengunjungi lokasi Starwberry Field nya.

Oh ya... Bahkan toko tukang cukur di tempat yang sama yang dirujuk dalam lagu Penny Lane tersebut juga masih ada kami lihat.

Sebelum kembali ke hotel kami mampir di café yang ada diujung jalan Penny Lane, menghilangkan haus dan menikmati burger khas Penny Lane.

Rencana melihat stadion bola terkenal (Anfield) tidak sempat terwujud. Sepertinya masih banyak tempat yg wajib kunjung di Liverpool, tapi waktu kami terbatas, jadi sementara dicukupkan sampai disini dulu. Semoga masih ada kesempatan lagi suatu hari nanti.

Edinburgh, Scottland (4-6 Mei 2022)

Besoknya, dengan kereta api siang dari Liverpool kami menuju Edinburgh, Scottland. Hampir sama dengan pemandangan London - Liverpool, pemandangan sepanjang jalan indah kebun oilseed rape

(brassica napus), padang rumput lengkap dengan sapi, biri-biri dan rumah2 peternakan serta wind turbine (pembangkit listrik tenaga angin) terlihat cukup banyak sepanjang jalan....

Kami tiba di Stasiun Waverley Edinburgh sekitar jam 6 sore dan karena hari masih cukup terang, kami masih sempat melihat-lihat sekitar stasiun

sebelum masuk hotel. Sangat terasa bahwa kota ini lebih dingin tapi juga terlihat kota

yang cantik...!! Beda dengan Liverpool yang mencoba menggabungkan bangunan kuno dan bangunan modern dgn konsepnya yang rasanya kurang jelas. Ataupun dengan kota London yang terasa crowded, ......buat ku....kota Edinburgh ini terasa cantik dan anggun.

Wedding Anniversarry (The 36th)

Alhamdulillah masih bersama dan semoga terus bersama sampai maut memisahkan....Aamiinn....

Kebetulan hari kami tiba adalah hari ulang tahun pernikahan kami, maka kami memutuskan untuk makan malam sedikit istimewa. Hotel kami berada di tengah kota, jadi pilihan restaurant cukup bervariasi. Kami memutuskan makan di restaurant Educated Flea, restaurant nya tidak terlalu besar tapi punya rating rasa makanan yg cukup baik. Beruntung kami yang tanpa reservasi bisa mendapat tempat terakhir disisa satu jam sebelum restaurant tutup.

Oh ya…. Kamar hotel kali ini (Holliday Inn Edinburgh) adalah hadiah Ulang Tahun Perkawinan dari Ingka dan suaminya. Thanks Ingka & Budi..!!!

Dengan berbagai pertimbangan, malam itu kami putuskan untuk mengganti rencana ke danau Lochness (full day tour) menjadi tour keliling Edinburgh saja. Sepertinya banyak destinasi menarik di Edinburgh yg saying untuk dilewatkan.

Besoknya kami masuk dan keliling di Edinburgh Castle yang indah. Dari kejauhan kastil sudah terlihat indah. Puncak bukit dengan bangunan diatasnya yang menjulang kokoh dan megah. Berdinding coklat bata dengan design benteng khas Eropa. Kastil ini adalah banteng bersejarah yang berdiri dibekas gunung berapi Castle Rock. Diperkirakan berdiri sejak abad ke 12 dan sampai sekarang masih dipergunakan. Edinburgh Castle termasuk salah satu bangunan tertua di Eropa yang pernah dipergunakan sebagai istana raja, markas militer, penjara dan benteng. Saat ini menjadi destinasi wisata yang dikunjungi sekitar 1,2 jt wisatawan per tahunnya.

Setelah naik ke kastil, pemandangan kota Edinburg sebagai ibukota Scottlandia terbentang indah. Bersukur bahwa pagi ini cukup cerah jadi pemandangan kota jelas dan cukup hangat. Kebetulan kami masih disana pada jam 1 siang, jadi kami sempat menyaksikan atraksi penembakan meriam kecil yang dikenal dengan nama One O’clock Gun. Penembakan pada tepat jam 1 siang ini dulu digunakan untuk mencocokan waktu bagi kapal-kapal di Firth of Forth dengan jam maritime mereka. Ada banyak tempat di dunia ini yang melaksanakan kegiatan pencocokan waktu seperti ini. Salah satunya yang masih dipergunakan adalah di Edinburgh Castle ini.
Edinburgh yang Cantik dan Anggun….

Kami berdua saja masuk kastil. Adek menunggu kami di Nicolson Café karena harus menghadiri meeting zoom. Selesai berkeliling kami kemudian menyusul adek disana. Nicolson Cafe bukan sembarang café. Café ini bersejarah, cafe ini tempat dimana dulu JK Rowling nongkrong berjam-jam menuliskan kisah Harry Potter yang kemudian jadi sangat terkenal itu…!!

Keluar dari Café Nicolson kami membaca prediksi cuaca yang menyatakan bahwa besok akan hujan...padahal kami sudah punya

rencana bahwa besok kami akan naik ke bukit Arthur. Maka kami segera kami putuskan untuk ubah rencana dan naik ke bukit Arthur`s Seat sore ini juga. Sore terakhir di Edinburgh. Inilah enaknya di tempat yang waktu siang hari yang panjang matahari tenggelam pada jam 8.15 malam, jadi kami masih banyak waktu untuk hiking.

Arthur`s Seat...

Kami mendaki bukit Arthur`s Seat dengan ketinggian bukit sekitar 251 m selama sekitar satu jam. Angin dingin dan banyaknya tanjakan membuat kami beberapa kali harus berhenti dan beristirahat. Thanks to adek yang sabar menyesuaikan dengan pace lambat kami...

Arthur`s Seat adalah gunung berapi kuno yang merupakan puncak utama dari kelompok bukit di Edinburgh, Skotlandia, dan merupakan bagian dari Taman Holyrood.

Butuh waktu hampir 3 jam untuk naik turun bukit Arthur ini…..tapi sama sekali tidak percuma....

Pemandangan yg kami dapat di puncak bukit sangat lah indah. kami bisa memandang 360 derajat keliling keindahan Endinburg. Pemandangan kota yang memukau. !!!

Besoknya kami masih lanjut dengan tour (ala-ala) Harry Potter. Dimulai mampir ke Victoria Street yang menjadi inspirasi Diagon Alley dalam cerita HP, bahkan katanya susunan toko sama dgn yg ada di buku. Jalanan ini sudah jadi destinasi di Edinburgh sekarang. Ramai tourist disana dan toko souvenir

Harry Potter (HP) paling padat  tampaknya, banyak pernak pernik HP bisa didapat disini. Adek yg HP mania seperti tenggelam di keramaian toko, lama aku hrs menunggu dia dan papanya selesai mengeksplor toko.

Kami lanjutkan kemudian tour kami ke komplek pemakaman Greyfriar Kirkyard. Pemakaman ini merupakan tempat JK Rowling mendapat inspirasi nama tokoh-tokoh dalam kisah HP. Nama Tom Ridel sang Voldemort, Sirius Black dan tokoh lain banyak diambil dari nama-nama yang tercantum di nisan yang ada dipemakaman ini. Kami bertemu banyak grup turis yang ditemani pemandu wisata disana…..jadi kami bisa ikut nguping juga beberapa penjelasannya..…gratis…… Dan yang uniknya, para pemandu wisatanya memakai kostum ala-ala penyihir berjubah seperti Harry Potter……hahahaha….

Kegembiraan di Edinburgh harus berakhir, jadwal kereta kami tiba dan kami harus melanjutkan perjalanan kembali ke Cambridge..... Bye Edinburgh yang cantic dan anggun....

Cambridge Lagi     (6-10 Mei 2022)

Kembali ke Cambridge, kami sengaja mengambil kamar di Queen College guest house. Ingin merasakan lebih dekat apa yang dirasakan Ingka yang banyak menghabiskan waktunya di college. Kamar yang disediakan sama dengan yang dipergunakan oleh mahasiswa. (Kamar di college khusus untuk mahasiswa S1 itulah sebab kenapa asrama Ingka sebagai mahasiswa S2 adalah Owlstone Croft)

Harga kamar cukup ekonomis dan sudah termasuk sarapan pagi setiap harinya. Kami jadi sempat mencoba makan dan mencicipi makanan di kantin mahasiwa yang disediakan college. Suasana ruang makan yang penuh mahasiswa dan tentu saja dengan harga makanan mahasiswa….hahaha… Tapi sejujurnya, makanannya cukup lengkap, bahkan bila kami beli diluar

untuk tipe English Breakfast seperti itu pastilah jauh lebih mahal. Begitu juga dengan menu makan siang atau makan malamnya, cukup bagus dan murah (bisa 50% - 60% lebih murah dari harga diluaran). Sayang menu nya kurang cocok dengan lidah suamiku, dia hanya satu kali saja memanfaatkan sarapan gratis tersebut. Tak mau kembali lagi.

Malam minggu, 7 Mei 2022, kami menonton pertunjukan Cambridge’s University Orchestra di West Road Concert Hall. Hari itu adalah hari ulang tahun suami Ingka. Jadi kami seolah merayakan ulang tahun Budi dari jauh dengan menonton konser music yang keren. Malam ini, Konduktor Alpesh Chaulan memimpin Cambride University Orchestra dan violin Francesca Dego membawakan Violin Concerto in D, Op. 77, karya Johannes Brahms selama 1 jam lebih dan kemudian setelah break sekitar 20 menit, dilanjutkan dengan Symphony No. 8 in G, Op.88, B163 karya Antonin Drorvak, juga 1 jam.

Kami bukan ahli musik, tapi kami bisa menikmatinya. Memori masa Ingka remaja (SMP) muncul kembali, saat dia masih rajin main biola dan beberapa kali ikut konser kecil kecilan di Balikpapan dulu. Kemudian juga membayangkan andai ada Aki/Nini Ata disini, pasti lah mereka sangat senang. Suamiku sempat terharu ingat akan papi dan mami nya, mengenang kesukaan mereka berdua akan musik klasik dan orchestra seperti ini. Alfathihah untuk papi mami tercinta….

Punting at Cambridge    (9 Mei 2022)

Ada satu kegiatan yang katanya jangan dilewatkan saat di Cambridge.     yaitu Punting at River Cam.

Sejak awal tiba di Cambridge dan mengunjungi Queens` College kami sudah menyaksikan bagaimana ramainya lalu lintas punting di River Cam.

Diatas perahu kayu terbuka, seorang profesional mengayuh (punting) perahu kecil sambil bercerita tentang sejarah college yang dilewati pada penumpangnya. Memang college-college terbaik (tertua) di Cambridge dibangun di sisi sungai. Jadi pemandangan dari sungai cantik- cantik...

Maka saat kami kembali ke Cambridge…...adek menyiapkan kami untuk punting. Kami memilih punting sendiri karena kebetulan Queens` College punya perahu yang bisa dipergunakan oleh siswa membernya. Selain jauh lebih murah kami juga tertantang mencobanya. Memang akan perlu belajar sebentar untuk bisa mengayuh dengan baik......tapi sepertinya tidak sulit……walaupun kami sempat lihat sih... bagaimana manuver-manuver aneh pelaku punting yg tidak pro....hahaha....

Daaan....ternyata tidak terlalu mudah...beberapa manuver aneh terjadi ...adek terbukti lebih pro dibanding papanya....hahaha....aku memilih jadi penumpang saja...menikmati indahnya college- college dari arah sungai.

Melihat college-college dari sisi sungai membuat kami ingin masuk ke dalam college-college itu, maka setelah selama 2 jam punting, kami sempatkan masuk ke King`s College dan St. John`s College, salah 2 college terbaik di Cambridge.

Beruntung adek punya beberapa kawan yg bisa memasukan kami ke dalam college-college eksklusif ini. Memang masuk college hanya untuk siswa member atau tamu yang dibawa membernya saja. Tanpa itu ijin masuk tidak akan diberikan. Jadi kami termasuk beruntung bisa masuk ke King`s College dan St. John`s College meski adek bukan membernya.

Kembali ke Indonesia….. (10 Mei 2022)

Perpisahan selalu tidak menyenangkan. Waktu berpisah tiba, kami harus kembali ke Indonesia. Kami menggunakan bus dari Cambridge langsung ke bandara Heathrow, London dengan waktu perjalanan sekitar 2.5 jam.

Jam 7.15 pagi kami sudah berjalan kaki menuju halte bus. Lumayan jauh tapi sesuai pengalaman sebelumnya, sulit sekali mendapatkan bolt (Indonesia = grab) sepagi itu di Cambridge. Daripada menunggu-nunggu tak jelas dan terlambat lebih baik kami jalan kaki dengan santai saja.

Ingka mengantar kami sampai di bandara, bahkan om Jeffry pun ikut hadir mengantar kami di bandara. Terima kasih om Jeffry yang baik hati dan informatif….

Setelah selesai check in di bandara yang cukup rumit karena pengecekan hasil PCR, kelengkapan vaksinasi (Peduli Lindungi dilihat juga loh…hehehe), kami menunggu di café bandara sambil ngopi dan mengobrol dengan Ingka dan om Jeffry Lolong.

Rasanya masih ingin terus memeluk Ingka tapi waktu sudah sampai, kami berpisah di bandara Heathrow untuk perjalanan ke Jakarta selama 17 jam dengan satu kali transit di Abudhabi. Bye Ingka…Bye Cambridge….Bye United Kingdom. Till meet again……someday…