1.594 Mobil Listrik Laris di GIIAS, Lampaui Penjualan Sepanjang 2021

BREAKINGNEWS : Penjualan mobil listrik GIIAS ini juga diharapkan dapat mendorong kinerja 38 industri perakitan kendaraan listrik di Indonesia.

1.594 Mobil Listrik Laris di GIIAS, Lampaui Penjualan Sepanjang 2021
image

Sebanyak 1.594 kendaraan teknologi elektrifikasi (xEV) Ludes di Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2022. Angka tersebut bahkan melampaui penjualan sepanjang 2021.

"Pencapaian penjualan kendaraan listrik pada ajang GIIAS ini jauh lebih besar daripada penjualan EV selama satu tahun periode di tahun 2021. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada GIIAS yang mampu memberikan sarana edukasi kepada masayarakat mengenai kehadiran teknologi kendaraan ramah lingkungan yang menunjang target penurunan emisi pemerintah,” ujar Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (6/9).

Secara rinci, jenis kendaraan yang terjual adalah 1.274 unit BEV/KBLBB dan 320 unit kendaraan hybrid. Agus mengatakan, green mobility menjadi titik berat manufaktur untuk menghasilkan kendaraan yang ramah lingkungan dengan berbagai kemajuan teknologi. Dengan demikian, sektor otomotif dapat mendukung target Carbon Neutral di tahun 2060.

Agus mengatakan, penerapan teknologi hijau pada sektor otomotif,  juga merupakan kesempatan untuk tetap menjaga kinerja ekspor ke lebih dari 80 negara. Hingga saat ini, terdapat 38 perusahaan industri perakitan kendaraan listrik di Indonesia, dengan rincian empat perusahaan bus listrik, tiga perusahaan mobil listrik, serta 31 perusahaan kendaraan roda dua maupun roda tiga listrik.

Advertisement

Pemerintah terus mendorong pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia, baik dengan menarik investasi, menerbitkan insentif fiskal maupun non-fiskal, serta menerbitkan kebijakan-kebijakan lain yang dapat mendukung terciptanya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Sebagai langkah konkrit, Menperin akan mengawal langsung dan melakukan pertemuan dengan prinsipal otomotif untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi kendaraan elektrifikasi dan menjadi hub ekspor bagi kawasan Asia dan Oseania.

"Ke depan, kami menjamin bahwa pilihan kendaraan elektrifikasi yang diproduksi di Indonesia akan semakin banyak dan hal ini secara bertahap akan mengurangi beban defisit dari impor BBM,” ujar Agus.

GIIAS 2022 telah terselenggara pada 11-21 Agustus 2022 lalu.  Ajang tersebut diikuti oleh 25 merek kendaraan penumpang maupun komersial, 15 merek industri kendaraan roda dua serta partisipasi dari industri karoseri.

Menurut data yang disampaikan oleh Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (GAIKINDO), GIIAS 2022 dihadiri oleh 385.487 pengunjung, mencatatkan jumlah transaksi sebesar Rp11,74 Triliun untuk pembelian sebanyak 26.658 unit kendaraan.

"Capaian tersebut merupakan rekor tertinggi sepanjang terselenggaranya GIIAS dan secara langsung akan menjadi pengungkit faktor produktivitas, sekaligus membuktikan bahwa industri otomotif sebagai industri andalan dapat memberikan sumbangsih nyata bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia," kata Agus.

GIIAS 2022 diharapkan dapat mempertahankan kontribusi industri otomotif terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) industri. Pada Triwulan II tahun 2022, sektor industri alat angkutan tumbuh sebesar 7,35% (yoy).

Ajang GIIAS ini juga merupakan salah satu upaya meningkatkan output sektor otomotif dengan banyak melibatkan supplier komponen dari industri kecil dan menengah (IKM). “Kemenperin terus mendukung agar IKM komponen otomotif meningkatkan daya saingnya sehingga mampu menjadi bagian dari supply chain industri otomotif, baik di dalam maupun luar negeri,” pungkasnya.

Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap kendaraan listrik cukup tinggi. Tercatat, sebanyak masing-masing 59,1% responden berminat memiliki mobil istrik dan 64,8% responden berminat memiliki motor listrik.

Namun sayangnya, survei itu juga menunjukkan bahwa mayoritas responden menilai bahwa penggunaan kendaraan listrik sebagai moda transportasi, baik pribadi maupun umum, belum menjadi hal yang mendesak. Persentasenya responden yang menyatakan mobil listrik belum mendesak mencapai 78,4%.